Navaro dan teman-temannya baru saja memasuki kawasan sekolah yang ramai akan kelas sebelas di halaman depan. Sedangkan murid kelas sepuluh dan dua belas sedang masuk kelas.
Navaro mengenakan hoodie warna abu-abu dengan tulisan 'Brooklyn' pada bagian dadanya. Ia mengedarkan pandangannya- memperhatikan ke arah semua murid yang sibuk berbenah. Pak Jamal sendiri tiba-tiba muncul dan menyuruh semua muridnya untuk berkumpul.
"Ayo sini baris sesuai kelas! Ketua kelas tolong absen, cek satu-satu anggota kelas."
"Yuk yuk, baris!" Jian mengajak teman-temannya untuk berbaris di kelas masing-masing.
Navaro belum melihat keberadaan Karina sama sekali. Padahal Chika, Devia dan Wendy sudah ada di sana. Apakah Karina tidak ikut hari ini?
Pak Jamal mengecek semua kelas. Kini dia mengecek kelas sebelas-C, "Karina mana Karina?"
"Tadi katanya udah ijin gitu sama Bapak? Bapak belum buka HP?" tutur Devia.
Navaro sempat mendengar teriakan Devia itu. Rupanya Karina memang ijin, tapi kenapa? Navaro menggelengkan kepalanya sendiri, merasa muak dengan segala yang ada di kepalanya yang mengarah selalu pada Karina.
"Oh iya saya baru cek. Oke lanjut kelas sebelas-D."
Sampai semua kelas sudah siap, Pak Jamal menyuruh mereka semua untuk masuk di bus masing-masing. Ternyata bus yang datang sangat terbatas. Tapi Navaro dapat tempat duduk tepat di samping Beno dan Bima. Mereka semua juga duduk di sembarang bus karena memang sekacau itu mereka berebut tempat duduk.
Di saat bus akan segera berangkat, tiba-tiba Karina baru datang. Karina memang meminta ijin pada Pak Jamal karena ia sedikit telat. Jadi Karina meminta agar Pak Jamal tidak meninggalkannya. Karina memasuki bus kelasnya yang ternyata sudah tak ada tempat lagi.
"Pak Jamal? Kok saya nggak dikasih tempat sih, Pak?!" gerutu Karina yang kesal karena Devia dan Chika, serta Wendy pun tidak memberikan tempat duduk untuknya.
"Aduh, Rin. Sorry! Kita aja tadi nyogok Heru sama Kepin supaya mereka pindah bus karena kita nggak dapat tempat duduk!" teriak Devia menjelaskan.
"Karina sini ayo bapak cariin bus yang masih ada stok."
Karina mengangguk saja dan mengikuti Pak Jamal. Ia tidak tahu akan ditaruh di bus mana, yang jelas Karina berharap dia tidak satu bus dengan Navaro.
"Halo semua! Ini masih ada bangku yang tersisa nggak? Ada Karina nih nggak dapat tempat duduk."
Navaro yang mendengar hal itu tersentak. Dia yang duduk di bangku paling belakang pun mendongak dan melihat Karina yang berdiri di depan sana—tepat di samping Pak Jamal dengan canggung. Tentu saja, kebanyakan bus itu dihuni oleh para siswa.
Banyak siswa yang berebut agar Karina bisa duduk di samping mereka. Pak Jamal sudah menduga hal ini.
"Ke mana ya? Ah, di sana! Ayo Karina, duduk di sana!"
Karina membulatkan mata karena melihat keberadaan Navaro di sana.
***
Navaro duduk di bangku paling belakang yang muat lima orang. Di depannya ada Karina yang duduk bersama seorang siswa dari kelas lain yang tak Navaro ketahui namanya. Sebenarnya Navaro duduk di bangku paling tengah, samping kanannya ada Beno, dan di samping paling kanan sendiri—tepat di samping jendela kanan ada siswa lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...