Navaro bergegas menuju gedung tempat pernikahannya akan berlangsung. Sementara Karina melakukan hal lain—mempersiapkan penampilannya secantik mungkin untuk pernikahan.
Navaro melihat cukup banyak staff di gedung. Meskipun yang menghadiri pernikahan hanya orang terdekat saja, namun Navaro masih tidak menyangka bahwa Malik dan Edwin merencanakan untuk menyewa gedung pernikahan yang semegah ini.
"Papa habis uang berapa untuk semua ini?" tanya Navaro berjalan mendekati Malik yang berdiri di samping Edwin.
"Varo kamu sudah lupa? Papa kamu ini kan selain dosen juga business man. Masalah gedung mah kecil buat Papa kamu," tutut Edwin.
Malik hanya tersenyum hangat saja menanggapi. Tentu saja ia akan bersikap demikian, karena Navaro adalah putra satu-satunya yang begitu berharga baginya.
"Sudah kamu ngapain ke sini? Ayo persiapkan diri kamu aja. Ini sudah jam tujuh malam, sebentar lagi acara dimulai," titah Malik.
Navaro masih tidak menyangka jika hari ini adalah hari pernikahannya. Semalaman pemuda itu tidak bisa tidur karena memikirkan hari ini akan terjadi. Navaro benar-benar gugup bercampur was-was.
"Kenapa diam? Kamu gugup?" tanya Malik dan diangguki pelan oleh Navaro.
"Jangan gugup apalagi cemas. Kamu melakukan hal yang benar, Varo."
***
Navaro merapihkan setelan tuxedo yang melekat indah pada postur tubuh tegap sempurnanya. Di sampingnya sudah berdiri Malik yang siap menemaninya melihat sosok Karina yang mulai terlihat dari bilik pintu yang terbuka.
Karina datang dengan mengenakan gaun pengantin model floor-lenght dress, dengan aksen brokat di ujung lengannya. Ekor gaunnya yang menjuntai itu membuat Karina semakin terlihat anggun. Karina tersenyum melihat Navaro yang sudah menunggunya di depan stage pernikahan.
Bahkan sedetik pun rasanya Navaro tak ingin berkedip sama sekali. Karina begitu cantik dengan rambutnya yang tersanggul rapih di belakang. Ia tak sanggup untuk tidak menjulurkan tangannya pada gadis itu, "You're so beautiful," tuturnya.
Karina tersenyum manis dan menerima uluran tangan itu dengan senang hati. Navaro kemudian melilitkan tangan Karina pada himpitan lengannya.
Sorak tepuk tangan meriah terdengar karena Navaro dan Karina kini telah sah menjadi sepasang suami istri.
"Kenapa aku bisa punya suami setampan ini, hmm?" tanya Karina tanpa menatap ke arah Navaro sebab mereka berdua tengah sibuk dipotret oleh seorang fotografer handal.
"Hmm, harusnya aku yang bilang begitu. Kenapa aku bisa dapat istri yang cantik kayak kamu?"
"Ck, dasar!" ucap Karina memukul pelan dada Navaro.
"LEMPAR BUNGANYAA!!"
Karina dan Navaro sontak menoleh bersamaan ketika Chika berteriak kencang. Di bawah sana berdiri teman-teman mereka berdua dan juga ada beberapa keluarga dekat yang datang ke pernikahan sembunyi-sembunyi ini.
Karina dan Navaro saling melempar pandang kemudian Navaro menganggukkan kepala—tanda bahwa ia setuju dengan aksi pelemparan bunga tersebut.
"Oke. Kalau gitu tangkap, ya!"
Bunga yang berwarna putih dan merah keunguan itu Karina lempar begitu saja dan ternyata ditangkap oleh Bima.
"HOREEE GUE DAPET!" teriak Bima kegirangan seorang diri.
"Nikah sama Zayyan aja sono, Bim. Sama-sama jomblo!" ledek Beno dengan tawa menggelegar ala-nya.
"Kok malah gue?! Jian noh Jian juga jomblo lagi!" protes Zayyan yang malah mengikutsertakan nama Jian namun sang empu tidak terlalu menghiraukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...