Bab 20 : Alasan Yang Sama

74.4K 2.3K 84
                                    

Karina diam di parkiran sejak sepuluh menit yang lalu. Setelah ia melakukan ekskul tambahan Cheerleaders, Karina bergegas ke parkiran saja yang masih sedikit ramai. Ia hanya menyenderkan punggungnya di pintu kaca mobil dengan tatapan matanya yang kosong.

Wendy baru saja datang bersama Brian dan memanggil Karina seorang diri di sana.

"Karin, lo belum pulang?" tanya Wendy. "Eh, lagi nunggu Navaro ya pasti lo? Tadi gue lihat dia masih basket sih di lapangan belakang."

Karina menoleh ke arah Wendy dan Brian. Tatapannya beralih pada Brian yang menggenggam jari-jari tangan Wendy erat. Seharusnya Karina tahu, seharusnya Karina pun sadar diri saat Brian meluapkan alasannya mengapa ia tidak bisa menerima Karina.

'Mungkin Navaro juga punya alasan yang sama. Dia pasti jauhin gue karena dia risih gue yang terus nempel-nempel sama dia,' lirih batinnya sendu.

"Iya gue lagi nungguin Navaro," jawab Karina seraya memaksakan senyumnya. "Tuh dia Navaro. Navaro!" teriaknya sambil melambai-lambaikan tangan ke arah Navaro.

Wendy dan Brian ikut memutar tubuh—melihat Navaro yang baru saja keluar dari lapangan bersama kawan-kawan basketnya yang lain. Karina tersenyum dan hendak mendekati Navaro. Tapi entah kenapa kakinya tiba-tiba tertahan.

Navaro mengetahui keberadaan Karina di sana. Ia juga mendengar jelas saat Karina memanggil namanya. Tapi Navaro tetap mencoba tidak peduli dan pergi menuju motornya yang saat itu ternyata tepat berada di samping mobil Karina.

"Nggak samperin Navaro, Rin? Apa kalian lagi berantem?" tanya Wendy.

Karina terdiam sejenak, tapi tak lama kemudian ia berjalan menuju ke arah Navaro yang baru saja memakai helm full face-nya.

"Varo, kok lo diam aja sih gue panggil? Itu ada Wendy sama Brian. Kita masih..."

"Gue udah memutuskan untuk nggak berhubungan lagi sama lo. Tentang topi tanda tangan itu, gue sangat berterima kasih tapi gue nggak akan menerimanya. Gue nggak bisa terus sama lo."

Karina terkejut mendengar penolakan untuk yang kesekian kalinya. Karina mencoba untuk mengesampingkan ego dan sakit hatinya karena Navaro sudah berkata kasar padanya. Tapi kini, Navaro malah lebih membuat Karina sakit hati.

"Kenapa sih, Varo? Kenapa lo nggak bisa nerima gue? Gue butuh alasan dari lo supaya gue bisa memperbaiki diri gue."

Tak ingin menghiraukan lagi, Navaro pun menyalakan mesin motor. "Nggak ada yang perlu lo perbaiki. Gue juga udah bilang kalau gue nggak pernah respect sama lo! Kenapa lo terus kekeuh sih? Lo nggak capek apa ngejar-ngejar gue terus kayak gini?!"

"Gue kayak gini karena gue sayang sama lo, Varo. Kenapa sih lo nggak bisa lihat ketulusan gue sama lo? Iya awalnya gue suka lo karena lo itu ganteng dan tipe gue banget, tapi lama-lama gue percaya kalau lo itu orang baik dan bisa nerima gue, Varo. Kenapa lo jadi gini?"

Wendy dan Brian masih terdiam mendengarkan perdebatan Karina dan Navaro. Wendy hendak mengajak Brian pergi dari sana, tapi Brian menolaknya. Brian ingin tetap mendengarkan percakapan mereka.

Navaro menghela napas. Perasaannya sendiri tidak karu-karuan. Navaro selalu bimbang dengan perasaannya terhadap Karina. Tapi entah mengapa Navaro memilih jalan perpisahan ini. Bagi Navaro, sepertinya ini jalan yang tepat agar Karina tidak selalu menyiksa diri yang selalu mengejarnya.

Karena pada akhirnya pun, Navaro tetap tak bisa menerima Karina.

"Minggir! Gue mau pulang!" Navaro menyingkirkan tangan Karian yang sejak tadi ada di atas setir motor. Ia langsung pergi begitu saja meninggalkan Karina di sana yang sedang ditatap oleh banyak siswa.

Big Boy (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang