Dengan berbekal menaiki motor Kawasaki miliknya, Navaro mulai memasuki halaman depan sekolah yang sudah ramai akan siswa. Ini adalah hari senin—di mana para siswa akan melakukan upacara.Ia melepas helm full-face nya dan berjalan seorang diri menuju ruang kelasnya yang ada dekat dengan mushola. Navaro melirik ke arah kelas sebelas-B yang letaknya di samping kelasnya. Ia belum menemukan keberadaan Karina di sana.
Navaro telah menyuruh Karina pulang sejak pukul lima pagi tadi. Itu pun karena Karina memang terbangun akibat Edwin—Daddy nya yang tiba-tiba meneleponnya.
Navaro tak berniat mengantarkan gadis itu pulang sama sekali. Dirinya cukup tersiksa dengan tadi malam yang tidur di sofa sempit kerena tak ingin melampaui batasnya. Navaro tak bisa tidur satu ranjang dengan Karina sebab ia adalah pria yang masih normal.
"Woy, Varo! Pinjem PR lo, dong! Kemarin gue ketiduran."
Baru saja ia memasuki ruang kelas, namun Bima malah sudah memalaki tugas sekolah. Meskipun terpaksa, tetapi Navaro tetap memberinya contekan.
"Bim, lo bawa bekal nggak? Laper banget nih gue. Males kalau mau ke kantin pagi-pagi gini. Bentar lagi juga mau upacara."
"Kebetulan Mami gue tadi buat Chicken Katsu. Lo makan aja gih! Ntar siang gue minta lagi. Orang rumah gue deket aja dari school." Bima pun mengeluarkan bekal makanannya pada Navaro.
"Oke. Thanks, Bim."
"Haloo, para bujangan tapi yang udah nggak perjaka. Eits! Makan apa nih? Mau juga, duong!" Beno tiba-tiba datang dengan suara yang menggema di seluruh kelas.
Untung paras Bima cukup tampan, jika tidak—pasti siswi di kelas akan mengomelinya.
"Bajingan lo, Ben. Suara lo bikin tulisan gue jari belepotan nih!"
"Widih sensi amat lo, Bim. Nggak solo lo tadi malam?"
"Solo, sih. Tapi pagi tadi. Tadi malam gue ngantuk banget karena seharian diajak latihan olahraga sama si Juleha. Mana berisik banget lagi. Coba aja kalau sama Karina. Betah deh gue," celoteh Bima namun dengan tangan yang masih menulis contekan.
"Weh iya juga. Gimana lo kemarin sama Karina, Var? Bukannya dia sekarang lagi kejar-kejar lo, ya?" tanya Beno sembari mengambil sepotong Chicken Katus yang ada di dalam kotak bekal Bima.
"No comment. Sekali aja deh ngajarin dia. Nggak kuat gue," jujur Navaro yang dapat Beno mengerti.
"Derita lo, sih. Tapi lo udah mulai suka sama dia?" tanya Beno lagi.
Belum sempat Navaro menjawab, namun bel pertanda upacara akan dimulai telah berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas karena takut akan kena bogem Pak Jamal jika tidak segera mengatur barisan.
Navaro buru-buru menaruh bekal Bima di bawah kolong meja dan mulai mengenakan topinya kemudian keluar kelas bersama Bima dan Beno. Ia juga sempat menyapa Jian dan Zayyan yang berada di kelas berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romantik"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...