Part 6

21 9 16
                                    

“Kenapa dengan kakimu?”

Sahara langsung menodongkan kaki kirinya yang berdarah.

“Astaga, kakimu.” Madhav ikut meringis melihat darah yang keluar dari luka di telapak kaki Sahara.

Madhav mengambil kursi yang berada tak jauh dari Sahara. “Bagaimana bisa kakimu terluka seperti ini?” Diamati luka di telapak kaki Sahara itu.

“Aku juga tidak tahu. Sepertinya aku menginjak gagang kacamata yang patah.” Bisa-bisanya, Sahara menjawab dengan nada pasrah.

Madhav menujuk Sahara, lebih tepatnya ke syal yang dipakai perempuan itu. “Kemarikan syal itu.”

“Untuk?”

“Jangan banyak bertanya.”

Sahara melepas lilitan syal, lalu memberikannya pada Madhav. Lekas, syal coklat susu itu Madhav lilitkan ke telapak kaki Sahara yang terluka untuk menekan darah semakin keluar.

“Jika begini, aku akan berjalan seperti penguin, Madhav.”

“Kau tidak perlu berjalan, aku akan menggendongmu sampai ke penginapan.” Hitung-hitung, Madhav memberikan kebaikannya untuk menutupi kabar buruk yang seharusnya Sahara ketahui.

“Kau yakin? Tubuhku tidak seringan yang kau lihat.”

Madhav membalikkan badan, menepuk pundaknya sendiri. “Chalo!”

“Hah?”

Ck, maksudku, ayo! Naiklah!”

“Ta-tapi ….”

Madhav menoleh. “Kakimu bisa saja infeksi jika tidak segera diobati. Ayo, naik!”

Semula, Sahara menarik ulur niatannya untuk naik ke punggung Madhav. Mengapa, mengapa dia tidak bisa berhenti menyusahkan pria itu. Dan, mengapa, pria yang baru dia kenal itu tidak pernah berhenti menolongnya?

“Baiklah, aku naik,” ujar Sahara.

Madhav merendahkan kaki, menerima beban tubuh Sahara yang berkisar 50 kg. Setelah Sahara berpegangan, Madhav berdiri bersama beban tubuhnya sendiri dan Sahara.

“Yakin, kau bisa menggendongku sampai penginapan?”

“Tenang saja. Aku sudah terbiasa membawa beban berat. Terutama, beban hidup,” balas Madhav diakhiri senyum tipis.

•••

Setibanya di depan penginapan, Sahara meminta turun. Dia tidak tega mendengar napas Madhav yang ngos-ngosan dan semakin berat. Keringat juga membasahi dahi pria itu yang makin membuat Sahara tak tega menyusahkannya lebih lama lagi.

“Tidak apa-apa, aku bisa berjalan sambil mengangkat satu kaki.” Sahara mengalungkan tangan ke pundak Madhav. “Tidak masalah ‘kan aku berpegangan begini?”

“Kau yakin tidak ingin kugendong, setidaknya sampai depan pintu kamar.”

Sahara menggeleng. “Tidak perlu. Sudah kubilang, aku ini perempuan yang mandiri.” Sahara mencoba berjalan dengan satu kaki sendiri, tanpa berpegangan pundak Madhav.

“Lihat, aku bisa melakukannya!”

“Ya, ya, ya.”

Madhav membiarkan perempuan itu menuruti keras kepalanya. Tapi tetap, dia akan berjaga-jaga di sisi Sahara, mengingat mereka harus naik lantai dua untuk bisa ke kamar mereka. Madhav tidak ingin Sahara terjatuh.

Kekhawatiran Madhav terjadi, ketika menaiki tangga dengan satu kaki, Sahara kehilangan keseimbangan dan hampir terhempas ke bawah. Beruntung, Madhav yang berjalan tepat di belakang sigap menahan punggungnya.

Tera Fitoor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang