Cringe parah!
.
.
.
.
.
Kelopak mata bulat itu mengerjap pelan, menangkap meja di depan sana yang menunjukkan layar komputer besar dan beberapa buku. Ada sebuah figuran yang sudah terpasang sejak beberapa tahu lalu, menunjukkan foto dua sosok anak sekolah dasar di hari kelulusan yang mewakili kelas untuk menampilkan pakaian adat Indonesia. Sosok Lia benar-benar kecil di sana, bahkan tak mencapai pundak Hessa.
Tapi justru ia yang terpilih untuk maju ke depan karena Hessa saat itu merengek tak ingin dipasangkan dengan anak perempuan lain kecuali Lia. Kedua sudut bibir gadis itu tertarik kecil, mengingat kembali masa kecil mereka di mana Hessa benar-benar layaknya bintang yang berhasil menarik semua pasang mata. Luar biasa bukan? Atau bahkan, mungkin sebenarnya sampai detik ini pun Hessa juga masih sama terkenalnya seperti dulu tapi dengan sosok Lia yang sudah tak terlalu peduli.
”Udah bangun?”
Suara rendah dari sisi belakang membuat kepala Lis menoleh sekilas, mengangguk kecil pada sosok Hessa yang masih mengelus pelan kulit kepala Lia dengan jari-jemari dan satu tangan pemuda itu yang lain melingkar di perut Lia.
”Udah enakan?”
Lia mengangguk lagi. ”Tapi masih pegel-pegel.”
”Perutnya udah gak sakit kan?”
”Dikit.”
”Tidur aja lagi, nanti jam delapan gue anterin pulang,”
Lia bergerak pelan, sedikit mendorong lengan atas Hessa supaya dapat memberikannya ruang bergerak. Gadis itu berubah jadi membalikkan tubuh, menghadap pada Hessa yang ikut bergerak membantu Lia pelan dengan mengangkat sedikit pinggang gadis itu. Lia sadar sepenuhnya jika aroma shampo Hessa terasa menguar dengan bau maskulin mint segar.
”Lo ngapain aja waktu gue tidur?” tanya Lia pelan, menaikkan kepalanya untuk menjadikan dada Hessa bantal yang diterima dengan suka hati oleh pemuda itu.
Tangan kanan Hessa segera melingkar di sisi bawah badan atas Lia, membantu menopang tubuh Lia. Tangan kiri Hessa yang semula berada di perut depan Lia jadi ikut bergerak melingkar ke punggung gadis itu, mendekap tubuh Lia dengan wajah menurun sayu.
”Lo tidur bahkan belum ada sejam,” bisik Hessa pelan, menaruh dagunya agak naik di bahu Lia, ”tidur lagi ya?” lanjut pemuda itu menggerakkan kedua tangannya mengelus punggung Lia.
”Kretek lagi,” minta Lia tak kalah berbisik, menggerakkan kedua tangannya naik ikut melingkar di leher Hessa.
”Udah tadi.”
”Lagi.”
”Besok lagi,” kata Hessa pelan, memundurkan wajah untuk menangkap wajah Lia yang terlihat sedikit memerah, ”gue pijitin mau?”
Suara desisan terdengar menyusul cepat setelah tangan Hessa bergerak ke bawah, menekan pinggang Lia. Suara Lia jadi berubah dengan kikikan tawa pelan yang bercampur dengan rintihan kesakitan.
”Beneran remaja jompo deh, Sa.”
Tawa serak rendah Hessa ikut terdengar, merubah gerakan tangannya hanya untuk mengelus seperti tadi. ”Makannya olahraga, lo gak mau olahraga sih.”
”Lo yang lepas sepatu gue?” tanya Lia mengalihkan pembicaraan, tangannya semakin bergerak naik memainkan rambut Hessa yang tak bisa dikatakan pendek.
Gumuman Hessa terdengar sebagai respons sederhana. Kedua tangan pemuda itu semakin menarik punggung Lia, mencoba membawa seluruh tubuh Lia supaya lebih dekat dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taddy Bear [Belum Revisi]
FanfictionHessa & Lia from Win Crown Lebih baik baca Win Crown dulu, tapi kalau mau langsung baca ini juga gak papa :) Rated: 17+ . . . . . Disclaimer: Cerita ini mungkin akan berjalan sangat flat. Hidup Elia Neiva Palmyra memang tak bisa dikatakan hanya terd...