Karina telah kembali ke penginapan sementara Navaro baru saja mengantarnya dan kini Karina hanya bisa melihat Navaro yang telah bersiap akan pergi.
"Harus banget ya kamu pulang hari ini?" tanya Karina lagi menatap Navaro penuh harap.
Navaro masih duduk di motornya. Ia meraih Karina membawanya untuk lebih dekat kemudian mengecup keningnya sejenak, "Maafkan aku. Aku sudah bilang sama yang lain, kamu nikmati liburan kamu ya?"
"Tapi, Varo...."
"Aku harus pulang sekarang," ucap Navaro lagi menyadari pukul berapa sekarang.
"Baiklah. Hati-hati." Karina sangat berat hati melihat Navaro yang akan pergi sekarang.
Navaro mulai menjauh dari pandangannya. Karina menghela napas, entah urusan apa yang akan dilakukan oleh Navaro sampai pemuda itu tak ingin memberitahunya. Sementara Navaro mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Ia sudah membuat keputusan, bahwa ia akan ke asrama hari ini juga.
Semalaman Navaro berpikir akan keputusannya ini. Pagi tadi sebelum Karina terbangun, Navaro menghubungi Malik, dan Malik malah mengatakan akan membawa Navaro ke asrama hari ini juga.
Butuh waktu yang cukup lama akhirnya ia telah sampai di depan rumahnya. Ia menghentikan motornya dan melihat Malik sudah ada di depan rumah sambil membawa beberapa barang dan koper yang ditaruhnya di mobil.
"Pa, kita pergi pagi ini juga?"
"Ah, kamu sudah pulang. Mandi dulu sana! Papa tunggu kamu sambil mau manasin mobil."
Navaro hanya menganggukkan kepala dan menuruti apa yang diinginkan Papanya.
***
Seorang pemuda tengah menatap lurus ke arah jalanan sekitar. Jalanan ini pernah dilaluinya beberapa hari yang lalu—jalan menuju ke asrama. Malik menatap Navaro yang sejak tadi hanya duduk diam di kursi penumpang.
"Kamu yakin dengan keputusan kamu ini?" tanya Malik memastikan. Anggukan kepala Malik dapatkan dari putranya. "Ya, begitulah."
"Bagaimana dengan Karina? Apa kamu tidak benar-benar menyukai Karina?" tanyanya lagi.
Navaro seolah terheran dengan pertanyaan yang Malik lontarkan itu. Tapi belum sempat Navaro menjawab, ternyata mereka berdua telah sampai di depan asrama khusus laki-laki itu. Navaro turun dari mobil diikuti Malik.
"Ayo Papa antar kamu ke dalam."
Dengan membawa tas ransel serta kopernya, Navaro terus berjalan di belakang Malik. Ia menarik napasnya dalam-dalam, mencoba meredakan sesuatu yang hampir meledak di kepalanya. Navaro harus menerima semua konsekuensi atas pilihannya ini.
Setelah mengunjungi kantor guru, akhirnya seorang staff menunjukkan kamar asrama Navaro. Asrama masih cukup ramai karena ini masih cukup pagi. Masih ada banyak para pemuda yang sibuk mempersiapkan diri untuk bersekolah, dan bahkan ada yang masih ngopi santai di depan kamar.
Navaro naik ke lantai dua dan beberapa diantara pemuda itu ada cukup banyak yang memperhatikan Navaro.
"Ini kamarnya. Yogi! Sini kamu. Ini teman sekamar kamu sama yang lain, nanti kamu tolong dia ya."
Pemuda bernama Yogi itu mendekat dan memandang Navaro dari kaki hingga kepala. Navaro melihat ke dalam kamar asrama itu yang sepertinya ada empat kamar tidur dengan dipan dua tingkat.
"Baik," ucap Yogi yang berdiri di ambang pintu.
"Navaro, Papa pulang dulu. Nanti kalau ada apa-apa kamu bisa hubungi Papa."
Navaro mengangguk kemudian menyalimi Malik. Malik sedikit berat hati dan merasa cemas akan pilihan yang dibuat oleh putranya sendiri. Padahal Malik sungguh tidak keberatan jika Navaro memilih untuk menikahi Karina meskipun masih bersekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...