Part 40 [END]

56 4 0
                                    

Shankar berniat melepas ikatan tangan di antara Madhav dan Sahara. Namun, Madhav maju satu langkah, membuat Sahara kini berada di belakang punggungnya.

“Jangan membuat ayahmu ini bertindak kasar. Lepas! Lepaskan Sahara, lalu kembalikan dia kepada keluarganya! Jika tidak, ayah sendiri yang akan membawa Sahara keluar dari rumah ini,” tukas Shankar mengultimatum.

“Tidak ada yang akan keluar dari rumah ini. Sahara adalah istriku, dia akan bersamaku di rumah ini.”

“Rumah ini tidak menerima seorang muslim, Madhav. Jika kau masih ingin tinggal di rumah ini, ceraikan Sahara, kembalikan ke tempat seharusnya dia berada. Jika kau tetap memilih bersamanya, pintu rumah ini  tidak akan pernah terbuka  untukmu.” Gertak Shankar tidak main-main dengan ucapannya.

Madhav menoleh, mengintip kepala  Sahara yang tertekuk ke bawah.

“Pak, apa yang kau bicarakan, tidak, Madhav tidak boleh meninggalkan rumah ini.” Leela memohon.

“Jadi kau akan membiarkan perempuan yang di darahnya mengalir darah seorang penjahat berada di rumah ini, Leela?”

Leela menggeleng. “Shankar, dengar. Apa selama ini, Sahara menunjukkan sikap buruk sebagai  muslim yang kejam seperti yang kau yakini? Tidak, tidak ada satu pun kejahatan yang Sahara perbuat di rumah ini, justru sebaliknya, Sahara menujukkan cahaya yang sangat terang di tengah gelapnya pemikiran kita tentang muslim.”

“Astaga, Kakak Ipar. Apa yang telah kau bicarakan, otakmu benar-benar sudah dicuci oleh perempuan licik itu,”ujar Dami memperkeruh suasana.

“Diam!” Telunjuk Leela membungkam mulut Dami.

Hati seorang anak mana yang tidak akan tersentuh saat ibu yang sangat mencintainya berjuang demi perempuan yang dicintai anaknya? Itu yang sedang Madhav rasakan saat harus dihadapkan oleh dua pilihan, keluarga atau cintanya.

“Aku sudah merasakan betapa berantakannya hidup tanpa keluarga yang lengkap. Apalagi, aku pergi membawa percekcokan yang belum usai dengan ayahku. Jadi, Madhav. Apapun yang terjadi nanti di rumah, pilihlah keluargamu, ya? Karena keluarga tidak akan pernah meninggalkanmu, mereka yang menciptakan kasih sayang yang lebih panjang sebelum bertemu denganku. Karena ... jika kau memilihku, bisa saja, aku pergi sewaktu-waktu.”

Bermodalkan ucapan Sahara sebelum keduanya tiba itu. Madhav memutuskan untuk tetap tinggal di rumah ini. Tapi dengan satu syarat.

“Aku tidak akan akan pernah memutuskan ikatan pernikahan dengan Sahara. Love does not see the difference. Love will accept differences and unite differences into one complete love.”  Tutur Madhav tegas.

Kemudian, dia menarik Sahara menuju kamarnya. Tepat di ujung tangga atas, kehadiran Nenek Shinde yang berdiri di tengah-tengah tangga menahan langkah kaki keduanya. Nenek Shinde yang sejak tadi hanya dapat menyaksikan pertunjukan hebat di malam itu menaruh kecewa. Derap kaki Nenek Shinde yang terdengar tegas itu mendatangi Madhav dan Sahara. Dan, sebuah tamparan keras menyambar pipi Madhav.

“Cinta apa yang sedang kau perjuangkan, Madhav? Yang bahkan cinta itu dapat memalingkan dirimu dari aturan agama dan budaya. Kau sungguh membuat dewa murka, Madhav!”

Untuk saat ini, Madhav tidak banyak mengambil sikap. Dia mengalah saja, karena prioritasnya sekarang adalah melindungi Sahara. Tanpa pamit, Madhav kembali menarik Sahara naik dengan sikap acuh.

Setibanya di depan kamar Sahara, perempuan yang tangannya sejak tak lepas dari genggamannya itu menarik diri dari sisi Madhav.

“Aku memang tidak mengerti apa yang kalian katakan. Tapi, aku bisa melihat dari sikap kalian, kalian bertengkar begitu hebat hari ini, dan itu  ... karenaku. Dengar, seperti yang sudah aku katakan saat di perjalanan tadi, kau harus.”

Tera Fitoor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang