Mereka bermain di sana cukup lama sebelum akhirnya memilih turun dan mencari onsen.
Setelah dikepung udara dingin, uap dari air panas akan membalikan suasana.
Arin kira ia akan berendam di kolam khusus wanita yang besar, tapi melihat kolam pribadi di penginapan membuat Ani menatap Evans kesal."Kamu merencanakan ini ya?" Tuduh Arin dengan mata yang menyipit.
"Apa kamu malu? jangan khawatir lagi pula aku sudah melihat seluruh tubuhmu" jawabnya sambil mengedipkan satu mata mengabaikan tatapan Arin yang sudah kesal.
Kolamnya yang cukup besar, kolam air panas pribadi seperti ini pasti berharga sangat mahal.
Mau bagaimana lagi ini hanya sekedar berendam mereka pernah melakukannya lebih dari itu kan?"Kenapa kamu mengambil jarak?" Tanya Evans melihat Arin ada di ujung kolam, sedangkan ia ada di bagian satunya.
"Kita hanya berendam, bukankah tak masalah jika aku jauh atau dekat denganmu?"
"Kamu sama sekali tidak pandai membaca suasana" keluh Evans lantas membuat Arin terkikik.
Bermesraan kan yang suaminya maksud tapi Arin akan pura pura tidak peka.
"Apa kamu suka nonton anime?" Arin tau onsen karena menonton kartun Jepang.Evans menggeleng "Aku lebih suka menonton mu" pria itu kemudian mendekat.
"Apa kamu suka sex di dalam air? Pernah mencobanya?""No, kamu pikir aku wanita yang seperti apa. Dan jangan coba-coba" Ia menciptakan air agar Evans menjauh tapi itu sama sekali tidak mengusirnya.
"Tapi aku sepertinya suka" Ucap Evans lalu menarik Arin mendekat hingga ia bisa menarik tengkuk wanita itu dan mencium bibirnya.
Ia tidak akan pernah bisa terbiasa, mau berapa kali pun itu di ulang. Ia akan tetap merinding dengan keadaan kumpulan kupu-kupu terbang dan semut merayap ke hati dan seluruh tubuhnya.
Gencar ia lakukan, dengan lembut juga perlahan sebuah ciuman halus turun menuju tulang selangka. Tangannya yang nakal tak berhenti meraba dan mengelusnya.
Terlalu cepat untuk menghentikannya, terlalu terlambat untuk mengambil akal pikiran yang sudah kehilangan kendali sampai detik ini dan ke detik selanjutnya.Saat Arin berusaha mendorong pria itu menjauh, Evans malah makin mengekangnya erat. Menahan tubuhnya menempel pada tubuh Evans yang kekar dan basah.Bahkan Evans berani tersenyum di sela-sela ciuman mereka
Evans yang kini tau jika istrinya lemah akan sebuah sentuhan. Ia berambisi tak akan memberi kesempatan sedikitpun padanya untuk berhenti melenguh... Saat sudah mendapatkan apa yang pria itu inginkan Evans menjadi tak berisik dan terlihat terus tersenyum.
Entah setelah ini Evans akan membawa Arin kemana lagi, mereka akan bersikap makan malam dengan pakaian yang di sediakan. Sebuah kimono yang tebal dan hangat.
Arin berharap kegiatan sex mereka tidak terdengar sampai ke kamar sebelah. Evans memang tidak tahu tempat, dia sedang bersikap acuh dan biasa saja dengan segala yang terjadi di saat Arin memerah seluruh wajah.
"Dear, apa kamu yakin tidak terserang demam? Wajahmu benar-benar merah"Evans menyadari hal itu ketika ia menoleh, dia berbicara sambil memegang pipinya.
"Berhenti bertanya" Jawabannya tak membalas tatapan keingintahuan suaminya.
Evans tersenyum kembali hingga pipinya tertarik tinggi. Arin sangat menggemaskan seperti tomat yang sudah masak dengan wajahnya yang memerah.
Makanan mereka akhirnya datang menengahi pembicaraan mereka, beberapa makanan yang didominasi seafood segar dan teh hijau sebagai ciri khas mereka, tersaji begitu indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Business 21+ [ Arin & Evans ]
RomanceAdult (21+)🔥🔥🔥 Warning not for minors Pernikahan karena bisnis apakah dia juga harus menahan gairah? Sesuatu yang terdengar seperti hasrat dan penuh cinta. Evans le Guillox adalah pemenang hati yang sesungguhnya.