02. That Family

166 27 2
                                    

"Lo mau nginep rumahnya Chaerra?"

Hessa meloncat ke ranjang, menggeser tempat Yessa yang sudah tampak nyaman sejak tadi. Gadis dengan garis wajah serupa dengan pemuda itu melirik sinis, balas bondorong tubuh sang kakak dengan sekuat tenaga agar terjatuh dari ranjang. Namun bukannya merasa tersingkirkan, pemuda itu justru berguling, menimpa tubuh Yessa agar bisa berada di tengah.

"Bangsat, lo ngapain sih sat?" umpat gadis dengan bibir jauh lebih tipis dengan hidung yang sedikit lebih rendah daripada bibir dan hidung Hessa. "Minggir anjir! Udah paling bener lo di kamar sendiri ngapain segala ke mari?"

"Dari siang gue yang nemenin Lia. Lo baru dateng habis kencan sama si Bule IPA1 aja langsung ngerebut cewek gue."

Seolah tak ingin kalah, pemuda itu ikut menjatuhkan garis matanya yang serupa dengan garis mata Yessa sinis. Mengungkit mengenai Yessa yang seharian keluar bersama Jeno, kekasih gadis itu dari XI-IPA1 dan baru pulang beberapa saat lalu. Begitu sang ibu memberitahukan Lia ada di sini, kaki panjang Yessa segera menerjang kamar sang kakak, menarik Lia yang tengah tenang membaca buku sembari duduk di sofa.

Lia di sisi kiri jadi melirik malas, memandang Hessa yang sudah menengahi tubuhnya dan Yessa. Gadis itu menggeser tubuhnya ke tepi, menjauhkan diri dengan Hessa yang sudah saling tendang dengan Yessa mengusir satu sama lain.

"Lia ke sini mau ketemu gue anjir," umpat gadis itu kesal setengah mati, "lo juga udah seharian sama dia, sekarang giliran gue dong."

"Dih, lo pikir cewek gue kerja apa, segala pakai shift siang malam," balas Hessa dengan wajah ikut nyolot, "lagian dia sebenernya mau ketemu gue, gengsi aja makannya cari alibi."

Lia yang dibawa-bawa jadi mendelik. "Gue ke sini mau ketemu Yessa."

"Tuh denger tuh kuping lo!" sahut Yessa penuh kemenangan. "Lagian dari tadi cewek gue cewek gue muluk, pamer banget."

Hessa semula sudah ingin mengeluarkan protes pada Lia yang tidak mendukungnya sama sekali, tapi pemuda itu jadi menunjukkan wajah bangga pada Yessa. "Harus dong, satu dunia perlu tau kalau sekarang Elia Neiva Palmyra udah jadi punya Hessa Aksara Permana."

Lia memutar bola mata malas, memandang bosan pada Hessa yang sudah bersikap songong pada Yessa. Nada bicara pemuda itu yang menggebu-gebu membuat kuping Lia terasa pengang walau suaranya tak begitu keras. Setiap kali di hadapan orang lain, Hessa jadi lebih-lebih mengesalkan daripada biasanya.

Pintu kamar yang kembali terbuka membuat dua sosok kembar itu menghentikan aktifitas saling maki, tendang, dan saling jambak mereka. Seluruh pasang mata menoleh pada sosok wanita paruh baya yang datang dengan dress bermotif bunga berbagai warna sederhana serta senyum hangat.

"Ayah udah pulang, ayo makan malam."

Yessa yang sudah berada di tepi ranjang segera melompat turun, menghampiri sang ibu dengan wajah cerah. Gadis itu terlihat jadi punya kepribadian hangat daripada ketika ia berhadapan dengan Hessa setiap saat. Tangan gadis itu bahkan meraih lengan sang ibu, menggandengnya mesra untuk keluar dari kamar.

Bibir mungil Lia tanpa sadar menipis dengan pandangan sayu, mengikuti setiap langkah dari tubuh ibu dan anak itu. Tidak ada yang lebih hangat dari sosok kecil Yessa yang selalu menggandeng tangan sang ibu, atau nyanyian Tante Selena yang selalu bersenandung ketika satu-satunya anak perempuan di rumah ini merengek ingin tidur.

"Ya?"

Tubuh Lia yang semula ingin bangkit jadi tertahan. Gadis itu menolehkan wajah dengan kedua alis yang terangkat tinggi seolah bertanya 'apa?' pada kalimat menganggung Hessa.

"Beneran mau nginep rumah Chaerra?" tanya Hessa menyebutkan salah satu teman sekelas mereka di SMA Garuda.

Lia mengangguk cepat, membuat wajah tak terima Hessa semakin menurun.

Taddy Bear [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang