49. The Girl

181 29 2
                                    

Suasana ramai sudah memenuhi salah satu sudut kantin. Meja-meja di sekitar keramaian juga sudah terlihat tertata tak karuan, terdorong ke sana ke mari. Mata Lia makin dibuat terbelalak menangkap dua orang gadis dari kelasnya sudah melakukan atraksi gila di tengah-tengah kerumunan, bersama tujuh gadis lain dari kelas di tingkat atas mereka.

"Anjir, keroyokan," celetuk Soni ternganga.

Suara umpatan Chaerra terdengar keras, disusul dengan pekikan Chacha yang menyusul. Lia menggeleng kecil, menjatuhkan bibir bawahnya masih tercengang. Arina sebenarnya sudah ingin ikut maju, tapi gadis itu sejak tadi ditahan terus oleh Juna.

"Jun, udah ngasih tau guru belum?" tanya Lia berusaha tenang walaupun suara sorakan terdengar semakin kencang. "Panggilin Pak Teo aja kalau ada, atau guru BP."

"Oke."

Juna dengan segera menyingkir, menyeret kembali Arina supaya ikut dengannya. Beberapa anak masih berjajar di pintu kantin, sekedar mengintip, lalu berlalu tak peduli, sedangkan lainnya sudah heboh jadi pemandu sorak untuk pemain pertunjukkan di depan sana.

Mata Lia yang tak sengaja menangkap rambut panjang hitam legam Chacha dijambak dari belakang mengumpat spontan, gadis itu dengan segera mengambil langkah. Tubuh ramping Lia dengan mudah dapat menerobos keramaian, berbeda dengan anak-anak cowok di belakang sana yang berteriak mencoba menahannya dengan kesusahan.

"Setan! Lo gak tau perawatan rambut gue seharga uang saku lo setahun!"

Suara jeritan Chacha terdengar keras memaki, memegangi rambutnya sendiri. Tubuh Lia yang secara tiba-tiba berada di tengah-tengah pertunjukkan hanya bisa menarik tangan Chacha supaya menyingkir. Gadis itu juga berusaha menggapai Chaerra, tapi percuma karena gadis jangkung itu sudah lebih dulu kesetanan.

Chaerra menggapai apapun yang bisa ia jambak, kakinya kadang menendang ke arah orang-orang yang mengerumuninya dengan umpatan kesal. Gadis itu benar-benar kehilangan kontrol.

"Bangsat! Beneran gak malu lo main keroyokan!" umpat gadis itu di sela-sela mengambil nafas. Tubuhnya berdiri dengan percaya diri. "Oh, mana berani kalau sendiri, lo labrak cewek lembek kayak Eli aja perlu ramai-ramai gimana sama gue? Iya kan?" lanjutnya keras, kakinya kembali maju, menendang salah satu kursi membuat beberapa penoton segera menghindar.

Lia sedikit menaikkan alis, memandang tak asing pada gadis yang mengikat rambutnya tinggi di hadapan Chaerra. Benar, itu Putri! Pelaku yang sama di semester lalu yang melabrak salah satu teman sekelasnya juga. Lalu, kepala Lia rasanya langsung berdenyut memandang Elsa sudah tersenyum miring, berdiri dengan gelas es yang mungkin siap gadis itu lemparkan kapan saja.

"Cha, bantuin gue narik Chaerra," minta Lia pelan.

Bukannya menyahut, Chacha juga menganga lebar ketika jari-jemarinya menyisir rambut. Ada beberapa helai rambut yang tersangkut dan mengakibatkan rontok cukup parah. Gadis itu kembali mengumpat kencang, dengan kekesalan di ujung ubun-ubun.

Elsa dan dua temannya yang tadi sempat menjambak Chacha sudah mundur, sedangkan Putri dan tiga temannya yang lain masih berhadapan congkak dengan Chaerra. Tangan putih Chacha dengan cepat menyahut salah satu mangkok bakso di meja, maju secara cepat membuat Lia tak sempat menahan gadis itu. Walaupun terburu, gerakan tangan Chacha berhasil membuat kuah bakso benar-benar terlempar ke arah Elsa dan dua temannya.

"What the fuck!" Elsa memekik kencang, begitu pula dua temannya yang lain dengan baju putih yang ternoda. "You're jerk!" maki gadis itu segera maju ingin melakukan hal yang sama pada Chacha.

Chaerra di sisi lain juga kembali maju, bergerak beriringan menarik ketiga kepala gadis di hadapannya secara luar biasa. "Lo yang nyamperin gue, jangan sampai nyesel gue bikin botak ya!"

Taddy Bear [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang