26. Whenever Only She

116 28 6
                                    

Hessa

Ya?

Hessa

Di mana?

Hessa

Ayok pulang bareng.

Lia

Di rumah.

Hessa

Lah? Gak nonton?

Lia

Nonton bentar tadi, tapi langsung pulang.

Hessa

Kenapa?

Lia

Pusing.

Lia membuang ponsel begitu semenit berikutnya tidak ada balasan apapun. Gadis itu menghela nafas panjang, memandang pantulan dirinya sendiri di depan cermin yang sudah tidak karuan. Mata sebab, hidung merah, dan bibir yang sedikit bengkak karena terus ia gigiti sejak tadi. Selain tidak karuan, Lia juga merasa jadi terlihat begitu bodoh karena seharian menangis untuk hal yang tidak jelas.

Betapa bodohnya gadis itu.

Waktu berharganya untuk membaca novel atau menonton film harus terbuang sia-sia karena seharian ini gadis itu hanya mendengarkan lagu galau dengan volume keras. Kenapa ia jadi begitu berlebihan dalam mengekspresikan emosinya sekarang? Di mana Lia yang dulu begitu tenang tanpa pemikiran berlebihan?

Menjalin hubungan dengan Hessa tak membuatnya langsung kerasukan arwah perempuan yang baru saja ditinggal menikah oleh kekasihnya sampai ia ia harus sesensitif ini kan?

”Elia!”

Lia tersentak, menoleh dengan mata melotot kecil pada pintu yang dibuka keras. Gadis itu dibuat semakin terkejut dengan sosok Hessa yang sudah berdiri di sana, dengan nafas terburu dan wajah khawatir. Tubuh tegap pemuda itu segera maju, menghampiri Lia yang masih kebingungan.

”Lo gak papa kan? Gak demam kan? Gak ada yang luka kan?”

Tangan Hessa sudah menaruh kresek putih yang ia bawa ke meja supaya dapat meraih tubuh Lia untuk berdiri. Hessa dengan cepat menaruh tangannya di dahi Lia, mendekatkan wajah ke wajah gadis itu untuk mengamati gejala demam yang mungkin saja terlihat.

”Gak panas, tapi kenapa wajah lo merah banget?”

Setelah berhasil mengembalikan nyawanya, Lia berdecak tak santai, menepis tangan Hessa dari tubuhhya. ”Gue gak papa.”

”Serius?” tanya Hessa tak yakin. ”Gue beliin pil penambah darah, vitamin, sama baby fever. Lo butuh sesuatu lagi gak?”

Bibir Lia terbuka kecil, memandang Hessa yang sudah sibuk sendiri mengeluarkan semua barang dari kresek putih yang ia bawa. Ada beberapa pil penambah darah, dua gelas kecil vitamin, lima baby fever, tiga botol Pocari, dan beberapa roti cokelat.

Kenapa pemuda itu jadi ikut berlebih?

”Sa,” panggil Lia pelan membuat Hessa bergumam menoleh, ”lo dari tanding basket langsung ke sini?”

Taddy Bear [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang