Karina sudah ada di depan rumah Navaro yang gerbangnya ternyata masih terbuka. Sepertinya keberuntungan ada di pihak Karina malam ini. Karina juga tidak melihat adanya mobil yang biasa dipakai oleh Papa Navaro, berarti hanya ada Navaro di dalam sana.
Karina menuruni mobilnya yang terparkir di depan gerbang rumah Navaro. Ia sengaja dan memasukkan mobilnya di halaman rumah Navaro karena ia telah berjanji pada Wendy agar segera pulang jika sudah menyerahkan topi itu pada Navaro.
Seutas senyum manis menghiasi wajah Karina. Ia membungkus topi itu di dalam sebuah kotak yang cukup lucu karena ada hiasan bola bola di tepiannya.
"Navaro pasti suka deh. Gue harap karena ini dia juga mau maafin gue deh," ucap Karina yang mulai memencet bel rumah Navaro.
Navaro tak kunjung turun dari kamar. Ia masih sibuk mengerjakan PR di kamarnya. Akhirnya Karina pun mengirim pesan pada Navaro.
Karina | 21.15
Varo gw ada di depan rumah lo. Lo bukan dong pintunya. Ada yg mau gue omongin sm loRead!
Navaro membaca pesan itu dengan raut wajah datar. Ia juga menghentikan aktivitasnya mengejarkan PR. Navaro akhirnya turun dari kamarnya dan menuju ke arah pintu.
Meskipun ragu, tapi Navaro tetap membuka pintu dan ia melihat Karina yang tersenyum seraya membawa sebuah kotak di tangannya.
"Gue ada hadiah buat lo, Varo. Semoga kita bisa baikan ya setelah ini? Maaf gue udah semena-mena sama lo, Varo. Gue janji gue nggak akan berbuat itu lagi sama lo."
"Sorry tapi gue nggak bisa nerima. Kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi, jadi gue nggak berhak nerima apapun dari lo. Lo mending pulang gih sebelum Papa gue datang!" tukas Navaro hendak kembali menutup pintu.
"Eh, jangan gitu dong, Varo. Lo masih marah ya sama gue? Setidaknya lo jelasin dulu kesalahan gue di mana Varo." Karina kembali berkata seperti itu. Hal itu cukup membuat kepala Navaro mendadak pening.
"Perlu gue ulangi terus? Gue yang lo kejar aja capek, Rin. Apalagi lo yang selalu ngejar gue?"
"J-jadi emang bener ya karena gue yang selalu ngejar-ngejar lo. Nggak boleh ya kalau gue perjuangin lo, Varo?" Karina mendongak dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Akhirnya dia hampir menangis juga setelah seharian menahannya.
"Harusnya cowok yang ngejar-ngejar cewek. Lo nggak mikir apa harga diri lo saat deketin gue kayak gitu? Lo mau apa disebut sebagai cewek murahan karena sikap lo yang kayak gini?!" bentak Navaro membuat Karina sontak menundukkan kepala. Bahkan tangan gadis itu bergetar saat masih membawa kotak tersebut.
"Itu menunjukkan kalau gue beneran sayang sama lo, Varo. Kenapa lo masih nggak ngerti perjuangan gue deketin lo selama ini?" lirih Karina hampir suaranya tak terdengar.
Navaro menutup kedua matanya sejenak—mencoba meredam amarahnya sendiri agar tidak berkata lebih kasar lagi pada Karina.
"Udah ya? Gue masih sibuk mau ngerjain PR. Lo mending pulang aja. Sekali lagi, berhenti aja kalau lo capek. Meskipun lo berjuang pun, nggak akan ada yang berubah antara lo sama gue."
Itu adalah kalimat terakhir yang diucapkan Navaro sebelum akhirnya ia kembali menutup pintu dan menguncinya rapat. Karina tetap mengetuk-ngetuk pintu tersebut.
"Setidaknya terima hadiah dari gue, Varo! Varo, buka pintunya! Gue nggak akan pulang sebelum lo buka dan terima ini!"
Navaro mendengarnya tapi ia enggan membuka pintu. Navaro baru menyadari bahwa selama ini dia juga sering menuruti hatinya untuk selalu bersikap sedikit perhatian pada Karina. Mungkin karena itulah Karina merasa bahwa ia seperti memberi harapan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...