Bab 31B

1K 211 17
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca versi lengkap dan full, bisa ke Karyakarsa dan Playstore.

Yang mau baca versi lengkap dan full, bisa ke Karyakarsa dan Playstore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_______________________________________________________________________________

"Hei, hentikan! Apa yang kau lakukan?!" teriak wanita tua itu.

"Dia bajingan!"

Habiba dengan cepat berdiri di antara mereka sebelum keadaan menjadi lebih runyam. Tareq sudah bertekad kalau pria itu berani menyerangnya lagi, ia tidak akan segan-segan. Jika tinju dulu yang harus berbicara sebelum mereka bisa menggunakan akal sehat, ia akan meladeninya, pikirnya sedikit geram.

"Hentikan! Hentikan, oke?! Tidak ada gunanya kalian saling baku hantam!"

"Apanya yang tidak berguna!" teriak pria itu lagi. "Sultan-mu ini telah menculik adik kami lalu memaksanya untuk menikah dengannya. Aku akan menghajar sampai dia..."

"Kau, berhenti berbicara, Anak Muda! Emosi tidak akan menyelesaikan apapun!"

Ajaib bagaimana pria yang lebih muda itu tersentak oleh kata-kata dan kibasan tangan Habiba.

"Dengar baik-baik, Yang Mulia tidak pernah menculik Yang Mulia Selir. Ya, Yang Mulia memang agak ceroboh karena mendatangi pasar lelang gelap tapi pernahkah kalian berpikir jika dia tidak berada di sana malam itu? Aku bahkan tidak berani membayangkannya. Kalian mungkin tidak akan pernah bertemu dengan adik kalian lagi. Tapi Yang Mulia membelinya lalu membawanya ke istana, menyelamatkannya dan menikahi adik kalian secara terhormat, aku rasa itu jauh lebih baik daripada apapun yang bisa terjadi pada malam itu jika Yang Mulia tidak berada di sana."

Ucapan Habiba sepertinya berpengaruh pada pria muda itu karena dia tampak baru saja ditampar. Memang ucapan wanita itu beralasan, batin Tareq dalam hati.

"Ya, dia menikahinya, tapi di bawah paksaan, karena jika Alaina tidak bersedia, dia akan mengirimnya kembali kepada..."

"Itu hanya ancaman kosong, aku tidak akan mungkin melakukan hal serendah itu," sela Tareq.

"Kau tidak punya hak bicara!"

Bentakan itu membuat Tareq sangat tidak senang. Tapi Habiba kembali menengahi.

"Ya, ya, Yang Mulia memang mengancam tapi itu satu-satunya cara agar adik kalian bersedia menikah dengannya. Masalahnya tidak sesederhan itu, saat Yang Mulia membawa Yang Mulia Selir ke istana, rumor dan gosip akan menyebar, demi menghindari skandal, tentu saja mereka harus menikah. Walau tidak dipungkiri, Yang Mulia memang berniat menikahi Yang Mulia Selir sejak awal. Tapi mengenai ancaman itu, itu hanya ancaman kosong belaka. Tidak mungkin seorang pria terhormat seperti Yang Mulia akan melakukan tindakan serendah itu. Seandainya Yang Mulia Selir bersikukuh menolak, pernikahan itu tidak akan terjadi. Aku mengenal Yang Mulia seumur hidupnya, dia pria yang baik, adil dan tegas, dia memang impulsif, tapi yakinlah, Yang Mulia tulus terhadap Yang Mulia Selir."

Merasa sudah selesai meluahkan apa yang ingin dikatakannya, Habiba lalu berbalik dan berjalan menuju ranjang tempat Alaina masih berbaring sementara Tareq masih bergeming, berdiri berhadapan dengan keluarga istrinya... yang masih tampak kesal padanya, tapi ucapan-ucapan Habiba sedikit banyak mempengaruhi penilaian mereka terhadapnya.

Lalu Ibu Alaina maju dan memecah kesunyian di antara mereka.

"Well then... ini bukan pertemua yang kita harapkan, tapi setidaknya kita sudah meluruskan garis besar masalah ini. Aku tidak akan memuji tindakanmu, Your Majesty, tapi kau memang menyelamatkan anakku, walau dengan cara yang agak salah. Tapi anakku kabur darimu jadi jika dia tidak ingin kembali, aku tidak akan membiarkan kau membawanya bersama. Kecuali bila ia bersedia."

"Fair decision, Madam."

Wanita itu tersenyum kecil. "Mengapa kita tidak saling memperkenalkan diri dulu? I know this is awkward... tapi bagaimanapun... it's better to get to know each other before we continue this conversation."

Ketegangan di ruangan itu secara ajaib berkurang karena kata-kata wanita itu. Lalu satu persatu maju dan bersalaman sambil memperkenalkan diri. Setelah itu, mereka memutuskan untuk meninggalkan Alaina bersama Tareq, tahu bahwa mereka berdua perlu menyelesaikan masalah apapun di antara keduanya.

***

Tak lama setelah keluarga Alaina serta Habiba meninggalkannya, seorang perawat datang mendekati ranjang Alaina dan berbicara pada Tareq.

"Anda suami dari pasien ini?" tanya wanita itu untuk mengkonfirmasi.

Tareq mengangguk. "Benar."

"Baik. Kami sudah melakukan tes kehamilan dan selamat, Anda akan menjadi seorang ayah. Usia kandungannya masih sangat muda, masih riskan. Jadi kami masih akan melakukan pemantauan. Tapi hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kehamilannya tidak terpengaruh. Punggung dan kepalanya juga terantuk, dia juga masih tidak sadarkan diri tapi kami yakin dia akan segera bangun, tanda-tanda vital di tubuhnya bagus, jadi tidak akan ada masalah. Sebentar lagi, kami akan memindahkannya ke kamar rawat inap."

Sementara perawat itu meneruskan penjelasannya, Tareq hanya bisa menatap wanita itu tanpa benar-benar mendengarkan. Kegembiraan bergemuruh di dalam dadanya sejak ia mendengar perawat itu berkata bahwa Alaina sedang hamil. Ia akan menjadi seorang ayah. Saat perawat itu pergi, Tareq kembali duduk dan menatap wajah Alaina tanpa berkedip sementara mulutnya menyunggingkan senyum tolol. Alaina... sedang hamil anak mereka.

HOW TO PLEASE A SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang