"i'm hungry"
"Kamu mau makan apa?" Sudahi saja sikap dramatis ini Evans beralih mengambil buku yang sudah ia jatuhkan tadi. Ia pikir ada sesuatu yang buruk terjadi pada istrinya, hampir saja ia kena serangan jantung.
"Emm, tapi aku pikir nanti saja"
Evans lantas langsung berbalik dan menatap Arin. Dia tentu saja bertanya-tanya mengapa Arin bersikap begitu lemah, lesu dan tidak seceria biasanya. Ini tidak mungkin hanya karena sebuah perut kosong.
"Pasti ada sesuatu yang mengganggumu kan?" Evans duduk di kursi meja makan setelah meletakkan bukunya
Dia menghadap ke arah istrinya, tangan Evans memberikan isyarat agar Arin mendekat.
Arin pun melangkah mendekat, mungkin dia harus mencari alasan lain agar Evans tidak bertanya-tanya."Tentu saja ada yang menggangguku" Arin duduk di hadapan Evans.
Suaminya menyipitkan mata lantas menarik kursi Arin agar lebih dekat, sampai istrinya terkejut. Beruntung saja Arin memegang lengan Evans jika tidak, ia pasti sudah terjungkal ke belakang.
"Apa? katakan" Ia serius sekali sampai Arin sedikit bingung mengapa Evans harus begitu dekat dengan wajahnya.
"Tentu saja karenamu, seluruh tubuhku sakit aku bahkan kesulitan berjalan"
Evans menyeringai tak percaya ucapan istrinya, ia menangkap pipi Arin dan mencubitnya dengan gemas.
"Kamu masih beruntung aku mau melepaskan mu"
"Dasar mesum" Arin menepis tangan Evans dari pipinya.
Lagi-lagi senyuman jahat ia pasang, tapi pria itu terlihat bahagia.
"Jadi kamu mau makan atau tidak?"
"Nanti"
Arin melihat buku yang Evans bahwa tadi.
"Mommy and baby?" Membaca judul itu membuat ia mengerenyit ke arah Evans."Hanya iseng, kita tidak pernah tahu apa yang terjadi bukan?" Katanya dengan sedikit malu tapi berusaha menutupinya dengan tidak menatap ke matanya.
Tapi jika itu terjadi pasti Evan akan menjadi seorang ayah yang baik dan perhatian.
Arin mengusap pipi Evans, ia yakin mereka menginginkan kebahagiaan seperti semua keluarga lainnya. Tapi mungkin tidak secepat itu jika mereka saja masih di hantui oleh bayang-bayang penjahat Cassano.
"Kenapa kau setuju? Mau mencoba mempercepat memiliki anak?"
Ia tiba-tiba langsung bertanya begitu sambil mengedipkan satu mata.Arin langsung menepuk pelan pipi Evans sambil memberikan tatapan malas.
Padahal Arin sedang memikirkan tentang yang terjadi pada Evans pria ini malah memikirkan hal mesum.Sebuah ide muncul di otaknya, mungkin tidak akan masalah bukan jika ia mencoba bertanya sesuatu yang tersirat.
Sungguh rasa penasaran sudah mengganggunya sejak tadi."Emm, ngomong-ngomong apa kamu tidak menyelidiki tentang kapal itu, apa kamu yakin itu bukan dari... Ca sa no?"
Evans menggeleng.
"Akan sulit jika mencari tahu, lagi pula kapalnya juga sudah hancur tapi, mungkin ada kebocoran bahan bakar sehingga itu bisa terjadi"
Benar akan sulit mengevakuasi bangkai kapal karena mereka dipenuhi air.
"Emangnya pernah terjadi hal seperti ini sebelumnya?"
"Tidak, kau tahu kan kapal adalah kendaraan paling aman kedua setelah pesawat. Persentase kecelakaan kapal paling besar ditentukan oleh alam. Contohnya badai topan dan angin puting beliung terjadi bersamaan"
Setelahnya Evans tertawa membuat Arin kesal mengapa pria ini malah bercanda seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Business 21+ [ Arin & Evans ]
RomanceAdult (21+)🔥🔥🔥 Warning not for minors Pernikahan karena bisnis apakah dia juga harus menahan gairah? Sesuatu yang terdengar seperti hasrat dan penuh cinta. Evans le Guillox adalah pemenang hati yang sesungguhnya.