64.||Menjadi Rumah||

134 3 0
                                    

Halo selamat siang...

Yaps! Hari ini aku up siang hari.
Btw, gimana kabar kalian?
Di mohon untuk stay di cerita ini, ya!

Buat yang mau follback? Boleh, DM aja langsung ke penaawam

Sekian dan Terima gaji

Happy Reading!

______________________________


"Sini kamu! " Lena menarik tangan Lea dengan cukup keras, Lea merasakan sakit namun tak ada respon dari Lea.

Sepulang dari rumah Raga, Lea langsung di sambut oleh Lena yang marah. Untungnya, Raga sudah pergi.

"Ayah! Ini anak pembunuh yang nggak tau diri itu! " ujar Lena begitu jelas.

Lea mendengar, air matanya meluruh namun bukan karena ucapan Lena.

Fero yang sedang duduk santai di ruang tamu sembari menonton televisi segera berdiri dan melepas ikat pinggang nya.

"Semalam, kemana? " tanya Fero dengan nada dingin dan tatapan melihat ke pintu bukan ke arah Lea.

Lea masih setia menitihkan air mata. Tak ada suara atau bahkan yang lainnya, Lea hanya diam.

Geram, Fero segera memukul tubuh Lea dengan sabuk. Memang air mata Lea mengalir dengan begitu deras tetapi Lea tak menghindari Pukulan itu.

Merasa kesal tak ada respon dari Lea, Fero pun meninggal kan Lea begitu saja.

"Dasar anak bangsat! " celetuk Lena sembari menyodorkan kepala Lea.

Lea bangun masih dengan air mata. Lea berjalan juga dengan susah payah namun Lea berhasil sampai ke kamarnya dan menumpahkan air mata di dalam sana.

*****

Pagi dengan cepat berlalu, Lea melakukan kebiasannya yang ke lima kali. Kebiasaan gadis itu, ia sangat sibuk menuju suatu tempat dan mengantarkan nya ke sebuah tempat.

Adelio, Lea juga masih setia menemui Adelio dan dengan kabar baik, Adelio di kabarkan mengalami kenaikan dalam penyembuhan sakit jiwa.

Seperti pagi ini, Lea menemui Adelio diruang yang dulu pernah ia tinggali juga.

"Pagi, Abang " ujar Lea.

"Liat, Lea bawa apa? Lea bawa makanan yang abang mau. Lea suapi, ya? " Lea mengeluarkan semua makanan dalam bungkus plastik yang ia bawa. Lea mulai menjajah kan di hadapan Adelio.

"Abang... Kenapa? " tanya Lea saat Adelio tak merespon dirinya sedari tadi.

"Le, gimana caranya supaya nggak takut di tinggal pergi? Gue takut, Le. Gue nggak bakal bisa hidup kalo di tinggal pergi sama orang yang gue sayang. Le, gue mohon, kasih tau gue harus apa?! " tanya Adelio dengan panik.

"Bang, bang dengerin Lea! " Lea berusaha menenangkan Adelio.

Adelio belum sembuh total, jadi wajar jika Adelio masih sering tak bisa mengendalikan dirinya. Dengan kesabaran nya, Lea berucap dengan begitu lembut di hadapan Adelio.

"Bang... " Lea menggeleng sembari menangkup kan kedua telapak tangannya pada pipi tirus milik laki-laki itu.

"Jangan takut! Jangan- takut! " ulang Lea menekan kata itu.

𝗔𝗚𝗥𝗔𝗟𝗘𝗔 [𝗖𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗔𝗕𝗨] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang