05. Relationship in Scholl

157 22 6
                                    

Berita mengenai sang Cassanova Garuda sudah menyebar walau kegiatan sekolah baru saja dimulai tiga hari yang lalu. Daripada kelas mereka yang terlihat biasa, justru kelas-kelas lain menoleh kepo pada sosok yang akhirnya berhasil menjalin hubungan dengan cowok yang kabar kedetannya dengan perempuan kerap kali redup.

Lia bahkan masih ingat di hari pertama sekolah, seorang gadis satu tingkat kelas di atasnya datang ke XI-IPA5 dan bertanya yang mana pacar Hessa.

"Eh, itu bukannya Elia yang kata Xafier pacarnya Hessa?"

Pada awalnya, gadis dengan ikatan rambut rendah itu tak ingin menoleh ke arah sumber suara. Sudah kebal juga lama-kelamaan dengan pertanyaan setipe. Ia mungkin sudah menduga ini akan terjadi, tapi sama sekali tak menduga akan separah ini. Ia tak tau jika Hessa seterkenal ini sampai setiap sudut SMA Garuda seperti mengenali sosok pemuda itu dengan hebat.

Padahal di bandingkan cowok keren dengan julukan Ace Basket, justru Hessa tak lebih dari cowok slengean dengan wajah bengkak yang kerap kali baru ia dapati bangun tidur di siang hari. Apa yang menarik dari pemuda itu sampai seluruh sekolah begitu ingin tau pada kisah percintaannya?

"Gue pikir awalnya yang bakal berhasil bikin Hessa tobat tuh lo-aw!"

Lia menoleh, memandang ke arah ujung tribun teratas tempat dua orang gadis mulai melangkah masuk. Yang lebih mungil, Ana dari XI-IPA3 tampak memegangi kepalanya setelah memekik, bibirnya yang sudah agak maju tampak seperti bebek semakin mengerut turun. Di sisi lain, seorang gadis cantik dengan proporsi tubuh yang pas, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk, terlihat tersenyum canggung dengan anggukan kecil pada Lia ramah.

"Lagi nunggu Hessa, Ya?"

Mina, gadis XI-IPS2 yang masuk dalam julukan Three Visual from GHS bersama Arina dari kelas Lia dan Katharina dari kelas XI-IPA1 mengalihkan pembicaraan dengan pertanyaan baru. Kakinya melangkah turun, mendekat pada deret kursi tempat Lia diikuti oleh temannya. Wajah cantik gadis itu tampak berseri, dengan rambut bergelombang panjang yang tergerai indah.

Masing-masing sudut bibir Lia tertarik, mengangguk pelan. Keduanya memang pernah terlibat interaksi beberapa kali sehingga cukup mengenal untuk sekedar menyapa.

"Belum pulang, Na?"

Wajah cerah Mina terlihat mengeruh dengan gelengan kecil. "Redaksi lagi ada urusan sama anak Basket, mau wawancara tentang kompetisi basket bulan depan."

"Mau gue panggilin Hessa?"

"Eh gak usah," jawab gadis itu cepat dengan kepala menggeleng, "kita udah ada janji temu sama Ketua Ekskulnya kok, kebetulan Ketuanya juga sekelas sama Ana."

Suara Mina terdengar begitu pelan, sopan, lembut, dan canggung secara bersamaan. Gadis itu benar-benar cantik, dengan wajah mungil dan seluruh aspek yang sempurna. Bibirnya tak terlalu terlihat tipis, namun juga tidak bisa disebut tebal. Hidungnya memang tak terlalu mungil, namun mancung dan punya garis sempurna. Begitu pula mata Mina yang tampak memanjang namun juga terlihat sedikit lebar.

Cowok bodoh mana yang hanya mendekati gadis itu untuk bermain-main lalu lari ke gadis dengan wajah biasa saja seperti Lia kalau bukan Hessa Aksara Permana?

"Eh, kita izin duduk sini boleh gak?"

Lia segera mengangguk, menggeser tubuhnya untuk memberikan tempat bagi Mina dan Ana. Gadis itu lebih dulu melepas earphone di kupingnya sebelum kembali menoleh fokus pada Mina yang masih tampak canggung. Gadis itu memberikan getaran yang berbeda daripada gadis cantik lain yang tampak percaya diri.

Postur tubuhnya seolah mengatakan hal sebaliknya dari ekspresi wajah cerah yang ia tunjukkan, ada rasa tidak nyaman dan insecure? Lia tak terlalu yakin.

Taddy Bear [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang