"Ini yang terakhir, janji!"
Karina membawakan sebuah Chocochips Cokelat untuk Navaro pagi ini. Ia telah membuat kue itu sejak pukul setengah lima pagi karena ia tahu bahwa ia akan mengalami kegagalan. Ternyata dugaannya memang benar, Karina gagal sampai mengulang tiga kali.
"Gue nggak tahu ini bakal kerasa enak atau nggak di mulut Navaro. Tapi nggak papa deh, coba aja," gumamnya.
Karina memasuki ruang kelas Navaro, menaruh sekotak kue kering cokelat itu di kolong meja Navaro. Tak lupa Karina juga menyelipkan sebuah surat di atasnya.
Setelahnya Karina pun bergegas pergi dari sana.
Tak lama kemudian, satu per satu murid kelas sebelas-B dipenuhi oleh para siswa. Bima dan Beno telah datang terlebih dahulu, lalu disusul oleh Navaro.
Bima melambaikan tangan ke arah Navaro. "Woy Ma Bos! Bagi contekan lah, biasa."
Bahkan Navaro belum sempat menghempaskan bokongnya di atas bangkunya, tapi Bima sudah memalaki PR. Navaro tetap memberikan contekan untuk Bima.
"Noh!"
Navaro mengeluarkan ponsel di saku celananya setelah duduk di bangkunya. Dia berniat menonton youtube saja.
"Var, login yuk! Mumpung belum ada bel masuk," ajak Beno membuat Navaro melirik jam di ponselnya—karena jam kelasnya memang lama tak pernah diganti baterai.
"Udah jam segini, takut nggak keburu. Nanti pas istirahat aja."
Beno hanya mengangguk menurut saja. Sementara Bima sedang bertingkah aneh. Beno menatapnya heran, "Bim, kenapa mulut lo kayak gitu? Habis makan bekicot?" Sejak tadi Bima terus mengecapkan indera perasanya.
"Gila ini tadi gue habis makan seafood, jadi rasanya lidah gue nggak terbiasa. Mami sih udah tahu gue nggak suka seafood, eh dia terima dong banyak banget seafood dari tetangga. Mau nggak mau ya Mami masak dan gue makan deh."
"Ya lo beli apa-apa gih ke kantin! Gue risih anjir lihat lo kecap kecap kayak gitu terus! Mana berisik lagi," ucap Beno yang dihadiahi decakan kecil oleh Bima.
"Lagi tanggal tua, anjir. Dompet gue masih dalam mode diet."
Navaro hanya mendengus mendengar pembicaraan mereka berdua. Kakinya tak sengaja menyodok bawah meja, dan ia pun mendengar suara aneh dari sana.
Navaro melihat kolong mejanya yang ada sekotak bekal pinky dan surat di atasnya. Navaro mengernyit, lalu segera membaca surat itu karena penasaran.
'Varo, ini chocochips cokelat buatan gue sendiri. Ya meskipun mungkin nggak terlalu enak, tapi lo makan, ya? Mungkin ini terakhir kalinya gue perjuangin lo. Lo jaga diri baik-baik yah!'
"Maksud cewek ini apaan?" Kerutan dahi pun tercetak samar—ia kemudian membuka bekal itu.
Bima yang melihat kotak berisi makanan manis itu langsung berbinar-binar. "WOAHHH! VARO! Minta dong! Aduh, kebetulan bangettt sih!"
Navaro melirik kotak itu sekilas, kemudian ia memberikan sekotak itu pada Bima begitu saja. "Nih, makan aja. Gue juga nggak tahan denger suara mulut lo itu."
"Itu dari siapa, Var? Masa lo bawa gituan ke sekolah?" tanya Beno juga penasaran.
"Eh, iya juga. Lo bisa buat kue kayak gini juge? Eh, tapi bentuknya radak aneh sih," imbuh Bima seraya memperhatikan bentuk kue kering cokelat itu di dalam kotak bekal.
"Dari Karina," jawab Navaro santai.
"S-serius dari Karina? Ini beneran boleh gue makan nih?" tanya Bima memastikan lagi namun Navaro kembali mengangguk santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...