• 37| [One Last Breath] •

72 8 0
                                    

_______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______

VVROOMMM!

"WOOHOO!!!"

Jalanan sepi semenjak pemerintah mengumumkan tentang larangan keras keluar rumah. Sejak murid-murid Edward's Boarding School dipulangkan ke tempat tinggal dan orang tua mereka. Melakukan berbagai aktivitas di rumah ketika sekali mendengar pandemic, berita wabah virus mematikan itu menyebar ke seluruh penjuru negeri.

Dixon jelas bersyukur lantaran dia tidak dipanggil ke ruang kepala sekolah atau diseret pihak aparat karena kasus tawuran. Mereka mungkin belum mengetahui bagian yang lebih mengerikan, saat dirinya tidak bermaksud membunuh orang gila di tepi jalan. Orang yang menurut laki-laki itu gila karena hendak menggigitnya.

Atau pemuda itu bisa saja diseret karena pemukulan hingga menghilangkan nyawa seorang kanibal. Mana yang lebih mengerikan?

Dixon bukan tipikal remaja yang penurut. Apalagi percaya pada dunia yang akan hancur hanya karena berita flu yang sengaja dipalsukan. Ratusan mayat yang dibakar di negara lain—mungkin hanyalah seonggok sampah.  Atau orang-orang gila itu hanya pecandu narkoba yang kurang penanganan.

Apapun itu, dia tidak peduli. Dixon punya segala cara untuk mengurangi rasa bosan selain berdiam diri di rumah besarnya. Seperti kabur dan memanfaatkan sepi jalan raya untuk ngebut ngebutan bersama teman-temannya.

Empat ban mobil putih dengan atap terbuka menggilas aspal. Menampilkan empat remaja laki-laki berteriak serta tertawa bebas saat pengendara mereka memilih ke tengah jalur.

Jalanan aspal lurus melintang dengan tiang lampu di kanan kiri, menerangi gelap malam serta menemani bintang gemerlap bertaburan, plus dingin malam menyentuh permukaan kulit.

Sempurna. Tanpa menyadari bisa menjadi awal sebelum malam berubah mencekam.

"INI MUSTAHIL!!!"

Teriak lepas Dixon berada di kursi penumpang belakang, berdiri sembari merasakan hembusan angin malam menerpa wajahnya. Di sebelas malam, dan senyum bahagia saat tangan direntangkan ke atas serta botol alkohol di salah satunya.

Laki-laki di sampingnya menarik jaket boomber Dixon. "DUDUK, BEGO!"

Meski sepi tidak ada satu pun sorot lampu dari kendaraan lain, bukan berarti mereka bisa menjadi penguasa bumi. Orang di sebelah hanya menggeleng seolah sejak bayi, semua orang tahu Dixon tidak diberi ASI melainkan whisky.

"IYA, WOY! DUDUK, ANJING!"

Pemuda yang membawa kendaraan beberapa kali menoleh ke belakang hanya untuk memastikan Dixon duduk agar mereka tetap dalam keadaan aman-aman saja.

Tidak perlu disebutkan siapa si ceroboh keras kepala.

Pemegang setir mobil lagi-lagi menoleh ke belakang memaksa Dixon untuk kembali duduk. Tatapannya tidak dipaku ke depan pada jalanan yang hampir melewati perempatan. Laki-laki di belakang melepas topinya, tertawa, lalu memasang topi itu pada pemuda berbaju biru yang mungkin sudah menjadi sopirnya.

HEREAFTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang