Part 16

19 7 0
                                    

"Kau sedang memasak apa?" tanya Madhav.

Sahara tidak menjawab, dia beranjak dari kursi, mengambil piring dan sendok, kemudian menuangkan nasi goreng, tak ketinggalan telur mata sapi di atasnya. Sahara menghidangkan nasi goreng buatannya pada Madhav.

"Nasi goreng?"

"Kau tahu ini nasi goreng?"

Madhav menerima sepiring nasi goreng buatan Sahara itu.

"Altaf dulu sering membuatkannya untukku."

Tiba-tiba, Sahara teringat sesuatu. "Madhav, kau punya nomor telepon teman Indonesiamu itu 'kan? Bagaimana jika kau menghubunginya dan meminta tolong agar bisa membantuku pulang?"

Piring putih polos itu diletakkan di meja. Madhav menarik tangan Sahara. "Kau sungguh ingin pulang?"

"Tentu. Kau mau membantuku 'kan? Aku merasa sangat merepotkanmu, bahkan untuk urusan beribadah, kau turut membantuku. Aku seperti kehilangan diriku sendiri yang dulunya begitu mandiri sebelum bertemu denganmu. Sekarang, aku selalu bergantung banyak hal padamu, pakaian, tempat tinggal, makanan, keluarga, dan keamanan. Aku tidak pernah semanja ini sebelumya, apalagi pada seorang pria," ungkap Sahara. Dia mengambil sesendok nasi goreng di meja dan menyuapkannya pada Madhav.

Madhav malah tersenyum menerima nasi goreng itu. "Sekarang aku yang manja padamu," ujarnya sambil mengunyah.

Sahara yang sadar langsung memberikan sendok pada Madhav dengan gugup. "Ma-makanlah, aku akan bersih-bersih dulu."

Tidak ada satu suapan Madhav tanpa melihat rupa Sahara yang kini sibuk beberes dapur. Sesekali, bibirnya tertarik ke atas saat Sahara menoleh singkat padanya.

"Sahara? Kya kar rahe ho beta? Ise rok!" ( .... Apa yang kau lakukan, Nak? Hentikan! ) Leela datang memprotes apa yang dilakukan Sahara. Dia menarik Sahara yang hendak memungut kulit bawang di lantai.

Bukan hanya Sahara yang kaget, Madhav yang semula duduk tenang menyantap nasi goreng sambil melihat Sahara itu pun bangkit berdiri.

"Maa?"

Leela bertanya panjang lebar mengapa Madhav membiarkan calon menantunya membersihkan dapur sendiri. Tidak sempat Madhav menjawab, Leela sudah keburu berteriak lantang memanggil Yohani yang seharusnya bertugas di dapur.

Yohani datang dengan langkah kocar-kacir. Sudah pasti, dia akan mendapat omelan dari nyonya besarnya pagi ini.

Mendapat teguran yang cukup membuat seisi rumah datang ke dapur, Yohani hanya bisa memandang ubin lantai yang putih bersih.

"Leela, kya hua?" ( Leela, ada apa? ) Bahkan, Leela tidak sempat menjawab pertanyaan Shankar sangking fokus memarahi Yohani yang membiarkan Sahara memasak sendiri di dapur.

"Maa." Panggilan Madhav pun kalah telak tak mampu mengimbangi suara Leela.

Sahara yang merasa bersalah hadir di antara Leela dan Yohani sembari memegang kedua telinga, sebagai ucapan permintaan maaf. Sahara memohon kepada Leela agar tidak menyalahkan Yohani karena apa yang dia kerjakan semata-mata karena keinginannya sendiri dengan menggunakan bahasa isyarat. Tentu, Madhav terkejut bukan main saat Sahara memberinya kejutan bertubi-tubi pagi ini, tak hanya seorang muslim, ternyata perempuan itu juga bisa bahasa isyarat.

Leela yang tak paham apa yang dikatakan Sahara itu pun menoleh ke putranya.

"Ma, Sahara meminta agar jangan memarahi Yohani. Dia melakukannya atas inisiatif sendiri." Madhav hanya mengartikan bahasa isyarat Sahara seadanya.

Sahara mengangguk, mengacungkan jempol pada Madhav.

"Sudahlah, Kakak. Biarkan calon menantumu itu berurusan dengan dapur, lagi pula, setelah mereka menikah, dapur akan menjadi kantornya," ledek Dami yang sejurus memancing mata tajam Madhav.

Tera Fitoor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang