Karina baru saja menuruni tangga rumah Navaro dan menemukan keberadaan Navaro yang sedang membuat sandwich di lantai bawah—tepatnya di dapur. Karina mendengus melihatnya, semakin hari Navaro semakin menguji kesabaran karena terus bersikap seenaknya pada dirinya.
"Dasar mesum!" teriak Karina memenuhi seisi rumah Navaro.
Navaro mendongakkan kepala ke atas kemudian tersenyum tipis melihat Karina sedang berlari ke atas lagi dengan tergesa. Karina sendiri harus bergegas karena harus masuk sekolah pagi ini, kebetulan hari ini adalah jadwalnya kelas musik, Karina tidak bisa melewatinya.
"Jangan lama-lama nanti telat!" teriak Navaro dari bawah yang masih bisa Karina dengar dari atas.
Karina menghela napasnya, saat ini ia baru saja menapaki kamar mandi Navaro. Bau semerbak khas sabun menguak dari kamar mandi itu. "Ck, harusnya kemarin gue nggak usah bantuin dia mandi. Argghh! Bisa gila gue!"
Ia pun mulai menyalakan shower kemudian mandi.
Tok..tok...
"LAGI MANDI JANGAN DISABOTASE!" teriak Karina dari dalam kamar mandi.
"Dasar mesum! Maksud lo apa coba bilang lanjutin yang kayak di bath up kemarin?! Inget, ya! Gue belum nerima cinta lo, Navaro Malik Lorenzo!" lanjutnya.
"Nerima cinta? Maksud lo apa, Rin?"
Karina tersentak. Itu bukanlah suara Navaro, melainkan suara Devia.
"Rin? Jadi lo nginep di rumahnya Navaro?!"
Dengan buru-buru Karina segera menyelesaikan aktivitas mandinya kemudian memakai handuk. Ia keluar dari kamar mandi menuju pintu kamar Navaro. Karina mendesis dan membukakan pintu serta mempersilahkan Devia masuk. Devia takjub, baru pertama kali ia melihat ada kamar semacam ini.
"WEH GILA! LO TIDUR DI KAMAR MODEL GINI?!"
"SSSSTTTT! Diem, Dev! Lo sama siapa ke sini?" tanya Karina sedikit cemas.
"Gue sama Beno. Tadi gue ke atas karena mau ngambil selotip yang katanya ada di ruang kerja. EHHH! ITU NGGAK PENTING! Sejak kapan lo tinggal di sini?" Sebuah kerutan bahkan tercetak jelas pada dahi Devia. "Kenapa lo nggak cerita sama gue, Karina?!"
"Aduh, panjang cer...."
"Dan lagi! Apa maksud bath up tadi sama belum nerima cinta Navaro?! OMG, Karina! Lo berhutang banyak penjelasan sama gue!"
Karina menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena ketahuan oleh Devia. "Nanti deh di sekolah gue ceritain. Sekarang bantuin gue turun tanpa Beno tahu!"
***
"OKE OKE GUE BAKAL JUJUR SAMA KALIAN!"
Andin, Devia, dan Chika sedang menunggu penjelasan dari Karina. Devia tentu saja tidak bisa diam setelah mendengar kejutan besar itu terucap sendiri oleh mulut Karina. Wendy tidak ada di kelas sebab ia sibuk bermesraan dengan Bryan di rooftop. Tentu saja mereka semua tidak mempedulikan tentang Wendy dan Bryan.
"Jadi... Sejak pulang dari SMA Frambos itu, supir suruhan Daddy gue, bawa gue ke rumahnya Navaro. Waktu itu gue masih kesel banget sama tuh cowok, kalian juga tahu sendiri. Terus dia tiba-tiba bilang minta maaf, dan nyatain perasaan ke gue. Gue bilang gue butuh waktu. Tapi makin ke sini, apalagi setelah tahu Navaro balapan Cuma karena pengen foto gue nggak kesebar, gue jadi yakin kalau dia beneran tulus. EH—Tapi gue belum nerima dia, kok! Suwer!"
"OH MY OH MY GOD! Navaro nembak lo, Rin?! SERIUSSS?!" respons Chika pertama kali.
"Gimana cara dia nembak lo, Rin? Gue.... gue bener-bener nggak nyangka ternyata Navaro beneran suka sama lo setelah apa yang dia lakuin selama ini," tutur Andin menimpali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...