42.|| Sambutan Untuk Pemilik Hati Yang Luka||

123 4 0
                                    

"Manusia selalu suudzon. Ada yang tau mengapa? Sebab mereka pernah berbaik sangka namun prasangka mereka salah! "

Happy Reading

______________________

Setelah di rasa cukup, mereka berdua memilih masuk ke dalam rumah dengan seluruh tubuh yang basah.

Rangga baru saja membuka knop pintunya dan sudah di sambut oleh Fero dengan mata tajam dan tangan yang terlipat di depan dada. Rangga menengguk Saliva nya dengan susah payah. Melihat ekspresi Fero sekarang membuat Rangga tahu apa yang di rasakan oleh Ayahnya.

"Lea masuk dan cepat mandi! " Perintah Fero.

"Bang Rangga? " Tanya Lea. Gadis itu tak salah dengar, kan? Hanya dirinya yang di biarkan masuk. Lalu, bagaimana dengan Rangga yang juga harusnya masuk dan menganti bajunya.

"Ayah ada urusan sama Rangga. Lea masuk sekarang! " titahnya lagi.

Kali ini Lea menurut, gadis itu masuk tanpa memikirkan Rangga lagi.

Masih dengan mata tajam dan tangan terlipat, Fero terus saja menatap Rangga tanpa berbicara. Rangga yang tak mau membuat Ayahnya marah dengan berbicara terlebih dahulu memilih untuk diam.

Terdengar, Fero menggusur nafas panjangnya. "Rangga, Ayah nggak tau dan benar-benar bingung sama pikiran kamu! Kamu udah gede, udah biasa berfikir mana yang baik dan enggak. Tapi apa yang kamu lakuin tadi? Biarin Lea hujan-hujanan? Kamu tau Lea harus ke sekolah barunya, kan besok? Kalo dia sakit gimana? ".

" Rangga udah la--".

"Ayo lah! Jangan jawab kalo Ayah lagi ngomongin kamu. Kamu cuma perlu merenung. Kamu sengaja, kan hujan-hujanan sama Lea karena biar bisa bantu tugas kamu? " tanya Fero lagi. Kali ini lebih ke arah menuduh.

Rangga mengepalkan tangannya kuat. Dingin, tubuhnya kedinginan namun hatinya merasa panas. Mengapa ia selalu di marahi untuk hal yang bukan salahnya? Jangan berfikir dengan Rangga adalah seorang kakak, Ayahnya berhak menyalahkan dirinya untuk hal yang tak di lakukan olehnya.

"Rangga salah. Maafin Rangga, Ayah".

" Bagus kalo ngaku. Sekarang, untuk hukumannya kamu berdiri di tengah halaman sana! "perintah Fero. Hujan yang belum reda sedangkan Ia harus di hukum dengan membiarkan tubuhnya yang sudah dingin di guyur air lagi?

" Kali ini, tolong maafin Rangga dan biarin Rangga masuk, Ayah. Badan Rangga kedinginan, "ujarnya meminta belas kasih.

Fero tersenyum simrik menatap Rangga. " Jangan harap bisa lari dari hukuman Ayah! "ujarnya sangat jelas.

" INI BUKAN SALAH RANGGA TAPI KENAPA AYAH HUKUM RANGGA? Rangga muak di salahkan padahal bukan kesalahannya. Rangga capek di perlakukan kaya gini. Jangan mentang-mentang Rangga seorang kakak Ayah bisa hukum Rangga atas kesalahan yang bukan di buat Rangga. Rangga anak Ayah. Rangga juga pengin kaya anak lainnya yang dapat perhatian bukan hukuman! ".

" BERANI KAMU BILANG KAYA GITU? PERGI ANGKAT KAKI DARI RUMAH INI! "bentak Fero. Ia marah pada anaknya karena berani menentangnya.

" Oke! Emang Rangga nggak pernah betah tinggal di rumah ini! "Rangga berjalan masuk dan melewati Ayahnya. Ia berniat membawa barang-barang nya dan tak akan kembali menginjakkan kaki ke rumah yang baginya adalah neraka.

Lea yang dari kamar mandi menghentikan Rangga saat laki-laki itu berjalan ke arah pintu dengan tas yang di gendongnya.

"Lo mau ke mana, Bang? " tanya Lea masih dengan handuk yang menutup rambut basahnya.

𝗔𝗚𝗥𝗔𝗟𝗘𝗔 [𝗖𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗔𝗕𝗨] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang