“Yang kuasa menciptakan air mata bukan untuk kesedihan saja! ”
__________
Di depan rumah, Lea yang sedang menyapu rumahnya menyipitkan matanya untuk melihat jelas orang itu.
"Lea!".
Itu Anan! Laki-laki itu tampak berlari dengan mengangkat dua kantong hitam besar di kedua tangannya.
" Selamat ulang tahun sayang, "ucap Anan. Laki-laki itu membuka sebuah kantong plastik hitam itu dan mengambil roti ulang tahun. Tak lupa, Anan menyalakan lilinnya. Lea yang sedang memegang sapu meletakan sapu itu. Lea menatap berkaca-kaca saat senyum lebar terpatri jelas di wajah Anan. Laki-laki itu sangat senang.
" Ayo, tiup lilinnya! "ujar Anan dengan antusias.
Lea menurut, gadis itu meniup lilinnya dan memejamkan mata untuk berdoa.
" Lea cuma mau Ayah selalu di samping, Lea. Semoga engkau mengabulkan "batinnya.
Setelah selesai, Lea mengambil pisau plastik yang berada di samping kue itu. Memotongnya dan menyuapi pada Anan. Laki-laki itu berbalik menyuapi Lea.
Air mata tak mampu Lea bendung. Gadis itu bener-benar terharu,padahal Lea sendiri lupa kalau dirinya ulang tahun sekarang.
Anan yang melihat air mata Lea langsung menaruh kue itu di meja yang berada di teras rumah. Anan menarik Lea kedalam dekapannya. Lea menangis di pelukan Anan. Gadis itu sungguh tak menyangka akan hal ini terjadi.
"Selamat ulang tahun putri nya Ayah! Putri cantiknya Ayah! Panjang umur dan bahagia selalu sayang, " Anan mengecup kening putrinya setelah melepas pelukan itu.
"Jangan nangis dong. Ayah punya banyak kado buat kamu, ayo buka bareng-bareng! " Anan menenteng dua kantong yang tadi ia bawa. Sedangkan Lea membawa kue ulang tahunnya.
"Ayo di buka! " Perintah Anan pada putrinya. Kini, mereka berdua sudah ada di ruang tamu.
Lea membuka kantong plastik yang cukup besar itu. Benar, banyak kado di dalamnya yang terbungkus rapi. Dengan derai an air mata yang belum juga terhenti, Lea mengambil dan membuka kado-kado itu.
Lea tersenyum saat mendapat sepatu di kado pertamanya. Ada juga baju-baju model anak muda kekinian yang sangat bagus, Tas sekolah dan masih banyak lainnya. Tinggal satu buah kado berukuran sedang yang belum Lea buka. Air mata gadis itu ia usap. Kadonya sekarang sangat banyak, bahkan membuat Lea bingung, dari mana uang yang Ayah-nya dapatkan hingga bisa membeli kado sebanyak ini?
Trttt... Trttt...
Handphone Lea bergetar menampilkan nama Raya di sana. Lea yang sudah menegang satu kado terakhir kembali menaruhnya dan menjawab telpon dari Raya.
Anan hanya tersenyum menatap putrinya.
"Halo... " Ucap Lea.
Lea berdiri dan berjalan untuk mendengarkan apa yang akan Raya ucapkan.
"Lea, ayah beresin semuanya, ya " ujar Anan.
"Biar Lea aja, Ayah".
" Nggak papa, sayang" Lea tak menghiraukan lagi ucapan Anan. Gadis itu melanjutkan langkahnya.
Lea menatap bingung di ruang tamu itu. Kemana Ayahnya? Mengapa hanya ada sampah bekas kadonya?
Pandangan Lea tertuju pada kamarnya, ia mendengar suara benda jatuh tadi di kamar. Pasti ayahnya ada di dalam kamar gadis itu.
Benar saja, Lea melihat Anan sedang merapikan barang-barang dari kado pemberiannya.
"Ayah... Biar Lea aja, Yah. Ayah pasti cape, " ujar Lea mengambil jam yang akan Anan taruh di dinding.
Nampaknya Lea telat. Semua barang-barang hampir Anan taruh sesuai tempatnya. Tinggal baju-baju yang belum Anan taruh. Mungkin, Anan menghargai privasi lemari anaknya. Tau, kan maksudnya?
Lea meminta Anan duduk di bibir kasur dekat dengan dirinya.
"Lea boleh tanya? ".
Anan mengangguk sembari tersenyum.
" Dari mana uang yang Ayah dapat? Kalo dari hasil kerja Ayah, kenapa nggak buat bayar sekolah dan buat sehari-hari aja? Maaf, ya Ayah. Bukanya Lea nggak menghargai. Lea berterimakasih bangat sama Ayah. Tapi, bukannya Ayah yang ngajarin hemat ke Lea? Lea juga yakin, semuanya pasti habis berjuta-juta. "
Tangan Anan terangkat untuk mengelus rambut lembut hitam milik Lea. "Sayang, ini semua Bunda kamu yang kasih___".
Belum selesai Anan mengucapkan katanya Lea sudah menatap tak suka dan menjauh dari Anan.
" Lea, denger Ayah dulu sayang, "ucap Anan dengan halus. Anan menarik Lea untuk duduk di sampingnya.
Lea menurut. Jujur, Lea sangat benci seseorang yang ia panggil dengan nama 'Bunda'.
" Semua barang yang Ayah kasih pemberian dari Bunda. Kemarin, Ayah sempet ketemu Bunda kamu. Bunda kasih banyak uang buat beli kado Lea. Bunda, orang pertama yang ngingetin Ayah kalau sebentar lagi Lea ulang tahun. "
"Bunda kamu mau kasih kamu banyak kado di hari ulang tahun kamu. Mungkin, Bunda mau minta maaf sama kamu. Jangan benci Bunda, ya, Sayang! Ayah nggak pernah ngajarin itu ke Lea. "
"Tapi, Ayah___".
" Ayah tau, Lea belum bisa maafin kesalahan Bunda. Tapi, Bunda pergi bukan murni kesalahan Bunda. Ayah nggak bisa nafkahin kalian berdua sehingga Bunda pergi. "
"Bunda itu baik, sangat baik. Bunda juga sayang sama Lea. Ini buktinya... ".
Air mata Lea turun saat mendengar ucapan Anan. Memori Lea terpatri pada saat dahulu.
" Lea gunain barang-barang itu, ya. Terima pemberian Bunda. "
"Ayah minta maaf, Ayah belum bisa kasih apa-apa buat, Lea... " Anan kini juga menangis. Suara laki-laki itu terdengar parau.
"Ayah belum bisa kasih apa yang Lea mau. Ayah belum bisa jadi Ayah yang baik buat Lea, " tangis mereka pecah. Lea memeluk Ayahnya dan menangis dalam pelukan. Begitupun Anan yang membiarkan air matanya membasahi rambut hitam putrinya.
Mau ngasih bawang tapi saya sendiri nggak kuat.
Yang belum follow jangan lupa follow akun penaawam
Dan silakan tinggalkan jejak berupa vote dan komen kalian.See you all!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗔𝗚𝗥𝗔𝗟𝗘𝗔 [𝗖𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗔𝗕𝗨]
Teen Fiction𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘨𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯. 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯! 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘵𝘳𝘢𝘶𝘮𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘢𝘩𝘭𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘮𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘭...