Sinar matahari menusuk melalui celah-celah jendela kamar. Seorang gadis tengah meringkuk sembari menggeliat pelan saat merasakan sesuatu yang mengganjal. Perlahan kedua kelopak mata Karina terbuka, ia hendak menggerakkan tubuhnya namun merasakan hembusan napas teratur pada belakang ceruk lehernya.
Karina sedikit tersentak ketika menyadari bahwa sejak tadi perasaan aneh itu adalah karena tangan Navaro yang berada di atas dada besarnya, terkadang tanpa sadar Navaro juga meremasnya.
Karina memejamkan mata sejenak, mencoba untuk mengingat apa yang terjadi semalam. Tangannya beralih ke belakang bawah, mencoba menemukan milik Navaro yang ternyata tidak berpenghalang apapun.
Kedua bola mata Karina membelalak lebar setelah menyentuh milik Navaro dari balik selimut. Kenapa ingatannya kabur seperti ini?
"Semalam...." gumamnya setelah melihat ada segelas wine. "Bukannya itu wine yang gue dapatin dari Madam? Oh My God, jangan-jangan kemarin?!"
Karina mencoba memutar otak—mengingat dengan jelas apa yang terjadi kemarin.
*Flashback On
"Naked, really?"
Karina menganggukkan kepalanya tegas. Gadis itu malah berdiri sambil beranjak ke samping lemari—di mana tas ranselnya tergeletak di lantai. Sementara Navaro hanya diam sembari menunggu apa yang akan Karina lakukan selanjutnya.
"Taraaa! Gue... Eh, maksudnya, aku punya wine, hadiah dari Madam. Kamu mau?"
Tidak, ini bukanlah ide yang bagus.
"Jangan... "
"Sssttt! Udah udah. Kalau nggak mau, kamu temenin aku minum. Tidurnya nanti aja."
Navaro ingin melarang Karina untuk mengonsumsi minuman itu, namun sudah kepalang tanggung sebab Karina telah meneguk wine itu hingga tersisa setengahnya saja.
"Lo tahu, gue seneng banget malam ini." Karina mulai meracau, gadis itu bahkan tidak menggunakan embel-embel aku-kamu lagi, mungkin setengah botol alkohol itu mulai menguasai dirinya.
Karina berjalan mendekat kemudian duduk begitu saja di pangkuan Navaro. Navaro sampai mendesis karena kaki Karina tidak sengaja menabrak lututnya yang masih sakit.
"Apa kamu...." Karina menjeda ucapannya, perlahan kedua tangannya mengetatkan piyama hingga kini nipple tercetak jelas dari luar. "Kamu menyukai ini?" tanyanya seraya mempermainkan nipple-nya sendiri.
Dengan gerakan jari sensual, Karina mengelus, mengitari nipple itu sembari mendongak ke atas karena mulai terangsang lagi.
"Karina...." Navaro mulai khawatir sebab kini wajah Karina pun mulai memerah. "Tidurlah, besok kamu ad..."
"Ssstt!"
Satu jari telunjuk Karina mengarah tepat di atas bibir Navaro. Karina menatap bibir itu cukup lama, sampai akhirnya tangannya mulai tergerak mengusap intim bibir kekasihnya.
"Why are you so sexy?" tanya Karina beralih mengusap dada bidang Navaro. Sedangkan Navaro masih merengkuh pinggang Karina agar gadis itu tidak terjatuh dari pangkuannya.
Navaro menatap Karina yang nampak gelisah. Raut wajahnya menjelaskan bahwa gairah mulai membakar dirinya lagi. Saat Karina menyadari tatapan dari pemuda tampan di hadapannya itu, Karina langsung mendorong Navaro hingga pemuda itu jatuh terlentang di bawahnya.
Karina merangkak ke atasnya, dengan sedikit kesadaran ia berhati-hati agar tidak bersentuhan dengan lutut Navaro. Karina mulai meloloskan kaos Navaro, sementara Navaro hanya diam memandangi Karina yang sedang liar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...