Hessa turun dari motor dengan gumaman ringan, meloncat-loncat tak jelas memasuki rumah dengan wajah merekah. Seragam putihnya sudah tampil berantakan, dengan seluruh kancing terbuka dan keluar dari celana abu-abunya. Rambut pemuda itu yang tak bisa dikatakan pendek tampak lebih lepek akibat beraktivitas seharian. Namun daripada lusuh, wajah Hessa tampak mengembangkan senyum dengan mata berbinar layaknya anak kecil.
Wajah dengan garis rahang maskulin dan struktur tegas itu semakin merekah begitu mata sipit memanjangnya menangkan pintu kamar telah terbuka, menunjukkan telah ada penghuni di dalam sana. Pemuda itu masih dengan tas gitar dan tas sekolah hitamnya berjalan dengan langkah lebih cepat, masuk ke dalam ruangan yang biasa ia kenakan untuk bersantai.
”Ya, gue-”
Kalimat Hessa terhenti begitu saja, pandangan pemuda itu yang sempat berbinar jadi melebar terkejut mendapati tubuh mungil Lia sudah meringkuk di lantai kamar bersandar pada pinggiran ranjang dengan tangan mencengkeram erat pada ujung kasur. Wajah merekah pemuda itu menurun, dengan sudut bibir yang menghilangkan senyum lebar. Hessa dengan cepat maju, menaruh tas gitar, tas sekolahnya, sekaligus kunci motor ke atas meja sebelum menghampiri Lia du bagian bawah.
”Lo gak papa?"
Kepala Lia menggeleng keras, tangannya meremas perut bagian bawah kencang dengan wajah merunduk dan dahi mengernyit. ”Sa, sakit.”
Suara Lia tak terlalu terdengar, seolah tertahan di tenggorokan dengan nafas tercekat berat. Wajah gadis itu meringis, bergerak tak nyaman semakin meringkuk. Kepala Lia perlahan jatuh, menimpa perut Hessa dengan sengaja membuat pemuda itu ikut menjatuhkan tubuh ke lantai sepenuhnya.
”Ayo ke dokter,” gumam Hessa pelan, ”yang mana yang sakit?”
Hessa mendesis pelan merasakan kedua lengannya dicengkeram erat oleh tangan Lia yang jauh lebih mungil. Pemuda itu sedikit mengangkat kepalanya dari lantai kamar, mencoba menangkap wajah Lia yang semakin mengernyit menahan sakit sembari menggeleng.
”Sakit semua,” rengek Lia pelan, ”badan gue sakit,” lanjut gadis itu semakin sesak dengan isak kecil.
”Bangun dulu.” Hessa meminta pelan, meraih kepala belakang Lia untuk mengelus rambut gadis itu mencoba meredakan kerutan di wajah Lia. ”Biar gue pijitin.”
Tubuh Lia tak merespons sama sekali. Bagian bawah tubuhnya terasa lebih nyaman dengan sensasi dingin dari lantai seolah rasa nyeri yang sejak tadi gadis itu tahan sejak dapat sedikit reda. Ditambah kini bagian atas tubuhnya yang mendapat tumpuan dari dada Hessa serta pelampiasan baru dengan menekan lengan pemuda itu.
”Ya,” panggil Hessa pelan, ”perutnya dikompres dulu.”
”Sakit.” Suara Lia terdengar terisak, nafasnya berat. ”Sakit banget, Sa. Betis gue nyeri, paha gue kebas, punggung gue ngilu, kenapa semuanya sakit banget?” rintih gadis itu makin ringkih.
Kepala Lia tak lagi dapat memikirkan apapun seluruh tubuhnya yang terasa nyeri dan kebas. Tak dapat lagi memikirkan bahwa seluruh tubuh Hessa harus mengenai kerasnya lantai, atau sekedar berpikir jernih jika lengan atas pemuda itu yang ia cengkeram erat-erat akan meninggalkan bekas.
Seluruh tubuhnya terasa begitu menyiksa, dengan perut bawahnya yang seolah diremas. Benar-benar perpaduan rasa sakit yang luar biasa sampai Lia ingin melepas seluruh bagian tubuhnya jika bisa.
”Lain kali mau olahraga, paling enggak seminggu sekali biar badan lo gak sakit-sakit?”
Lia mengangguk cepat, seolah rela melakukan apapun untuk menghilangkan rasa sakit ini.
”Biasanya separah ini?”
Kalimat pelan dengan nada rendah yang Hessa keluarkan membuat gadis itu menggeleng kecil. Tapi ini bukan pertama kalinya, setidaknya setiap Lia terlalu banyak memaksakan diri mengikuti aktivitas, tubuhnya selalu akan dipaksa ambruk di saat masa menstruasi tiba. Walaupun memang sekarang ini tak separah jika ditambah rasa mual dan muntah akibat asam lambung naik. Namun seluruh tulang gadis itu seolah dipatah-patahkan dari dalam, membuatnya semakin ingin merengek kencang.
![](https://img.wattpad.com/cover/330585536-288-k319343.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Taddy Bear [Belum Revisi]
FanfictionHessa & Lia from Win Crown Lebih baik baca Win Crown dulu, tapi kalau mau langsung baca ini juga gak papa :) Rated: 17+ . . . . . Disclaimer: Cerita ini mungkin akan berjalan sangat flat. Hidup Elia Neiva Palmyra memang tak bisa dikatakan hanya terd...