• 11| [Every Human Side] •

167 11 0
                                    

Selamat membaca;D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca;D

-——-

Tidak perlu terkejut untuk mengetahui tindakan pertama yang akan Cleo lakukan. Tepat seperti dugaan, Mary hanya meringis sembari mengusap dan merasakan panas merah menjalar di pipi setelah Cleo berhasil menamparnya. Perlahan sudut mata menangkap gadis berambut hitam panjang berdiri di sana.

"Jangan bilang kamu mau tanya kenapa!" Cleo menatap nyalang gadis di depannya. Suasana di perpustakaan saat itu hening, setengah gelap dan dingin. Hanya ada mereka berdua.

"Nggak perlu. Sama kaya nggak perlu—nya kamu ada di sini!"

Cleo mundur paksa ketika ujung telunjuk Mary menekan bahunya. Kemudian, tanpa goyah dia melangkah mendekat menipiskan jarak di antara keduanya.

Dari gestur tubuh, Mary bisa menebak bahwa Cleo tidak lagi marah. Seperti biasa dengan lengan dilipat, bedanya kali ini dia terlihat lebih santai, meski tatapannya lebih mirip elang sedang memantau mangsa. "Whatever!"

"Kenapa kamu lepasin Jane gitu aja? Huh?" Cleo sedikit mengangkat dagu.

"Bahkan sampe sekarang mereka belum pulang!" Mary tidak bisa berhenti menunjuk ke jendela kaca. Retak dengan percikan darah dan awan mendung di luar sana.

Cleo menautkan alisnya. "So?"

Rambut ginger menahan napas jengah. "Jane keluar untuk—"

"Gimana kalo nggak?!" potong Cleo sedikit meninggikan volume suara. "Mereka tau gimana caranya bertahan! Dan kamu kaya buat alasan yang nggak masuk akal untuk lepasin dia."

Mary memutar bola mata malas, menduduki kursi tidak jauh dari meja perpustakaan yang penuh buku berserakan.

Gadis itu memejamkan mata. "Rolex, Cass, Dixon, Jack ... . Gimana kalo mereka nggak selamat?" Napasnya tidak lagi memburu. "Cuma Jane satu-satunya yang bisa nolong, 'kan? Kita butuh dia." Menunggu kata yang tak kunjung keluar dari bibir Cleo, membuat jemarinya mengusap pelipis sebelum menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. "Dan bisa-bisanya kamu biarin mereka di luar sana yang kemungkinan dalam bahaya, tapi nggak mau ngirim orang buat nolong mereka?!"

Brashh!

Mary refleks menyapu semua buku di atas meja. "EGOIS KAMU!" Hingga benda-benda itu terlempar menyentuh orang yang juga sama marah dengannya.

Mary berdecak kesal, merasakan pandangan memburam tapi air mata menolak jatuh. "Sebenernya dia nggak egois. Hanya karena kamu benci sama Jane, bukan berarti kamu bisa bahayain empat nya—"

"FOR F*CK SAKE!" Cleo menyentak. "Kamu masih berpikir aku marah sama Jane karena dia bunuh Lingga?!" Yang bertanya menggeleng perlahan. "It doesn't matter." Tawa Cleo mengalun di udara sebelum akhirnya berhenti.
"Kalo empat orang itu mati .... . Kalau Jane juga mati ..." ujar Cleo terpotong oleh sekat yang mengganggu vokal tegasnya.

HEREAFTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang