Bab 26 : Kehilangan Kendali

133K 3.3K 251
                                    

Navaro bersama Beno sudah membentuk timnya sendiri—tentu saja seluruh anggota tim berasal dari sekolahnya sendiri. Saat ini Navaro yang ditugaskan untuk menjadi kapten basket. Stadion yang luas itu, kini telah dipenuhi oleh siswa yang mencalonkan diri ikut lomba basket. Basket adalah kegiatan pertama yang akan dilakukan saat ini. Sementara kegiatan panahan mungkin akan diselenggarakan besok.

Hari pertama lapangan luas itu kini digunakan untuk pertandingan basket. Ada sekitar sepuluh sekolah ternama yang menghadiri kegiatan olahraga kali ini. Sepuluh sekolah—dengan semua kelas sebelas yang ikut hadir di sana. Namun meskipun ada banyak sekali peserta, tribun di sana masih terlihat lega karena saking besarnya stadion itu.

Selain basket, tenis meja dan anggar juga dilakukan di hari pertama. Jian ikut tenis meja dengan Zayyan. Sementara Bima memilih untuk ikut lomba lari saja yang akan dilakukan pada hari kedua.

"Bim, lo yakin cuma mau ikut lari doang?" tanya Zayyan yang kini duduk di samping Bima. "Lo nggak pengen renang gitu biar bisa lihat ciwi-ciwi di sana?"

"Jangan salah, Zay. Gue ikut lari bukan sembarang lari. Lo tahu kan selama ini prestasi gue cuma lari doang? That' anjir, makanya gue mau berkilau saat lari nanti. Gue nggak punya bakat lain lagi."

"Hahaha! Berkilau gak tuh?" sahut Jian yang duduk di samping kiri Bima.

"Eh—btw, basket SMA kita nanti lawannya sama SMA mana sih? Dari tadi kok SMA kita belum keluar juga dari ruangan briefing itu," tutur Zayyan yang sejak tadi belum melihat tanda-tanda murid sekolahnya yang keluar dari ruangan khusus yang digunakan untuk tempat pengarahan pada peserta.

"Katanya sih SMA Bronxy nanti lawannya SMA Andover," kata Jian.

"Andover? Kayak pernah denger. Eh—sekolah yang katanya kasus pembullyan-nya banyak itu nggak sih?" tebak Bima dan diangguki oleh Jian.

"Bener. Wahh, baru pertama aja lawannya udah susah gini. Ya nggak papa sih kalau babak pertama udah nggak lolos, gue takut aja anak-anak Andover mainnya curang kayak Frambos," tutur Jian lagi.

"Halah, santuy. Kapten sekolah kita Navaro, pasti nggak bakal biarin lah anggotanya dipermainin sama anak Andover. Eh tapi gue takut malah dia yang kehilangan kendali. Beberapa hari ini dia kayak lebih muring dari biasanya," ucap Bima.

Sejak tadi mereka belum sadar kalau Karina duduk tepat di depan mereka. Tribun dengan kursi duduk yang memiliki sandaran kursi sedikit tinggi itu memungkinkan mereka tak bisa mengetahui siapa yang duduk di depan mereka. Mungkin hanya sekitar puncak kepala Karina saja yang terlihat.

"Lo denger apa yang cowok-cowok bacot itu omongin? Sekolah kita lawan Andover. Berdoa aja semoga nggak ada kejadian kayak dulu lagi," tutur Chika yang duduk di samping Karina.

Samping kanan Karina adalah Chika, samping kirinya Wendy, samping kirinya Wendy adalah Devia. Sementara samping kanannya Chika adalah Andin. Karina ada di tengah-tengah antara mereka. Jika diurutkan dari depan, tempat duduk mereka ada dibarisan tribun nomor tujuh.

"Emang kejadian dulu gimana, Chik?" tanya Andin yang sepertinya tidak tahu apa-apa.

"Dulu kakak kelas kita ada yang patah kaki karena dicurangin sama SMA itu."


***


Pertandingan pertama dimenangkan oleh SMA Frambos dengan selisih poin sedikit lebih banyak dari SMA Bhaskara. SMA Frambos sampai membanggakan dirinya sendiri karena berhasil di babak sekaligus pertandingan awal itu. Banyak siswi yang bersorak-sorai, terutama saat mereka melihat kadar ketampanan Johnny yang begitu mencolok.

Karian mendengus melihat Johnny di sana. Ia mengenal siapa pemuda itu. Johnny pun pernah dekat dengan Karina saat mereka satu project pemotretan dulu. Sekarang Johnny sedang menjadi bintang majalah remaja dengan jutaan followers, dia juga menjadi brand ambassador produk olahraga. Bisa dibilang, Johnny adalah selebritas.

Big Boy (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang