Karina menatap langit-langit atap kamar Navaro. Jantungnya masih tak terkontrol sejak kejadian tiga puluh menit yang lalu. Gadis itu menyentuh bibirnya sendiri—merasa ini seperti sebuah mimpi.
"Gue harus cepet-cepet tidur biar nggak mikirin si Varo lagi. OMG! Kalau dia udah bilang suka gini masa gue anggurin sih?!" racau Karina seorang diri di dalam kamar Navaro yang telah gelap sepenuhnya.
Belum sempat Karina menutup mata, namun suara nyaring terdengar dari arah ponselnya. Karina terkejut melihat Navaro yang tiba-tiba mengiriminya pesan dan berkata bahwa dia akan menemaninya tidur malam ini.
"WOIII! Apa ini?! NO NO GUE MALAH NGGAK BISA TIDURR," teriak Karina sontak terduduk dari berbaringnya semula.
Karina menolehkan kepala saat pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dan menampilkan Navaro sedang menekan saklar lampu di samping pintu. Akhirnya lampu pun menyala dan Navaro cukup terkejut melihat Karina yang hanya memakai atasan tanktop di atas pusar saja.
Karina sendiri juga mengamati tubuh atletis Navaro lekat-lekat. Pemuda itu kini hanya memakai kaos tanpa lengan hingga memperlihatkan otot lengan serta bisepnya, rambutnya cukup berantakan, namun wajah Navaro masih terlihat segar.
"L-lo ngapain sih ke sini? Gue mau tidur!" sentak Karina tapi Navaro tetap melangkahkan kaki mendekat.
"Di luar hujan, kalau ada petir pasti lo takut."
"Sok tau lo! Gue nggak takut sama begituan!" kilah Karina.
Navaro mendengus dan tanpa permisi kini menyingkap selimut yang sejak tadi menutupi bagian paha Karina. Navaro sedikit membulatkan mata, "Kenapa lo pakai pakaian gini waktu hujan? Lo nggak kedinginan?" tanyanya.
"Kepo banget sih lo Varo mending lo keluar sana!" Karina mendorong-dorong bahu Navaro agar pria itu mau menjauhinya.
"Kalau lo nggak mau pakai baju hangat, ya udah gue yang hangatin."
Karina mendelik ke arah Navaro—pikirannya terngiang dan berspekulasi bahwa malam ini akan terjadi adegan panas dan menggairahkan saat Navaro menyebut kalimat terakhirnya.
GILA. KARINA BISA GILAA!
"M-maksud lo?!!! Lo mau nodain gue, ya?!"
Navaro malah terkekeh kemudian dengan senang hati mengecup pipi kanan Karina hingga membuatnya mematung di tempat. Karina mengerjapkan mata berulang kali saat Navaro telah menjauhkan dirinya lagi.
"L-lo..."
CUP!
Lagi dan lagi.
Ciuman itu beralih pada pipi kiri Karina. Sungguh—Karina sudah tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaannya saat ini. Karina benar-benar ingin 'menerkam' dan menunjukkan betapa hebatnya permainan ia saat di ranjang nanti.
"Varo lo..."
"Gue suka sama lo, dan kayaknya gue mulai sayang sama lo."
CUP!
Kini kecupan itu beralih pada bibir Karina. Karina tidak bisa berkata apa-apa lagi. Navaro benar-benar membuat kepalanya pusing, dan perutnya merasa seperti ada kupu-kupu terbang.
"Apa lo udah punya jawaban dari pertanyaan gue?"
"Oh My Ghost! Ternyata Navaro emang nggak sabaran banget jadi gemes anjirr! Gue jawab sekarang atau nggak ya?! Eh tapi kalau sekarang nggak seruu anjir gue pengen lihat seberapa perjuangan dia,' batin Karina seolah berbicara pada dirinya sendiri.
"Katanya mau berjuang? Baru aja tadi tiga puluh menit yang lalu bilang kalau siap menunggu jawaban gue kapanpun, sekarang udah tanya lagi. Mana perjuangan lo?!" tutur Karina dengan intonasi suara sedikit meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...