68...

121 7 1
                                    

Entah apa yang terjadi semalam, ia terlalu malu untuk mengingatnya.

Tentu saja, pria ini melampiaskan gairah sex yang telah susah payah ia tahan. Dasar Evans, meskipun ini sah-sah saja tapi Arin tetap kesal. Ia juga senang tapi ia kesal, intinya ia dalam keadaan tidak terkontrol. Evans juga tak lagi mengindahkan ucapannya dan lebih suka bermain dengan caranya sendiri.

1:1 mereka nampak impas, Evans kini punya ancaman yang mengerikan.
Jam menunjukkan pukul tujuh pagi, dan apa yang mereka lakukan?

Tidur di dalam selimut tanpa busana, tidak mengherankan meskipun di awali dengan pemaksaan.

Pria itu, Evans memeluk Arin. Suasana hangat meskipun tidak nyaman. Aroma Aqua yang samar, deru nafas yang terdengar lelap tapi pria ini tidak benar-benar tidur.
Dia sedang mengusap punggung Arin dengan lembut.

"I hope, i did't hurt you"

"shut up, dan jauhkan tangan mu dari tubuh ku"

Evans terkekeh, tak masalah Arin bersikap kejam padanya karena ia sudah mendapatkan apa yang ia mau. Lagipula Arin memang sering bersikap ketus padanya.

Pria yang tak mendengarkan protes, ia dengan tangannya terus meraba dan mengelus. Membuat tubuhnya merinding

"EVANS!" Arin mendorong pria itu dan Evans tetap tertawa.

Suara dering telepon terdengar, Arin tahu itu dari handphone-nya iya masih mengerutkan dahi ketika mengangkat telepon.

"Miss, hari ini ada rapat untuk produk baru yang di rencanakan. Anda juga ada janji temu dengan tuan Ali Sadikin"

"Sial!" Arin Arin bangkit sambil membawa selimutnya, Evans sampai terkejut melihat istrinya bergerak begitu lincah.

"What? Aku pikir setidaknya ia akan mengeluh sakit... Ah ya sudahlah"

Pagi yang terburu-buru setelah mengalami malam yang begitu gila. Ia harus menyiapkan hari libur atau seluruh tubuhnya akan rontok karena kelelahan.

Sempat ia berkaca dan dikejutkan dengan banyaknya tanda kecupan. Ia seharusnya tidak heran, tapi jumlahnya lebih banyak dari yang Arin kira, sehingga Ia seperti sedang terkena penyakit gatal.
Di kulitnya yang putih itu sebelah kiss mark tentu akan mencolok.

Ia siap dengan cepat dan sedang terburu-buru, saat keluar dari kamar ia sudah mendapati Evan duduk di meja makan dengan roti isi dan kopi dan segelas susu.

"Kamu akan pergi bekerja?"

"Iya aku ada rapat"

"Mau aku antar?" Evans menawarkan dengan tatapan tulus.

"Tidak usah, ada Olivia" balas Arin sambil mengambil roti itu ia berjalan mendekati Evans dan mengecup kepalanya.

"Jangan lupa minum obatmu"

"Yes ma'am" patuhnya dengan nada setengah tak bersemangat.

"Bye" Arin tersenyum dan berjalan dengan cepat.

"Hey honey, kamu yakin tidak ada bagian yang sakit?"

"Of course, stop asking" Arin sedikit kesal saat menjawabnya, dan setelahnya pintu tertutup.

Sakit, tentunya area intimnya terasa tidak begitu mengenakkan tapi ia harus profesional bagaimanapun caranya.

•••

Seperti yang ia duga Olivia sudah menunggunya di lantai bawah. Ia langsung saja pergi ke kantor dan memulai rapatnya. Andaikan ia bisa berlibur dan menikmati keromantisan. Ya sebelum itu ia harus menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang