Bab 16

2.6K 362 6
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook sudah tersedia lengkap di Playstore dan Karyakarsa ya.

Yang tidak bisa transaksi via kedua aplikasi itu, bisa beli PDF-nya ya, langsung WA saja ke 0857 6100 8414

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang tidak bisa transaksi via kedua aplikasi itu, bisa beli PDF-nya ya, langsung WA saja ke 0857 6100 8414

Bagi kalian penggemar dark erotic story, bisa main ke story baru aku di WATTPAD ya. Strictly for 21+ only.

 Strictly for 21+ only

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hope you like it. Enjoy

Luv,

Carmen

___________________________________________________________________________

Alaina menguap lalu meregangkan badan. Saat bangun untuk duduk, ia meringis ketika merasakan sedikit sakit di antara kedua kakinya. Alaina tak ingin memikirkan penyebabnya tapi tetap saja itu tidak bisa mencegah kedua pipinya merona panas. Menghela tubuhnya bangun, Alaina kemudian berjalan ke kamar mandi. Saat memasuki tempat itu, ia terkesiap. Tadi malam, ia begitu gugup dan bingung sehingga tidak sempat memperhatikan kemewahan kamar mandi tersebut. Tempat itu luar biasa mewah dan luas, ada ruangan shower yang lapang, whirpool bath, wastafel, toitet pria dan wanita yang terpisah. Dan semuanya dibangun dan didesain dengan selera mahal, dengan dekorasi yang tidak akan gagal membuat orang-orang terkagum.

But well, apa yang Alaina harapkan? Pria itu bukan sembarang orang. Ini adalah istana kerajaan. Tentu saja kemewahan semacam itu adalah hal lumrah, apalagi di kerajaan timur tengah yang selalu terkenal dengan kekayaan serta kemewahan.

Setelah memastikan pintu kamar mandi terkunci, barulah Alaina masuk ke dalam ruang shower. Dan ia mendesah nikmat ketika air pancuran yang panas mulai menghantam pelan tubuhnya. Rasanya... sangat menenangkan. Ia memejamkan mata dan menikmatinya, membiarkan air itu menghapus ketegangan dari tubuhnya. Setelah menyelesaikan kegiatan mandi, Alaina lalu keluar dan mengeringkan diri. Ia lalu mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut yang tersedia sebelum menyisir helaian-helaian panjangnya. Setelah mengenakan pakaian, ia keluar kamar dan mendapati ada senampan makanan yang sudah tersedia untuknya dan kamarnya telah dirapikan serta dibersihkan.

Oh... hidup bukankah seperti ini adalah impian setiap wanita?

Mendesah senang, ia duduk lalu mulai menikmati makanannya, baru sadar bahwa ia lapar setengah mati.

Setelah menghabiskan makanannya, Habiba mengetuk pintu kamar sebelum berjalan masuk lalu menyapa Alaina.

"My Lady..."

"Please, panggil aku Alaina saja, Habiba."

Wanita yang lebih tua itu tersenyum penuh pengertian. "Baiklah, Anakku, tidak ada gunanya mempertahankan formalitas ketika kita hanya tinggal berdua, bukan? Karena kau sudah menyelesaikan makananmu, kau ingin ikut denganku, mungkin untuk berkeliling istana kediaman Your Highness dan bertemu staf-staf yang bertugas di sini? Bagian istana ini adalah kediaman pribadi Putra Mahkota, jadi anggap saja seperti layaknya sebuah rumah besar yang isinya adalah pemilik dan juga para pekerja yang menjalankan tugas rumah tangga ini."

Alaian mengangguk mendengar penjelasan tersebut.

"Aku mau," jawabnya kemudian. Lebih baik ia melakukan sesuatu daripada terus duduk terkurung di dalam kamar ini. Lagipula ia harus membiasakan diri dengan istana ini, bukan? Bagaimana caranya Alaina bisa kabur kalau sampai ia tidak tahu cara keluar dari tempat ini dan malah tersesat? Jadi itulah yang dilakukannya. Untuk dua jam berikutnya, ia berkeliling istana kediaman Tareq, diperkenalkan dengan staf-staf istana lalu menyusuri lorong istana untuk mendatangi berbagai ruangan, kamar, aula-aula luas sementara Habiba menjelaskan dari sampingnya. Ketika mereka selesai dan tiba kembali di aula utama, ia melihat Tareq berjalan keluar dari salah satu ruangan bersama seorang pria yang lebih tua dan mereka berhenti untuk memberi salam.

"Nah, itu dia, istriku."

Alaina tersipu saat Tareq menariknya ke samping pria itu dan memperkenalkan dirinya pada Sang Sheikh. Mereka berbincang singkat sejenak sambil berjalan keluar istana bersama rombongan pengawal dari kedua pihak. Ketika pria yang lebih tua itu sudah naik ke mobil dan menderu menjauh dari istana kediaman mereka, barulah Tareq menoleh pada Alaina.

"Kau ingin mengunjungi istal istana milikku? Kau dulu tinggal di peternakan, bukan?"

Mata Alaina berbinar senang dan tak percaya saat mendengar ajakan pria itu.

"Kau punya istal di sini?" tanyanya memastikan.

Pemikiran bahwa pria itu memiliki istal saja sudah membuat Alaina merasa ia lebih dekat dengan rumahnya.

"Ya, semuanya adalah kuda-kuda Arab terbaik, dilatih khusus untuk menjadi kuda pacu terbaik di dunia," jawab pria itu dan Alaina bisa mengecap kebanggaan dalam suara tersebut.

Mengapa pria itu bahkan terpikir untuk bertanya? Tentu saja Alaina mau.

"Aku mau!" seru Alaina yang tidak bisa menutupi kegembiraannya. "Oh, bisakah kita pergi sekarang, Tareq?

"Tentu saja, Alaina," jawab pria itu dengan senyum lebar di wajah. "Ayo. Kau pasti akan suka."


HOW TO PLEASE A SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang