"Jadi olahraga hari ini adalah bulu tangkis. Setiap kelas membentuk lima kelompok."
Seperti biasa, Karina membentuk kelompok dengan gengnya sendiri. Wendy terlihat bersemangat karena Brian terus memberikan senyuman manis padanya. Karina sungguh muak melihatnya.
"Ayo Karina, geng kamu duluan," ucap Pak Jamal yang sudah memahami alur per-circlean anak didiknya.
"Gengnya Pretty, kamu lawan gengnya Karina."
Karina menatap ke arah Pretty yang memandangnya dengan wajah penuh kebencian. Karina tahu jelas mengapa Pretty membencinya. Itu karena Rama yang telah lama mengejarnya, dan berakhir menjadikan Pretty sebagai pelampiasan. Rama menerima cinta Pretty atas dasar kasihan dan pelampiasan saja.
Semua murid yang tidak bermain duduk di pinggir lapangan. Panas terik matahari tak membuat mereka mengeluh sedikit pun. Itulah hebatnya murid SMA Bronxy.
"AYOO SEMANGAT KARINA!" teriak Bima membuat Navaro sontak menjauh darinya. Suara Bima benar-benar memekakkan telinga.
"Duh aduh, nggak sabar mau lihat Karina pas smash nanti. Pasti dadanya mantul, tuh!" lanjut Bima yang langsung disumpal mulutnya oleh Navaro dengan botol minuman yang sejak tadi dipegangnya.
"Berisik, Bim. Suara lo bikin telinga paripurna gue terganggu!" sentak Navaro.
"Hahaha, percuma lo ngomong sama dia, Var. Misi dia buat nggak solo aja ngulang terus tiap hari," sahut Beno yang duduk di sebelah kanan Navaro, sedangkan Bima duduk di sebelah kirinya.
"Yeee, emang lo berhasil gitu, Ben? Nggak percaya gue," ucap Bima tak mau kalah.
"Sekate-kate lo! Ya meskipun tiga hari sekali sih gue ngulang dari awal lagi." Beno menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Navaro dan gengnya memang bersepakat untuk tidak melakukan 'solo' dengan kurun waktu yang cukup lama. Itu semua karena ceramah dari Pak Malik, yang menyarankan juga bahwa mereka harus menjaga jarak dengan perempuan dan berhenti menonton film biru.
"Udah alamat kita tuh disuruh puasa tiap hari!" ucap Bima.
"Sama aja lo puasa tiap hari tapi malamnya solo," sindir Navaro.
"Hehehehe, betul juga," ringis Bima.
Mereka bertiga kembali fokus pada permainan yang akan segera dimulai. Karena semakin meriah, semua murid di pinggir lapangan mulai berdiri dan menyoraki tim masing-masing.
"AYOO KARINAAA!" teriak Bima sembari bertepuk tangan dengan meriah.
"Bim, lo di kelas mana sih? Harusnya lo dukung gengnya Pretty," ucap Beno memprotes Bima.
"Suka-suka gue lah, Paijo. Karina itu nggak ada duanya."
"Heh! Jangan gitu lo, Daki Prindapan. Karina tuh lagi pedekatean sama Navaro."
"APA?!" pekik Bima keras hingga membuat konsentrasi Karina tertuju padanya.
Karina melihat ke arah Navaro dan teman-temannya. Ia tersenyum melihat Navaro yang berbaris di barisan yang mendukungnya—meskipun itu karena Bima yang menariknya bersama Beno untuk menjadi supporter kelas sebelah.
Karena tak fokus, sebuah shuttlecock melayang ke arahnya.
"Karina! Fokus!" teriak Chika namun sudah kepalang tanggung.
Karina berusaha mencapai shuttlecock tersebut namun ia malah kewalahan dan berakhir terjatuh ke depan. Karena posisi yang tak stabil, dahi Karina terhantam oleh batu dan berakhir mengenaskan. Karina jatuh telungkup di sana dan semua siswa mengerubunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...