WARNING! ⚠️
KONTEN DEWASA! BOCIL SKIP DULU!***
Navaro baru saja keluar dari supermarket yang tersedia di wilayah hotel. Ia ke sana untuk membeli pengaman karena ia terlalu malu untuk meminta pada pelayan hotel. Navaro tentu mempertimbangkan menggunakan pengaman tersebut karena ia masih butuh konfirmasi dari Karina tentang hal itu.
"Sial, gue bener-bener gugup," tuturnya pelan sembari melihat kantung plastik yang berisi pengaman itu.
Tiba-tiba ponsel Navaro berbunyi—menandakan telepon masuk. Ia mendengus melihat nama yang tertera di sana. Beno menghubunginya, Navaro sudah pasti tahu apa yang akan mereka bicarakan.
"YUHUUUUU! MALAM PERTAMA BROOOW!"
Spontan Navaro menjauhkan ponsel yang semula ia dekatkan pada telinga kanannya. Navaro meringis mendengar teriakan Beno dari sambungan telepon itu.
"BERISIK!" kesal Navaro.
"Gimana gimana? Udah malem nih, kalian udah iclik?" tanya Bima.
"Iclik apaan, Sat?! Bahasa mane tuh?" tanya Beno.
"Ah lo mah kudetttt!"
"Heh Navaro aja jawab telepon Beno, ya pasti dia belum ngelakuin lah!" sahut Zayyan.
"Tau tuh si Bima emang nggak peka," ucap Beno.
Jian menghela napas mendengar argumen teman-temannya, "Sssttt! Kalian tuh berisik banget!" tuturnya kemudian mengambil alih ponsel yang Beno bawa. "Gimana Var? Lo ada pengaman, kan? Gue lupa juga mau ngingetin lo masalah itu."
"Ini gue baru beli, baru aja keluar dari supermarket deket hotel sini," jawab Navaro.
"Var lo nggak lupa kan ajaran gue selama ini?" teriak Beno tiba-tiba hingga Navaro masih bisa mendengarnya meskipun ponsel Beno sedang diambil alih oleh Jian.
"Ajaran sesat," ucap Navaro pelan. "Udah kalian tuh jangan ngerecokin gue."
Navaro menyahuti ucapan teman-temannya sembari berjalan kaki menuju hotel. Masih ada banyak pengunjung yang berlalu lalang di lantai bawah, terutama warga asing yang asik mereview hotel mewah di Bali itu.
"Var, inget, ya! Gue udah kasih wejangan banyak sama lo. Lo yang harus mendominasi, meskipun gue tahu Karina brutal."
"Lo tahu dari mana Karina brutal?" tanya Navaro.
"Ya dari gerak-geriknya aja sih, hehe. Cewek agresif, nggak pantang menyerah kayak Karina gitu tuh udah pasti brutal di ranjang. Lo nggak boleh keluar cepet! Lo harus mendominasi, lo harus bikin Karina sampai minta ampun sama lo. HAHAHAHAA!"
"Bener Var, bener kata Beno. Bikin Karina nangis-nangis minta ampun. HAHAHAHA," imbuh Bima
Terdengar suara tabokan di kepala Bima hingga membuat sang empu meringis. Jian tak segan-segan menabok Bima karena ucapan melanturnya.
"Goblok! Mana ada gituan malah dibikin nangis. Stres lo pada!" tukas Jian.
"Aduh sakit bangsat! Beno juga bilang kayak gitu kenapa gue doang yang kena tabokan?!"
Jian tak mengindahkan keluhan Bima. Ia hendak melanjutkan percakapannya dengan Navaro.
"Jadi lo ke supermarket sendiri?" tanya Jian.
"Hmm," jawab Navaro tidak jelas namun Jian mengerti.
"Gue cuma mau bilang aja sama lo, Var. Lo kan cuma dibolehin cuti tiga hari sama pihak sekolah. Jadi semoga tiga hari honeymoon itu kalian bisa fokus satu sama lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...