Happy reading, semoga suka.
Jangan lupa vote dan komennya ya.
Luv,
Carmen
________________________________________________________________________________
"Kau bercanda."
Putra Mahkota Zimmdabbad, Tareq Ghiath Al-Shaykh menatap penasihatnya dengan campuran tatapan geli dan kesal.
"Coba ulangi lagi ucapanmu tadi," perintahnya.
"Saudara tiri Anda akan mengajukan petisi kepada dewan menteri bahwa dia lebih layak memimpin Zimmdabbad dan bahwa dia memiliki kesetaraan hak dengan Anda seperti yang tertera dalam hukum di Zimmdabbad."
Tareq menatap Ghassan, penasihat yang paling dipercayai mendiang ayahandanya, yang juga menjadi penasihat yang paling dipercayai oleh Tareq. Dengan tenang ia lalu berkata, "Tapi aku adalah Putra Mahkota. Apa yang bisa dilakukannya?"
"Your Highness, Anda tidak boleh lupa, kedudukan Putra Mahkota masih bisa digantikan, jika para dewan menteri menyetujuinya."
Tareq memukul meja dengan keras, kali ini wajahnya menampakkan kemurkaan. "Lancang! Apa mereka semua akan memberontak terhadapku? Padahal Ayahanda baru saja meninggal! Dan aku sudah ditetapkan sebagai pewaris takhta yang sah oleh Ayahanda sendiri."
"Tenang dulu, saya mohon jangan marah dulu, Your Highness."
"Lalu apa yang harus kulaukan? Duduk diam dan membiarkan hak lahirku direbut begitu saja?!"
"Tentu saja tidak begitu, Your Highness. Tapi Pangeran Zamed menggunakan kartu yang tidak Anda miliki. Seorang pangeran yang telah memiliki istri dan pewaris selalu dinilai lebih berkualifikasi memimpin Zimmdabbad. Seperti yang pernah terjadi pada kakek Anda dulu."
Ya, Tareq tahu itu. Seperti itulah kakeknya mendapatkan kekuasaan di Zimmdabbad. Yang kemudian diteruskan ke ayahandanya. Apakah kini sejarah akan berulang? Ia menggeretakkan giginya. Tidak! Tareq tidak akan membiarkan Zamed berkuasa. Saudara tirinya itu sama sekali tidak berguna. Pekerjaannya hanya berfoya-foya dan bermain-main dengan wanita. Zamed tidak pernah memiliki ambisi untuk menjadi Sultan Zimmdabbad. Apa yang bisa dia berikan untuk Zimmdabbad selain memenuhi kerajaan ini dengan anak-anak haramnya? Lagipula, ia yakin ini adalah ulah ibu tirinya, istri yang dinikahi ayahnya setelah ibu kandung Tareq meninggal. Selama ini, wanita itu memang ambisius dan haus kekuasaan!
"Jadi apa yang harus kulakukan? Apa para dewan buta? Zamed tidak punya keahlian apapun selain meniduri para wanita!" ucap Tareq kasar. "Apa aku harus mencontoh perbuatan saudara tiriku itu supaya mendapat nilai lebih di mata para dewan? Hah?!"
Ghassan menggeleng.
"Lalu aku harus bagaimana?!"
"Saya memiliki ide, Your Highness. Masa berkabung Yang Mulia terdahulu masih berlangsung selama 30 hari lagi sebelum penobatan Sultan baru. Di masa kritis seperti ini, kita harus berhati-hati. Kalau Pangeran Zamed datang dengan petisi bahwa dia memiliki istri dan pewaris, kalau itu adalah satu-satunya kelebihan yang dimiliki oleh Pangeran Zamed, maka Anda bisa dengan mudah mengalahkannya. Yang perlu Anda lakukan hanyalah mencari seorang wanita dan menikahinya. Dan masalah ini akan selesai dengan sendirinya. Tanpa konflik apapun. Jalan Anda menuju takhta juga akan terbentang mulus tanpa halangan."
Ya, ide yang brilian. Tareq menatap Ghassan lama tapi pria tua itu menampakkan wajah serius.
"Kau tidak bercanda, bukan?"
"Aku tidak pernah seserius ini, Your Highness."
Hebat!
"Dan di mana aku harus menemukan wanita itu?!" ledaknya kemudian.
Ghassan hanya tersenyum tipis. "Your Highness, aku yakin seluruh wanita lajang di Kerajaan Zimmdabbad ini akan dengan senang hati bersedia menjadi istri Anda dan melahirkan pewaris bagi Anda. Bukan saja di Zimmdabbad, saya rasa dengan status Anda, tidak aka nada wanita yang benar-benar akan menolaknya."