Tiga puluh dua : Apa Lo bilang?!

1.2K 71 2
                                    

(SELAMAT MEMBACA)

Pagi ini Elle berangkat ke sekolah mengendarai motor nya sendiri, padahal Aksa sudah mengajaknya ke sekolah bareng tapi Elle menolak mentah mentah dengan alasan motornya udah lama gak kepakai. Karena Aksa tak ingin Elle marah lagi padanya, alhasil ia mengiyakan kemauan Elle dan berangkat mengikuti Elle di belakang bersama inti Agosfer.

Elle memarkirkan motornya, begitu juga dengan Aksa dan anggota inti Agosfer lainnya. Mereka duduk di motor masing masing, sembari mengobrol dan bercanda.  Seperti nya Elle gak akan pernah tenang sekolah di SMA Lintang Permana ini, buktinya Bianca dan teman temannya terlihat menghampiri Elle.

"Ell kayanya ada yang perlu lo ladenin." ucap Satya menaik turunkan alisnya.

Elle tak menggubris perkataan Satya, ia hanya memutar bola matanya malas. Lelah menghadapi semua ini, Elle hanya ingin hidup tenang sekali aja, kenapa susah sekali?

"Oh ini yang caper sama semua cowok?!" terdengar suara cempreng yang berasal dari samping Elle. Siapa lagi kalo bukan Bianca and the geng.

"Heh! Ell-" belum sempat Lano membalas ucapan Bianca, namun di hentikan oleh Elle dengan menaikkan tangannya. Alhasil Lano hanya bisa diam membiarkan Elle meladeni sendirian.

"Ngatain diri sendiri?" Elle membalas ucapan Bianca dengan tenang tanpa ada emosi sedikitpun tercetak di wajahnya.

"Lo tuh yah!! Gue gak caper!!" teriak Bianca marah.

"Affah iyah dek?" Tanya Derry dengan raut wajah mengejek. Para inti Agosfer menahan tawanya.

"Kalo bukan caper terus apa? Pamer body?" Elle menatap Bianca dari atas sampai bawah, terlihat pakaian bianca sangat ketat, terutama di bagian dada dan pinggul tercetak sekali bentuknya.

Bianca yang merasa di ejek tentu
tak terima, Bianca mengeraskan rahangnya. Ia maju satu langkah ke depan bersiap menampar Elle, namun tindakan nya itu di tahan oleh Aksa. Aksa menghempas tangan Bianca membuat perempuan itu meringis.

"Lain kali kalo udah kalah jangan di terusin, takutnya entar makin malu!" Aksa yang sedari tadi diam menonton drama tentu tidak tinggal diam jika sudah begini. Ya walaupun pacar nya bukan gadis lemah.

Para teman teman nya mengacungkan jempol kepada Aksa.

"Gausah ikut campur lo Sa." Elle menatap Aksa sebal. Hilang sudah image nya jadi cewe kul.

"Lah terus gue harus diam aja gitu ngeliat lo mau di tampar?" Tanya Aksa tak suka.

"Iya! Ini masalah gue."

Bianca bergelayut manja di lengan kiri Aksa. "Kamu kok belain dia sih?" kata Bianca manja.

Aksa menepis tangan Bianca dengan kasar, Aksa mengusap usap tangannya seolah baru saja terkena kotoran. Derry, Allano, Satya dan Arion tidak dapat menahan tawa lagi, mereka menyemburkan tawanya seketika.

Ekspresi Elle terlihat jijik, bagaimana tidak Bianca bergelayut seperti itu kayak wanita kurang belaian aja. "Pergi sana! Jijik gue liat muka lo kayak orang yang kurang belaian tau gak?!"

"Apa lo bilang?!"

"Kayak orang kurang belaian." balas Elle datar.

"APA LO BILANG?!!" Bianca menatap Elle nyalang, terlihat sekali di matanya kilatan emosi.

"Selain gak tau diri lo ternyata budeg juga ya?" ejek Elle.

"Awas ya lo!" Bianca pergi meninggalkan mereka.

Saat itu pula, inti marveles termasuk Aksa dan Elle menyemburkan tawa mereka. "Aduh sakit perut gue anjing." umpat Derry karena kelamaan tertawa.

"Udah cape gue ketawa anjeng. Ayo ke kelas ke buru bel entar." ajak Allano.

Mereka semua berjalan dengan Elle yang berada di tengah tengah, sampai di koridor  mereka berpisah karena perbedaan tingkat kelas. Elle, Aksa, Allano, Satya, serta Derry berjalan beriringan. Mereka berlima memasang wajah datar seperti biasanya.

Sampai di depan kelas, bisik bisik para siswa menyambut mereka. Elle hanya memutar bola matanya malas, lalu duduk di bangkunya seperti biasa. Terlalu muak meladeni orang yang hanya berani di belakang. Jika berani sama Elle kenapa gak di depan nya aja ngomong secara langsung? pengecut banget.

Tak lama bel berbunyi, menandakan kegiatan pembelajaran akan segera di mulai. Elle yang memang dasarnya anak yang sangat malas, yang sialnya dia tetap pintar memilih untuk tidur saja, lagi pula semua mata pelajaran sudah ia kuasai apa gunanya belajar?

Pak Sardi, guru yang terkenal killer banyak siswa siswi yang takut kepada Pak Sardi, ia mengajar dalam mata pelajaran sejarah. Killer ya? kayanya itu gak akan berarti apa-apa kepada Elle. Malahan mungkin saja Pak Sardi yang akan takut pada Elle dan Aksa? Enggak bercanda. Mana ada guru takut pada anak muridnya kan gak lucu.

Pak Sardi mulai mengajar, menjelaskan materi, menulis poin poin penting yang perlu di catat oleh muridnya. Tanpa sengaja penglihatan Pak Sardi tertuju ke pada dua insan yang tertidur dengan menelungkupkan kepalanya di atas meja.

Derry yang peka akan penglihatan Pak Sardi yang tertuju pada Elle dan Aksa tertegun sesaat. Lalu Derry mencolek Aksa yang tepat berada di sampingnya. "Heh Sa, bangun anjir lo di lihatin noh sama guru." bisik Derry sedikit panik.

Lano yang kebetulan juga duduk di depan Elle, berusaha ikut membangunkan Elle. "Heh Elle! Bangun! Pak Sardi liatin lo tau!" bisik Lano

Aksa dan Elle bangun dengan ogah ogah-ogahan. "Lo berdua ganggu tidur gue tau gak?!" kesal Elle. Sedangkan Aksa hanya menatap Allano dan Derry kesal.

"KALIAN BERDUA AKSA SERTA ELLE MAJU KEDEPAN!!" Teriak lantang Pak Sardi

Para siswa yang tadi nya melihat perdebatan antara mereka berempat seketika terkesiap karena mendengar teriakan lantang Pak Sardi yang tiba tiba. Sedangkan yang diteriaki hanya menaikkan alisnya sebelah dan menatap Pak Sardi datar.

Tak urung mereka maju ke depan. Membuat para inti marveles geleng geleng kepala. "Emang ya, mereka berdua itu lebih dari cocok. Sifat nya aja hampir mirip." Kata Satya.

"Bener, setuju gue kali ini." balas Allano, dan Derry hanya mengangguk membenarkan.

Semua siswa melihat mereka berdua, suasana kelas yang awalnya hening kini menjadi ricuh di penuhi dengan bisik bisik para siswa yang membicarakan sosok Aksa dan Elle yang sudah berada di depan.

"Kenapa kalian tidur di jam pelajaran saya hah?!" Bentak Pak Sardi menatap nyalang ke arah mereka semua, guru mana coba yang gak marah jika anak muridnya sebandel ini?

"Kalo saya tidue berarti saya ngantuk." jawab Elle santai tanpa beban, tak peduli Pak Sardi yang akan marah karena jawabannya.

"Kalian berdua benar benar ya! Keluar dari kelas saya, berdiri di depan tiang bendera sampai jam pelajaran saya selesai!" Usir Pak Sardi, dengan mengibaskan tangannya.

Aksa mengedikkan bahunya acuh tanpa protes sedikitpun Aksa menarik tangan Elle keluar dari kelas. Elle dan Aksa berjalan beriringan ke arah lapangan, sampai di depan tiang bendera Elle dan Aksa pun hanya diam. Sampai akhirnya Aksa membuka pembicaraan.

"Lo kepanasan gak Re? Nih pake topi gue." Aksa menyodorkan sebuah topi yang kebetulan ia bawa.

"Dikit sih. Enggak usah, lo aja yang pake."  Tolak Elle halus, lalu kembali menghadap ke depan.

Aksa memakaikan topi di kepala Elle, agar Elle tidak terlalu kepanasan. Elle pun hanya diam tanpa nolak, Aksa tersenyum melihat tingkah Elle yang menurutnya lucu. Aksa mengelus kepala Elle karena gemas. "Tadi sok sokan nolak, giliran di pakein malah mau." cibir Aksa.

"Apa sih, ga jelas." Elle menahan senyumannya.

"Lo yang gak jelas." Aksa terkekeh geli.

tringg tringg

Tiba-tiba ponsel Aksa berbunyi, Aksa segera mengambil ponsel nya yang berada di saku, terlihat orang yang menelpon nya adalah anak buahnya. Aksa menggeser ke arah warna hijau.

"Halo, ada apa?"

"...."

"Apa?! Oke gue kesana sekarang."

Aksa menatap Elle dengan raut wajah gelisah bercampur marah.

A & E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang