“Banyak manusia yang lupa kalau mereka bukan hidup dengan sendirinya. Jadi, hargai mereka yang juga berusaha menghargai kita ”
__________
Waktu menunjukkan pukul 06:45 pagi. Di SMA Bunga Bangsa terlihat ke empat laki-laki yang selalu menjadi pusat perhatian di sekolah itu. Mereka, Geng 45. Mereka terlihat sangat tampan dan juga manis. Ya, meski wajah mereka garang tetapi jika di tatap dengan seksama, wajah garang mereka terlihat lebih mengemaskan.
Pagi-pagi seperti ini mereka berempat sedang menyusuri koridor sekolah. Mereka menjadi pusat perhatian saat arah mereka berlawanan dari kelas mereka. Apa yang akan mereka lakukan di pagi-pagi seperti ini? Pertanyaan itu muncul dari siswa-siswi yang melihat mereka.
12 IPS 2
Langkah kaki Agra terhenti dan mundur dua langkah yang di ikuti oleh ketiga temanya. Baru saja Agra ingin memasuki kelas itu namun seseorang yang ia cari sudah ada di depan matanya. Orang itu terlihat baru datang.
"Permisi... " Lea menunduk untuk menghargai keempatnya namun langkah Lea dan Raya terhenti ketika tangan Agra menghalangi pintu kelasnya.
Lea merasakan takut kepada mereka. Lea sendiri bingung apa yang telah ia perbuat hingga mereka terus mengusik Lea. Mereka berdua, Lea dan Raya mematung di hadapan ke empat inti 45. Jujur, Raya juga takut menatap wajah mereka. Meski Raya memiliki jiwa-jiwa tomboi tetapi Raya takut jika berhadapan dengan mereka. Inti 45 adalah orang-orang yang tidak boleh di ganggu bahkan oleh kepala sekolah di sekolah itu.
"Halo Lea, Raya... " Sapa Agra menunjukan senyumnya.
Raya mengangga melihat sikap Agra yang sangat ramah itu. Menyapa? Seorang Agra menyapa mereka? Arkh! Ini baru pertama kalinya. Bahkan, mereka 45 lebih sering di sapa oleh Siswi cantik-cantik di SMA itu tapi mengapa Agra menyapa mereka berdua?
"Hey! Kok pada diem? " tanya Agra.
Mereka berdua menormalkan sikapnya. Keduanya kompak menunduk.
"Gue Agra... Akh! Lo berdua pasti udah tau, kan? " Agra terlihat kikuk di depan mereka.
"Eh iya, Lo Lea dan Raya, ya? ".
Pertanyaan konyol itu benar-benar keluar dari mulut Agra? Pagi ini, Siswa-siswi yang melihat itu menjadi saksi kekonyolan Agra pertama kali. Agra menanyakan nama mereka berdua padahal sudah tertera jelas di baju mereka.
Di belakang Agra terlihat Indra dan Ghana yang mencoba menahan tawanya. Ketuanya itu sangat lah konyol.
Agra benar-benar malu sekarang. Mengapa dirinya menjadi segerogi ini berhadapan dengan cewek hingga memberikan pertanyaan yang konyol. Agra sendiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan, itu semua perintah Raga. Raga meminta Agra untuk menemui Lea dan berkenalan dengannya.
Maklum Agra terlihat kikuk ketika berkenalan dengan cewek, biasanya cewek lah yang memaksa berkenalan dengannya meski Agra sering tak menghiraukan mereka. Agra lupa cara berkenalan dengan lawan jenis. Jika dengan sejenis mungkin Agra tidak se gugup ini karena sesama jenis lebih simpel dari pada dengan cewek. Agra terakhir berkenalan semenjak 3 tahun lalu ketika ia PDKT dengan Nara. Bisa di bilang Agra adalah laki-laki yang setia. Mungkin?
"Catat nomor telpon gue! ".
" Turunin gengsi lo, Gra. Kalo dia yang catat nggak bakal ngabarin lo. Gue, kan bilang, lo yang minta ke mereka! "bisik Raga.
Agra dengan terpaksa mengambil handphone yang laki-laki itu taruh di saku celana abu-abunya. " Catat nomor telpon, lo! " Agra mengulurkan handphone nya. Lea terlihat sangat takut hinga tangan gadis itu gemetar namun jika gadis itu tak memberi apakah tangannya masih bisa bergerak lagi? Apa tidak bahaya?
Setelah selesai meminta nomor telpon Lea. Agra tanpa ingin basa-basi lagi pergi. Ya, Agra masih mengingat Nara yang sedang berjuang di rumah sakit.
*****
"Hahahaha! ".
" Sakit perut gue,anying! "ucap Indra yang sedari masuk ke kelas nya terus tertawa bersama Ghana.
" Gue juga. Baru kali ini gue liat... Hahahah! ".
Indra menepuk-nepuk meja di depannya. Di depan mereka ada Agra dan Raga yang terduduk diam menatap keduanya. Jujur, Agra merasa sangat malu tapi sebisa mungkin laki-laki itu harus bersikap datar seperti biasanya.
" Si bos keliatan tololnya! ".
" Hahahahaha! ".
Mereka berdua kembali tertawa. Indra berusaha menyudahi tawanya namun-
" Hahahaha! ".
Tak bisa. Momen itu terlalu lucu untuk jiwa receh-nya dan juga Ghana. Mereka berdua memang di kenal memiliki jiwa-jiwa yang teramat Receh.
Bukkk
Indra dan Ghana kompak terdiam sesaat.
" Anjir bau banget! "Sewot Indra yang mengambil kaus kaki entah milik siapa.
" Baunya kaya ketek Firaun! "gerutu Ghana yang merasakan sama.
" Mpshhh... Hahahaha! ".
Kini giliran Agra dan Raga yang tertawa. Mereka menertawakan wajah kesal milik Ghana dan Indra.
" Pasti nih udah nggak pernah di cuci 1 minggu! "Tebak Indra masih dengan kekesalannya. Sepasang kaus kaki itu sangat lah bau. Bahkan bisa di pastikan 1 kelas mencium bau itu.
" Hehehe... Maaf, Bro itu punya gue. Belum di cuci 1 bulan lebih tepatnya. Gue lupa mau cuci, "ucap Denis mengakui nya. Laki-laki itu cengengesan saat semua mata menatapnya.
" Sini balikin, "tangan Denis terulur untuk mengambil kaus kaki itu.
" Lo gila? Sebau ini? 1 bulan? "Tanya Indra sangat kaget.
" Udah dong bro jangan di perjelas. Lagian bukan gue yang lempar, noh! "Denis menkode pada Agra dan Raga yang masih tertawa. Wajah keduanya memerah karena tawa itu.
Indra dan Ghana mendengus kesal. Ketua dan wakil itu, mereka menang tega membuat wajah tampan keduanya harus di hadapkan dengan kaus kaki yang teramat bau itu.
" Hahahaha... 1 bulan anjir! ".
" Gue kira nggak bakal separah itu. Ternyata...Hahahahaha! "Kini giliran Agra tertawa puas menertawai keduanya.
" Parah lo, Gra! "ujar Raga di sela tawanya.
" Lo juga anjir".
"1 bulan? Hahahahah... " ujar keduanya dengan kompak. Sudah lah, percuma Indra dan Ghana marah. lagipula itu tak akan di dengar oleh keduanya.
"Nih. Cuci njir jangan males. Lo punya kaus kaki lagi, kan? " ucap Ghana sembari memberikan kaus kaki milik Denis.
Laki-laki itu menggeleng pelan.
"Buset. Nih buat lo! " Ghana memberikan selembar uang lima puluh ribu pada Denis.
"Wih, makasih, Bro. "
"Buat beli kaus kaki. Jangan lo gunain buat jajanin cewek! " tegas Indra.
"Ya ela, tenang aja. Lagipula gue nggak punya cewek! ".
" Mampus! "ujar Indra dan Ghana kompak.
Tawa keempatnya meledak. Seisi kelas itu di penuhi tawa menggelegar milik inti 45.
Tak ada yang berani menegur mereka meski siswa yang lain merasa tidak nyaman dengan suara tawa keras itu. Mereka lebih memilih diam dan menutup telinganya.
Hallo guys, udah part 2 nih.
Stay terus ya di sini
Jangan kemana-mana. Tetap setia nunggu update-an ya.Yang belum follow di follow dulu gih biar nggak ketinggalan cerita.
Jejaknya jangan lupa kakak-kakak
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗔𝗚𝗥𝗔𝗟𝗘𝗔 [𝗖𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗔𝗕𝗨]
Teen Fiction𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘨𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯. 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯! 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘵𝘳𝘢𝘶𝘮𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘢𝘩𝘭𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘮𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘭...