Navaro membuat sumpah hari ini bahwa ia harus menjaga batasan dengan Karina. Bertemu Karina sehari saja sudah membuat Navaro berakhir di kamar mandi dan menyelesaikan pertarungan sendirian kemarin malam.
'Solo' yang ia tahan selama seratus lima belas hari, kini dihancurkan begitu saja karena bayangannya tentang Karina.
"Gue udah nahan sekian lama, dan malah dihancurkan sama cewek mesum itu. Gue harus mulai dari nol lagi. Gue juga harus jaga jarak sama dia," ucapnya yang kini telah memasuki kawasan sekolah.
Tetapi Navaro tertarik pada pemandangan di mana para murid memperhatikan Karina bersama Wendy dan Brian. Navaro hendak mengacuhkan, namun melihat situasi yang semakin tegang, ditambah dengan Andin yang merasa cemas di sana, membuat Navaro penasaran dan berakhir ikut menyaksikan apa yang terjadi.
"Sorry, Rin. Gue kira lo udah move on dari Brian," ucap Wendy yang saat ini dipeluk pinggangnya oleh Brian.
"Udah, baby. Kamu nggak usah merasa bersalah lagi. Kita udah putus, 'kan?"
Siapa yang tidak kenal Brian—kapten futsal yang banyak meraih penghargaan di sekolah. Brian adalah pihak pertama yang berani memutuskan hubungannya dengan Karina, dan itu membuat satu sekolah heboh dengan berita yang menyebar. Karina, seorang primadona sekolah diputuskan oleh kapten futsal.
"Sejak kapan kalian pacaran?" tanya Karina dengan dua tangan yang ia lipat di depan dada.
"Lima hari setelah lo putus sama Brian," jawab Wendy dengan mudahnya. "Sorry, Rin. Gue benar-benar ngira lo udah move on sama Brian. Lo jangan marah, ya?"
Wendy hendak meraih tangan Karina, namun Karina menepisnya begitu saja hingga membuat Wendy berkaca-kaca.
Brian kembali memeluk Wendy dan mengusap bahu kekasihnya. Ia menatap Karina dengan serius. "Gue suka sama Wendy. Gue harap lo nggak ngelakuin hal macam-macam sama dia."
Karina berdecih, "Cih, oke-oke. Selamat buat kalian berdua. Kalian pasangan yang hebat," ucapnya.
Wendy kembali menatap Karina, "Lo nggak marah, Rin? Lo restui hubungan kita?" tanyanya tanpa tahu malu.
Karina menganggukkan kepala lalu menghela napas panjang. Bisa panjang urusannya kalau Wendy menangis di sini. Karina tidak ingin diperlakukan sebagai perempuan yang jahat.
Ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Wendy. "Sekali lagi selamat. Gue nggak marah sama lo, tapi mulai sekarang kita berpisah dulu. Gue nggak mau temenan sama lo lagi."
***
"Rin, lo nggak papa, 'kan?"
Ketiga temannya mengerubungi Karina di dalam kelas. Karina hanya mengeluarkan seutas senyumnya sambil mengerjakan tugas kemarin yang belum sempat ia kerjakan. Tentu saja dia mencontek hasil pekerjaan rumah milik Andin.
"Lo nggak lihat gue lagi mode serius gini, hah?!"
Seperti dugaan Karina, ketiga temannya itu memilih untuk berada di pihak Karina. Meskipun Wendy tidak sepenuhnya bersalah, namun Karina tak bisa berteman dengan perempuan seperti Wendy. Itu terlalu menyakitkan.
"Emang kebangetan sih Wendy. Jangan-jangan Brian pilih dia karena dia bisa digrepe-grepein lagi?" tebak Devia yang ikut terbawa emosi.
Saat itulah Karina mengingat alasan mengapa Brian memutus hubungan dengannya. Saat itu Brian mengajak Karina ke hotel bintang lima dan meminta Karina untuk melakukan hal tak senonoh di sana. Tentu saja Karina menolak—Karina juga masih memiliki harga diri. Ia tak akan melakukan hal di luar batas dengan pria seperti Brian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...