"Woi! Pacaran aja! Sini kalian berdua!"
Karina dan Navaro baru kembali ke Villa dan melihat teman-teman mereka sibuk mempersiapkan hidangan makan malam. Karina segera berjalan ke arah yang berbeda dari Navaro. Ia berjalan ke arah Devia yang sedang membakar seafood.
"Apaan sih? Kan gue udah bilang, kita tuh nggak pacaran," Kilah Karina lagi.
"Prett! Udahlah Rin, ngaku aja. Nikah aja deh sekalian kalian berdua!" tutur Bima seenak jidatnya.
"Bim! Kan Karina sama Navaro masih sekolah," sela Andin yang tiba-tiba ikut angkat bicara. Sejak tadi Andin sibuk memasak lauk lainnya dengan Bima.
"Lo nggak tahu ya? Sekarang tuh banyak lagi yang nikah diam-diam waktu SMA. Ah lo tuh baca buku sekolaj mulu, baca novel atau wattpad kek! Banyak cerita kayak gitu!" cerocos Bima.
"Tapi kan itu fiksi!" bantah Andin.
"Tahu tuh! Ya pasti nggak ada lah orang SMA udah nikah. Otomatis dikeluarin dari sekolah, Bim," imbuh Wendy membela Andin.
"Ah bacot semua! Oke deh, 2 lawan 1. Kalau beneran ada, gimana?! Ya it's okey kan! Asal naenanya nggak di sekolah atau pakai seragam sekolah." Bima berkata sembari menatap Beno dan Devia bersamaan.
"EH EH, lo nyindir gue?!" Beno mulai tidak terima, namun Zayyan menahannya.
"Eh mau kemana? Ini minumannya siapin dulu, gue mau bantuin si Wendy bumbuin ayam. Bisa berabeh nih kalau nggak enak rasanya," ucap Zayyan.
"Kok lo ngejek gue? Gini-gini gue pernah masak kalew," tutur Wendy.
"Var! Bantuin gue masak nasi!" titah Jian yang sejak tadi sedikit kesusahan memasak nasi karena porsi mereka sedikit banyak.
"Aduh panas banget dah. Gue ambilin piring di dalam ya? Sama apalagi yang kurang sekalian gue ambilin?" tanya Karina pada Devia yang masih sibuk membolak-balikkan seafood di atas panggangan.
"Sama minta tolong ambil hp gue di laci kamar, Rin."
Karina mengangguk saja kemudian beranjak pergi dan sana. Gadis itu berjalan seorang diri ke dapur dan mengambil beberapa piring. Namun ia agak terkejut karena sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkari perutnya dari belakang.
"Astaga, Varo. Ngagetin banget sih?!"
Navaro terkekeh kecil—ia menyandarkan dagunya di atas bahu kiri Karina, "Jangan lupa besok kita keluar."
"Awas aja ya kalau besok zonk!" ancamnya.
"Emang kalau zonk kamu mau apa?" tanya Navaro seperti menantang.
"Kalau zonk aku bakal ngambek tujuh hari tujuh malem!" ucapnya yang masih ada di depan pelukan Navaro.
"Lihat aja besok."
***
Pagi-pagi sekali Karina telah bersiap untuk pergi dengan Navaro. Navaro sama sekali tidak memberitahukan kemana mereka akan pergi, namun Karina berharap rasa kesalnya kemarin akan terbayarkan dengan hari ini.
Karina keluar dari Villa dan sudah ada Navaro di depan halaman yang luas itu. Teman-temannya masih sibuk mengorok, padahal waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...