Gundukan Tanah siapa??

366 4 0
                                    

"Ketika aku ingin meninggalkan ia aku selalu berfikir 'jika aku pergi, nanti siapa yang akan menjadi rumahnya' tapi nyatanya tanpa akupun ia masih bisa tertawa"

Happy reading!!!

____________________________________







Meski ia memberanikan diri dan terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu bukan makam sahabatnya, pada akhirnya sia-sia. Raya yang sedari awal berdiri menatap makam yang terlihat sepi tanpa tumbuhan ataupun bebungaan itu menjatuhkan dirinya.

Raya menatap dari nisan sampai ujung makam itu, air mata di pelupuknya tak bisa ia bendung, bahunya bergetar dan akhirnya suara isakan yang begitu dalam terdengar.

"Lea... Ini gue Raya... "

"Lea... Lo nggak mau peluk gue?"

Maya mengusap pundak anaknya yang menangis tersendu-sendu. "Sayang... " Ia menarik Raya kedalam dekapannya. Jujur, ia sendiri tak mampu menahan air mata yang mengucur dengan begitu saja. Maya adalah salah satu saksi hidup Lea yang begitu pahit baginya. Ia sendiri yang memilih memperkerjakan Lea agar gadis itu bisa mendapatkan uang walaupun tak seberapa. Jika di bandingkan dengan gadis lainnya, Lea tak akan menerima uang dari Maya dengan percuma, oleh sebab itu Maya memperkerjakan Lea. Ia juga pernah memberikan pelukan untuk gadis yang kini hanya tinggal nama tatkala gadis itu meminta padanya. Sebegitu dalam rindu Lea pada Bundanya sampai meminta dengan begitu sopan pada Maya untuk di izinkan memeluknya.

Ayah Raya menggeleng lembut pada Maya-istrinya seolah tidak memperbolehkan untuk menangis. Maya paham maksud baik suaminya, ia segera menghapus air matanya dan mengusap lembut kepala Raya.

"Ma... Lea.... " Kembali Raya menangis dan tak mampu menatap makam Lea.

"Sayang... Dengerin Mama ya? Lea emang udah pergi dari hidup kita..." Maya tak mampu melanjutkan ucapannya, ini terlalu sakit dan kabar ini terlalu mengejutkan.

Namun, Maya berusaha tegar dan kembali menarik nafas dalamnya. "Lea emang udah pergi... Tapi, Lea nggak akan pernah pergi dari hidup kita. Dia di atas sana lagi ngeliatin kamu, dia pasti sedih liat Raya nya nangis kaya gini. Bicara baik-baik ya sama Lea? Kamu kangen kan sama dia? Papa sama Mama bakal ke makam Om Anan. Nggak papa,kan? "

Raya mengangguk, gadis itu melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya. Kedua orang tuanya pergi menuju makam Anan yang tak jauh dari makam Lea.

Raya dengan hati yang ia paksa untuk tegar mencoba mendekati makam Lea. Meski langkahnya begitu gemetar.

Bibir Raya bergetar tatkala ia ingin berucap sembari memegang nisan yang terukir indah nama Lea.

"Kenapa lo tinggalin gue? Kenapa?! Lo marah sama gue? Lo balas dendam sama gue? Tapi lo curang! Lo jahat! Lo pergi terlalu jauh! Itu bukan balas dendam namanya Lea! Bangun! Gue nggak mau tau lo harus bangun! Kalo sampe nggak bangun dalam hitungan ketiga gue bakal jauhin lo dan pergi lagi! "

"Satu... " Raya menatap makam itu, ia berharap Lea akan mendengarkan dirinya dan kembali kepada nya.

"Dua... " Di hitungan kedua ini, hati Raya seolah di tusuk, ia mulai merasakan perih dalam hatinya.

"Ti... Tiga! " pecah! Kali ini tangis Raya kembali pecah bahkan lebih keras dari sebelumnya.

"L-lo beneran pergi? L-lo beneran ninggalin gue sendiri? L-lo jahat! Lo-lo jahat Lea! LO JAHAT! "

"BANGUN! BANGUN DEMI GUE! BANGUN LEA!!! " Raya memukul gundukan tanah itu di sertai raungan di sela tangisnya yang begitu dalam.

"bangun Lea.... "

"Lo janji bakal sama gue terus, gue tau gue salah karena tiba-tiba aja ngilang tanpa kabar. Handphone gue rusak Lea, handphone gue rusak dan begonya gue nggak hafal nomor telpon lo! Gue minta ke Mama tapi ternyata Mama nggak punya. Gue bingung harus kaya gimana Lea, gue bingung harus ngabarin lo dengan cara apa! Iya, gue langsung bawa handphone itu ke konter handphone, dan sialnya handphone gue hilang! Gue nggak bisa ngabarin lo, gue udah coba cari-cari info tentang lo tapi gue nggak bisa dapet nomor handphone lo Lea! Gue nggak bisa ngabarin lo... Gue nggak pergi ninggalin lo. Lo udah tau kan alasannya, ayo bangun Lea, gue janji nggak akan pergi ninggalin lo lagi, gue bakal di sini sama lo walaupun Mama sama Papa balik ke sana. Bangun Le.... "

Lelah menangis dan menumpahkan air matanya, Raya terdiam. Ia mulai putus asa dan hanya menatap kosong gundukan tanah itu.

Namun tak berselang lama, ia kembali berucap dengan sangat lirih. "Lea... Lo beneran nggak mau bangun? Buat gue? Lo nyaman di sana? "

"Udah ketemu Ayah lo? Gue mau sama lo, gue mau ikut sama lo, gue mau pergi juga buat ke lo. "

"Le... Entah apa aja yang udah lo laluin tanpa gue. Gue salah Le, salah banget sama lo. Gue udah ngebiarin lo laluin semuanya sendirian. Gue minta maaf. Gue minta maaf... "

Tiba-tiba saja, setitik air dari langit mulai berjatuhan, terlihat Maya dan suaminya berlari menghampiri Raya yang masih terdiam dengan tatapan kosong dan tak mempedulikan hujan yang mulai turun dan akan membasahi tubuhnya.

"Sayang, Ayo kita pulang, besok kita ke sini lagi ya? " Ajak Maya dengan terburu-buru karena langit gelap kini memunculkan kilatan petir.

"Nggak, Ma. Raya mau nyusul Lea... " Jawab Raya dengan tatapan yang benar-benar kosong.

"Kamu ngomong apa sayang? Kamu masih punya Mama sama Papa, kamu mau tinggalin kita? Kamu jangan berfikir kaya gitu. Ikhlasin Lea, dia udah tenang sama Ayahnya. "

"Iya, Ma. Raya mau nepatin janji Raya buat selalu ada bareng Lea. Kalo Raya nggak boleh nyusul Lea, seengaknya biarin Raya tetap di sini buat Lea, " ujarnya sambil menengok pada Mama nya.

"Raya... Langit udah semakin gelap, hujan juga bakal deras di tambah kilatan petir. Bahaya buat kamu, Nak" ucap Ayahnya memberitahu pada Raya.

"Bersama Lea Raya tenang Pah. "

Maya yang berdiri akhir nya memilih untuk duduk di dekat Raya. Ia menatap wajah anaknya dari samping. Ketara dan sangat terlihat dengan jelas jika Raya begitu sakit, terpukul atas kehilangan sahabat terbaik nya.

"Sayang banget ya sama Lea? Sayang nya ngelebihin ke Mama sama Papa? Nggak papa. "

Raya menatap pada Maya.

"Lea juga sayang banget pasti sama Raya, dia, orang baik yang bakal ikut sakit kalau orang yang dia sayangi sakit. Raya mau Lea di atas sana nggak tenang ngeliat Raya kaya gini sekarang? Raya nggak kasian sama Lea? Lea pasti mau Raya pulang, mau Raya pergi tapi Lea yang udah beda dunia sama kita nggak bisa nyampain itu ke Raya. Lea bakal sedih kalo Raya nyakitin diri sendiri. Raya mau bikin Lea sedih di atas sana? "

"Tapi Ma, Raya lebih nyakitin Lea. Raya harus nepatin ucapan Raya, Raya nggak mau kehilangan Lea lagi Ma.... "

"Mama bilangin lagi ya, Lea itu baik. Lea tau kamu, Lea pengertian. Dan arti dari kata menemani bukan harus dekat secara jarak, melainkan melalu ikatan batan dan itu akan abadi. Lea akan selalu hidup bersama kita, dia akan hadir di setiap kenangan yang ia buat bersama kita. Lagipula, Lea sayang banget sama Ayahnya. Lea mau banget ketemu Ayahnya dan Raya mau ngerusak itu? Enggak kan? "

"Ma.... "

Maya mengusap punggung anak gadisnya saat ia mendapat pelukan kembali. "Nggak papa, ikhlasin ya, ayo kita pulang. "

"Lea bakal ada di setiap kenangan dan momen yang nggak akan Raya lupa! " ucap Raya sembari menatap nisan Lea.

Maya dan suaminya tersenyum. Akhirnya Raya mau mengikhlaskan gadis itu meski tidak sepenuhnya.




Kisahnya belum usai, tunggu part selanjutnya. Setelah sang tokoh utama meninggal, apakah masih yakin akan ada part bahagia di next time?

Thanks buat yang udah baca dan silahkan klik bintang nya ☺🙏

𝗔𝗚𝗥𝗔𝗟𝗘𝗔 [𝗖𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗔𝗕𝗨] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang