Shankar mempersilakan Sahara yang tiba-tiba menahan diri di depan pintu ruang rawat Leela. Perempuan itu tidak bisa masuk jika tidak ada Madhav di sisinya. Sebab, Madhav sedang pamit keluar sebentar.
"Chalo!" ( Ayo! )
Sahara dirundung getir, dia mengamati jalan yang Madhav lewati tadi. Dia berharap, Madhav segera menampakkan diri.
"Aao, meree betee, andar aao! Tum yahaan kyon khade ho?" (Ayo, putriku, masuklah! Kenapa kau hanya berdiri di sini saja?) tanya Shankar begitu heran akan tingkah calon menantunya itu.
Sahara merasa tidak enak hati mendiamkan ayah dari pria yang telah banyak membantunya itu. Dia tersenyum kering. Menjawab atau tidak, rasanya sama saja, Shankar juga tidak akan mengerti apa yang dia katakan nantinya, bukan?
Shankar semakin heran, mengapa perempuan yang dikenalkan putranya sebagai calon menantunya sama sekali tidak membalas dan hanya senyam-senyum tidak jelas dan sekarang justru sibuk mengedarkan mata ke lorong rumah sakit, seolah mencari seseorang.
"Madhav ko dhoondh rahe ho?" (Kau mencari Madhav?)
Karena nama itu disebut, Sahara membulatkan matanya sambil mengangguk-angguk, walaupun tidak mengerti maksud Shankar, Sahara cukup yakin, Shankar bertanya apakah alasan dirinya tidak segera masuk karena menunggu Madhav.
"Madhav." Sahara pasrah, dia tidak tahu dengan cara apa dirinya menjelaskan pada Shankar agar pria paruh baya itu masuk duluan dan membiarkan dia menunggu Madhav di luar. "Ma-Madhav, dia." Dia mendesis pelan dalam hati.
"Aao, meree betee, andar aao!" (Ayo, putriku, masuklah!) Ulang Shankar memberi akses Sahara untuk masuk.
Sonu dan Ajay yang telah masuk terlebih dahulu itu pun ikut keluar tatkala mendengar suara Shankar.
"Kya hua?" ( Ada apa? ) tanya Sonu.
Shankar menjelaskan apa yang terjadi pada calon menantunya yang enggan masuk ke dalam dan terlihat kebingunan. Di lain pihak, Sahara mulai merasa tidak tenang akan sikap ayah dari Madhav yang seolah menggambarkan dirinya sebagai perempuan yang aneh. Sahara dapat menemukan jawaban itu dari mimik muka dan gestur tangan Shankar ketika menjelaskan pada Sonu. Lain Shankar, Sonu justru tampak tenang, sesekali menoleh ke Sahara sambil tersenyum, Sahara membalas senyum itu dengan kaku. Sungguh, dia terjebak di posisi serba salah. Sahara bak digunjing di depan matanya, tapi seolah telinganya dibuat tuli.
Madhav datang, buru-buru, Sahara menghampirinya.
"Kau dari mana saja?" tanya Sahara penuh penekanan, tapi dengan nada lirih.
Sebuah kotak merah dia berikan pada Sahara. Tidak ada pertanyaan yang muncul dari Sahara, tentu dia tahu apa kotak merah tersebut. Madhav membuka penutup kotak itu, memperlihatkan sebuah kalung emas dengan mata safir di tengahnya.
"Pakailah!"
Sahara mendorong kotak kalung itu ke Madhav sambil menggelengkan kepala.
"Ini adalah salah satu kalung yang ibuku jual untuk membeli cincin pernikahanku, aku telah membelinya lagi, untukmu," ujar Madhav menyodorkan kotak kalung itu.
"Jangan paksa aku! Kau tidak tahu 'kan? Aku menjadi orang bodoh di depan ayah dan pamanmu itu. Sepertinya mereka heran kenapa aku tidak masuk ke dalam, tapi aku tidak tahu harus menjawab apa." Sahara memanyunkan bibir bawah.
Tawa kecil terdengar nyaring. Madhav menarik Sahara agar kembali ke depan pintu. Madhav menjelaskan pada ayah dan pamannya bahwa Sahara paling tidak bisa jauh darinya karena besarnya cinta Sahara pada Madhav. Itu sebuah fakta, bukan? Sahara tidak bisa jauh dari Madhav, tetapi tutur kata cinta itu hanya lintasan kebohongan yang Sahara tidak akan ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tera Fitoor [END]
Romance(Juara 1 Event Writing Marathon Cakra Media Publisher Season 4) [ Romance - Religi - Song Fiction] ●●● Madhavaditya baru saja kehilangan cintanya. Dia mendaki Himalaya untuk mengenang kembali pertemuan sekaligus perpisahannya dengan mendiang sang is...