Happy reading, semoga suka.
Yang mau baca dulun sampai tamat, bisa langsung ke Karyakarsa (carmenlabohemian)
Atau di Playstore (search: Carmen labohemian how to please)
Happy reading
Luv,
Carmen_______________________________________
Seperti yang dikatakan Tareq pada Ghassan, mereka mengadakan pertemuan resmi dengan para dewan menteri dan penasihat, juga tak ketinggalan ibu tiri Tareq dan juga saudara tirinya. Ia mengumpulkan mereka bersama-sama untuk memberitahu rencana pernikahannya yang akan digelar secepatnya.
Seperti dugaannya, para dewan menteri dan penasihat sama sekali tidak memberikan pernyataan bahwa mereka keberatan dengan keputusan Tareq. Ia membuktikan pada mereka bahwa Alaina memenuhi persyaratan, bahwa ia menginginkan wanita itu dan para anggota dewan memberi lampu hijau.
Pangeran Zamed sendiri tidak memberikan pernyataan apapun, dia tidak membantah, tapi juga tidak menyetujui, dia hanya duduk di sana dan tampak nelangsa, terbelah di antara kepentingan ibunya dan kesetiaannya pada Tareq. Walaupun adik tirinya itu tidak berguna, Tareq tidak akan memungkiri bahwa pria itu tak pernah berusaha mengkhianatinya sedari awal.
Hanya ibu tirinya yang tampak tidak setuju.
“Aku mendengar rumor yang sangat mengerikan, bahwa kau membeli seorang budak wanita di pasar gelap Zhajibah?”
“Mother, Zhajibah adalah kerajaan yang masih primitif dan barbar, kusarankan agar Ibunda tidak terlalu banyak menempatkan orang-orang di sana untuk mengawasiku,” ujar Tareq sinis. “Aku akan merasa bersalah kalau terjadi sesuatu pada mereka.”
Wajah wanita tua itu agak memerah. “Aku tidak melakukannya! Tapi apapun yang kulakukan, itu karena aku peduli padamu, Tareq.”
Tareq mengangguk. “Terima kasih atas pehatian Ibunda. Dan seperti yang selalu Ibunda khawatirkan, Ibunda seharusnya sudah lega sekarang, karena aku akan segera menikah.”
Wanita itu kembali mendengus. “Kau belum menjawab pertanyaanku barusan.”
ALis Tareq terangkat. “Oh? Iya benar. Aku membeli Alaina di pasar pelelangan karena aku ingin menyelamatkannya dan membebaskannya. Lalu kami jatuh cinta.”
Ibu tirinya itu kembali mendengus. “Apakah aku harus percaya?”
“Ibunda, kau tidak membesarkanku menjadi seorang pembohong.”
“Baik, lalu katakan padaku, mengapa kau bisa berada di sana? Apa yang kau lakukan di pasar pelengangan itu, demi Tuhan?!”
Senyum melekuk di wajah Tareq. “Ibunda, tolong jangan salah paham. Sejak dulu, aku kurang suka dengan sisi gelap Zhajibah, jadi aku dan Khalim telah membuat kesepakatan untuk membantu para budak yang tertangkap itu, membantu menolong sebanyak mungkin dengan membeli kebebasan mereka.” Ya, ia sudah memberitahukan hal ini pada Khalim tadi malam, berjaga-jaga seandainya ibu tirinya itu memerintahkan orang-orangnya untuk menyelidiki masalah ini lebih dalam. Ia tidak cemas, wanita itu tidak akan bisa melakukan apapun seandainya saja dia tahu kebenarannya, tapi ia tidak ingin wanita itu kelak menyulitkan Alaina dan juga pemerintahannya.
“Oh, itu tindakan yang sangat mulai, Tareq.”
Tareq tersenyum pada Zamed. “Terima kasih atas dukunganmu, Saudaraku.”
“Benar, itu tindakan yang sangat mulai, kurasa kita tidak perlu memperpanjang masalah ini lagi, Yang Mulia Ratu.”
“Setelah aku naik tahkta,” ujar Tareq melanjutkan, sambil menikmati ekspresi ibu tirinya itu. “Aku akan mencari kesempatan untuk membuat kesepakatan dengan Sultan Zhajibah, agar pasar-pasar gelap semacam ini pelan-pelan dibasmi. Kita ingin membuka pintu kepada lebih banyak pengunjug luar, tentunya hal-hal semacam ini tidak boleh dibiarkan berketerusan, jika negara tetangga kita ditakuti oleh turis mancanegara, negara kita juga akan berpengaruh. Bagaimana menurut kalian?”
“Saya setuju, Your Highness.”
“Saya setuju.”
Tareq tersenyum puas. “Kurasa masalah ini cukup sampai di sini…”
“Aku tidak akan mempermasalahkan dari mana kau mendapatkan calon pengantinmu itu, Anakku,” sela ibu tirinya lagi dan Tareq merutuk dalam hati. “Tapi dia adalah wanita asing, bagaimana kau bisa yakin kalau dia akan cocok berada di lingkungan kita?”
“Ibunda, apa Ibunda lupa kalau kerajaan kita adalah kerajaan yang adil dan penuh toleransi? Kita hidup damai dalam perbedaan. Kata-kata seperti itu sangat tidak pantas untuk diperdengarkan, Ibunda.”
Sekali lagi, ia melihat wajah wanita memerah.
“Aku bertanya karena aku peduli padamu, Tareq. Kalau wanita itu sampai…”
Tareq memotong tenang. “Wanita itu bernama Alaina, Ibunda. Dan dia akan bisa menyesuaikan diri dengan baik. Kebudayaan bisa dipelajari, tata krama bisa dilatih, tidak ada perbedaan yang terlalu besar yang tidak bisa diseberangi, aku yakin Alaina akan menjadi calon ratu yang cocok untuk Zimmdabbad. Sekarang, karena semua sudah memberikan persetujuan atas pilihanku, aku tidak mau lagi mendengar kritik tentang Alaina terkait latar belakangnya. Bisakah kita sekarang mulai membahas rencana pernikahan kami?”
Sisa pertemuan itu berjalan cukup mulus. Tareq dan orang-orangnya sepakat bahwa mereka tidak akan menunda pernikahan ini lebih lama. Dua minggu dari sekarang, ia akan menikahi wanita itu. Setelahnya, adalah acara penobatannya menjadi Sultan Zimmdabbad. Tapi berkat campur tangan ibu tirinya, Alaina tidak bisa diangkat langsung menjadi Ratu pada saat penobatan. Wanita itu masih akan bergelar selir kerajaan sampai wanita itu dirasa cocok menjadi Ratu Zimmdabbad. Dan penobatannya itu akan membutuhkan persetujuan suara mayoritas dari para dewan menteri dan penasihat.
Untuk saat ini, Tareq memilih untuk mengalah. Asalkan ia menjadi Sultan Zimmdabbad, ia akan bisa mematahkan kekuasaan ibu tirinya itu. Mengangkat Alaina menjadi ratu tidak akan menjadi hal sulit. Para dewan dan penasihat pasti akan berpihak padanya. Dan setelah Alaina melahirkan pewarisnya, maka tanpa bisa diganggu gugat, suka ataupun tidak suka, Zimmdabbad akan memiliki Ratu baru, ratu pilihannya sendiri.