12. || Pemanasan ||

165 6 4
                                    

“seorang bajingan akan lari dari ke salahnya, hadapi dan jadilah manusia yang berkualitas dengan cara bertangungjawab ”

_Hara_


Agra dan Daniel kembali ke rute awal.

Saat baru menginjakkan kakinya di tanah yang luas itu, Agra sudah di sambut dengan tepuk tangan dan rangkulan dari anggota-anggotanya.

"Weh, hebat lo bro! ".

" Uhuy menang lagi. "

"Traktiran nya jangan lupa! ".

" Selamat bos! ".

Agra dan anggotanya sangat senang atas perlombaan itu Agra mendapatkan uang 10 juta. Biasanya, uang itu akan mentraktir anggotanya semua.

Sedari tadi Lea menatap Agra dengan tatapan bangga. Agra memang hebat, Lea mengakuinya.

" Kenapa senyum-senyum gitu, hm? "tanya Agra saat melihat Lea terus tersenyum menatapnya.

" Lo hebat, Gra! "ujar nya.

" Gue hebat karena ada lo, "Agra mencolek hidung gadis itu yang membuat keduanya kompak tertawa.

" Habis ini kita makan bareng sebelum pulang, ya ".

" Tapi ini udah jam sepuluh lebih. Gue takut Ayah cariin. "

Agra mengusap rambut Lea. "Kalo gitu gue anter lo pulang dulu. Lo nggak mau ikut makan, Le? ".

" Nggak, gue masih kenyang. "

Agra mengangguk paham.

"Woy! ".

Semua yang sedang tertawa, bercanda bahkan mengobrol menghentikan aktifitasnya. Semuanya terdiam hening saat mendapat kode dari ketuanya.

" Gue mau anterin tuan putri pulang dulu, "ucap Agra.

Mereka kira Agra akan mengatakan sesuatu hal penting mengenai 45,eh ternyata malah tentang bucin nya.

*****

Suasana di lestoran itu sangat ramai oleh anggota 45. Mereka semua sibuk memakan makanan yang telah di pesan, sibuk bercerita dan masih banyak lainnya.

Di salah satu meja menampakkan Raga, Indra dan Ghana yang duduk menatap interaksi semua anggota nya dengan tatapan datar dan biasa saja. Jika yang lainnya sedang berbahagia berbeda dengan mereka bertiga.

Sudah cukup lama pula Agra yang katanya mengantarkan Lea tak kunjung kembali dan bersingah di tempat biasa mereka merayakan kemenangan nya.

Raga mengamatinya ke 26 anggotanya. Di antara mereka tak ada yang terdiam atau bahkan melamun sepertinya. Semua yang di sana terkecuali mereka bertiga sangat bahagia.

"Gimana kalau ke khawatir Ghana terjadi? " Batin Raga.

"Gue nggak mau tuh cewek kenapa-kenapa. Salah gue juga. Harusnya saat itu gue diem aja, " Raga terus berujar dalam hati. Memang, terlihat dari mata orang lain saat ini Raga terlihat biasa saja tanpa ada yang di pikirkan tapi nyatanya, sangat lah penuh isi kepala Raga dengan apa yang laki-laki itu pikirkan.

Pandangan mata mereka tertuju pada Agra yang berjalan masuk dengan tangan yang memegang perutnya dan nafas terengah.

Semua yang sedang berbicara, bercanda dan tertawa terhenti saat melihat kondisi ketua mereka.

𝗔𝗚𝗥𝗔𝗟𝗘𝗔 [𝗖𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗔𝗕𝗨] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang