Bab 10 A

2.7K 372 14
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook versi lengkap sudah tersedia di Karyakarsa (bagian seri) dan sudah ada full per satu story.

Ebook versi lengkap sudah tersedia di Karyakarsa (bagian seri) dan sudah ada full per satu story

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juga tersedia di Playstore. Search: carmen labohemian how to please

 Search: carmen labohemian how to please

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

____________________________________________________________________________

Tareq kembali mendatangi kamar wanita itu. Ia tidak pernah bisa menolak godaan tersebut, untuk mengunjungi Alaina sejenak, menatap wanita itu, menyentuh wanita yang akan segera menjadi pengantinnya itu. Ia masuk dengan pelan, menutup kembali pintu kamar wanita itu tanpa suara, lalu berjalan menuju ranjang, di mana wanita itu sedang berbaring, terlelap nyenyak.

Tareq hanya berdiri, menatap wanita itu. Alaina memiliki kecantikan yang memukau, dan saat dia berbaring seperti ini, dia juga tampak begitu polos dan rapuh. Tareq lalu berjalan mendekat dan duduk di ranjang di samping wanita itu, hanya menatap Alaina yang tengah tertidur. Alaina memang sangat cantik, aku Tareq dalam hati, tak peduli berapa lama ia menatap wajah itu, seberapa sering ia melihat Alaina, kecantikan wanita itu tetap mempesonanya.

Awalnya Tareq terpesona dengan rambut Alaina, pirang keemasan yang begitu indah, begitu eksotis dan memukau, mengingatkan Tareq akan bayangan bidadari. Kulitnya yang pucat tampak begitu mulus, lembut, begitu kontras dengan Tareq sehingga ingin rasanya ia menelanjangi wanita itu dan mengetes kehalusannya. Wajah Alaina juga begitu eksotis, hanya dengan satu kali tatap, wanita itu bisa membakar gairahnya. Dan Alaina juga begitu sensitif. Sama seperti kemarin, wanita itu mungkin bisa merasakan dirinya diawasi di dalam tidurnya. Dia bergerak kecil dan beberapa saat kemudian, kelopak mata wanita itu terbuka. Dan saat menyadari bahwa dia tidak sendirian, Alaina bergegas bangkit duduk dengan cepat dan menggeser tubuhnya ke tengah ranjang, bergerak menjauhi Tareq.

"Apa... apa yang kau lakukan di sini, Your Highness? Apakah menyelinap ke dalam kamar tidur seorang wanita adalah kebiasaanmu?!"

Tareq terkekeh kecil. "Aku tidak menyelinap. Ini praktis adalah istanaku."

Mulut wanita itu menekuk tidak senang. "Aku juga tidak ingin berada di sini. Aku akan dengan senang hati meninggalkan istana ini jika Anda membiarkanku."

Tareq kembali terkekeh kecil. "Sayangnya, kau tidak punya pilihan seperti itu, Alaina."

Wanita itu menatapnya sesaat, sorotnya tampak berapi-api ketika dia berpikir dia bisa mengancam Tareq. Menggelikan.

"Apa Your Highness tidak takut kalau aku menceritakan pada orang-orang Anda, bahwa aku dibeli dan disekap di sini, di luar kehendakku? Anda bisa saja kehilangan posisi sebagai Putra Mahkota."

"Apa kau sedang mengancamku, Alaina?"

"Ka... kalau iya?"

"Dan bagaimana tepatnya kau akan melakukan itu?" tanya Tareq tenang. "Kau ada di area kekuasaanku, semua orang di istana ini adalah orang-orangku, yang hanya bersumpah setia padaku."

Bibir wanita itu bergetar halus dan Tareq tahu setiap saat wanita ini akan banjir air mata. Ia tidak mau menjadi orang berengsek yang membuat calon pengantin wanitanya menangis sedih. "Alaina... kau benar-benar harus belajar tentang kepatuhan, aku tidak terbiasa dengan wanita pembangkang," ucapnya tenang.

"Aku tidak mau, aku bukan budakmu yang harus patuh padamu," sergah wanita itu pelan.

Tareq lalu tersenyum tenang. Ia tidak mengatakan apa-apa, hanya menjulurkan tubuhnya untuk meraih wanita itu. Alaina menepis tangannya kasar dan itu membuat kendali diri Tareq sedikit lepas.

"Jangan menyentuhku!"

Tersulut emosi ringan, ia kembali meraih wanita itu, kali ini Tareq mencengkeram rambut Alaina pelan dan mendongakkan wanita itu sementara ia menjulurkan badan. Tanpa mengucapkan apa-apa, ia menekankan bibirnya di sana dan mencium Alaina paksa. Ia mengklaim bibir indah tersebut, mengubah tubuh hangat itu mejadi sekaku papan tapi keajaiban ciuman mereka kemudian membuat wanita itu sedikit lengah. Saat Alaina membuka bibirnya pelan, Tareq dengan cepat menyelipkan lidahnya ke dalam dan menguasai mulut wanita itu. Tangannya yang berada di tenggorokan Alaina kini turun untuk menggosok dasar lehernya. Setelah puas, ia kembali mengangkat wajah dan menatap Alaina dengan senyum mengejek kecil.

"See? I can touch you wherever I want, whenever I want."

"Kau... kau..." Mata wanita itu membasah marah. Dengan kasar dia kembali menggosok bibirnya keras. "Jangan pernah menciumku lagi!"

"Kau milikku, Alaina!"

"Aku bukan."

Wanita itu terkesiap saat Tareq kembali menerkamnya dan memenjarakannya di bawah tubuhnya.

"Ap... apa yang akan kau lakukan?" engah wanita itu lagi.

"Alaina, bahkan kalau aku ingin mengklaim tubuhmu malam ini, kau juga tidak akan bisa melawannya," bisik Tareq kasar.

Napas wanita itu berhembus keras. "Berarti... berarti Your Highness harus memaksaku."

Tareq mendengus dalam tawa kecil. Ia menggeleng sementara matanya menyorot dalam. "Kau salah. Kau akan menikmatinya."

"Aku tidak akan!"

"Ayo, kita buktikan."

HOW TO PLEASE A SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang