"Satu lagi, kau melupakan sesuatu, Sahara." Madhav yang melihat high heels di bawah kursi rias mengangkatnya, menyuruh Sahara duduk di kursi.
Sahara menggeleng.
"Sahara. Please, aapako ise avashy pahanana chaahie." ( ..., kau harus memakainya)
"Hah?"
Tidak peduli sekeras apapun Sahara menolak, dia mendudukkan perempuan itu, lalu memakaikan high heels ke kedua kakinya. Namun, Sahara membungkuk dan melepasnya.
"Sahara ...."
Perempuan itu beranjak ke lemari, membukanya dan menarik kardus berisi sepatu yang dibelikan Madhav sebagai ganti sepatunya yang rusak. Walaupun begitu, sepatu peninggalan kakeknya masih Sahara simpan sampai kelak dia perbaiki kembali.
Madhav memiringkan sedikit kepala sambil geleng-geleng saat Sahara menunjukkan sepasang sepatu putih. Sontak, Madhav mempunyai ide, dia pun berlari kembali ke kamarnya, mengambil sepatu putih kepunyaannya. Dia memakai sepatu itu buru-buru dan kembali lagi.
Sekarang, keduanya melangkah bersama menuruni tangga dengan raut bahagia. Dua keluarga besar yang berada di ruang tamu menyambut keduanya dengan kebahagiaan yang sama. Bahkan, mereka yang semula duduk langsung berdiri menerima kedatangan calon pengantin itu. Dan yang paling mencuri perhatian ialah sepatu putih yang dikenakan Madhav dan Sahara, tentu hal itu membuat semua orang geleng-geleng kepala.
Fokus Sahara saat tiba di ruang tamu langsung tertuju pada pria dan wanita yang pernah Madhav perlihatkan di ponsel. Saat itu, Madhav memberitahu, bahwa merekalah yang akan berpura-pura menjadi orang tuanya. Untuk itulah, Sahara melayangkan pelukan hangat kepada wanita yang seumuran dengan Leela itu.
"Aap yahaan kaise sahaj mahasoos karate hain?" (Bagaimana, apa kau betah di sini?)
Sahara mengangguk mantap. Dia memang tidak mengerti apa yang dikatakan Pujaa -ibu pura-puranya, akan tetapi, Madhav telah menyusun skrip dialog apa saja yang akan dikatakan orang tua palsu Sahara itu. Mereka hanya perlu menghafal apa yang sudah Madhav tuliskan di skrip buatannya.
Setelah memberi salam kepada semua orang secara bergiliran, Madhav dan Sahara dipersilakan duduk. Mereka duduk berhadapan, Madhav di sisi orang tuanya, begitu pula Sahara. Meskipun satu ruangan, akan tetapi, Sahara merasa sangat jauh dengan Madhav. Apalagi, dia harus bersikap senyaman mungkin dengan dua orang yang sangat asing baginya.
Pembicaraan kembali terjadi di antara dua keluarga. Keluarga nyata, dan keluarga pura-pura. Sahara yang tak memahami hanya bisa menunduk pasrah. Guna menghilangkan kecemasan, dia memainkan ujung selendang dan kakinya sesekali nampak bergerak gusar.
Tawa dan canda terus berlangsung di ruang tamu.
"Kau benar, cinta memang membutakan siapa saja yang merasakannya. Lihat, putraku sampai meninggalkan rumah berhari-hari demi membawa kekasihnya kemari," ujar Leela membanggakan putranya. "Bahkan, dia menerima segala kekurangan putrimu, Tuan. Entah cinta apa yang putrimu berikan pada putraku, tapi aku sangat yakin, cinta mereka sangatlah kuat."
"Tum sahee ho, madam. Aapaka beta ek asalee aadamee hai, ek aisa aadamee jo apane dil se pyaar karata hai, chaahe vah dikhane mein kuchh bhee ho." (Anda benar, Nyonya. Putramu adalah pria sejati, pria yang mencintai dari hati, tidak peduli seperti apa penampilannya) ujar pria paruh baya yang menjabat sebagai ayah Sahara. Pria itu bernama, Rajan.
"Kai benar, Tuan Rajan," balas Shankar menyambung ucapan istrinya. "Kami melihat begitu banyak cinta ketika Sahara hadir di rumah ini. Terutama." Telunjuknya mengarah ke Madhav. "Madhav. Di umurnya yang semakin dewasa, aku tidak pernah melihatnya sebahagia sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tera Fitoor [END]
Storie d'amore(Juara 1 Event Writing Marathon Cakra Media Publisher Season 4) [ Romance - Religi - Song Fiction] ●●● Madhavaditya baru saja kehilangan cintanya. Dia mendaki Himalaya untuk mengenang kembali pertemuan sekaligus perpisahannya dengan mendiang sang is...