Happy reading, semoga suka.
Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.
You can visit my newest series here too, langsung tamat ya. Enjoy.
Luv,
Carmen
_______________________________________________________________________________
Ketika akhirnya mereka duduk mengeliling meja untuk sarapan, Alaina menghindar dari topik pertanyaan seputar liburannya. Mereka masih berkutat dengan topik yang sama, mengapa Alaina memisahkan diri dari rombongannya, mengapa ia memutuskan untuk memperpanjang liburannya tanpa memberitahu siapa-siapa, mengapa ia tidak menghubungi satupun di antara mereka. Dan Alaina selalu memberikan jawaban yang sama, bahwa ia hanya tiba-tiba ingin berlibur sendiri, merasakan menjadi mandiri, ia ingin tahu seperti apa rasanya hidup jauh dari keluarganya dan omong kosong semacam itu. Tentu saja tidak ada seorangpun di antar anggota keluarganya yang mempercayai bualan Alaina, tapi pada akhirnya mereka menyerah. Alaina tidak ingin bercerita, maka mereka tidak punya pilihan selain menghormati dan menerima keputusannya.
Lalu mereka pindah ke topik yang lebih menyenangkan untuk dibahas oleh Alaina. Peternakan mereka, terutama kuda-kudanya. Mereka berlomba-lomba berbicara, memberi informasi terkini terkait semua yang terjadi di Peternakan Mitchell selama Alaina tidak berada di sini.
"Oh, aku sangat merindukan Majestic," ujar Alaina, merujuk pada kuda putih kesayangannya. "Dia pasti juga sangat merindukanku."
"Tentu saja," jawab Blake agak sinis. "Semua juga merindukanmu, bertanya-tanya bingung mengapa kau menghilang begitu saja seakan ditelan bumi."
Alaina memilih untuk tidak menghiraukan komentar itu. Ia berpura-pura tidak mendengarkan perkataan Blake dan keluar dengan cepat dari dapur menuju kamarnya. Ia lalu mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih cocok - kaus lama yang nyaman, celana jins tua lalu turun ke bawah untuk mengenakan sepatu boot hitam favortinya. Tak lama, ia sudah berjalan cepat melintasi tanah peternakan mereka untuk menuju istal kuda.
Begitu masuk ke dalam istal, ia langsung disambut dengan bau-bau kuda yang anehnya selalu bisa menenangkan Alaina. Walaupun istal ini tidak semewah istal milik Tareq, tapi ia jauh lebih senang bisa kembali berada di sini. Walaupun ia sangat menyukai Sand Storm, tapi Alaina mencintai Majestic sepenuh hati. Ia dengan cepat berlari mendekati kandang Majestic dan bergegas membukanya.
"Hai, Jesse."
Kuda itu mengangkat kepalanya dari tumpukan jerami yang dimakannya dan meringkik senang saat melihat Alaina. Ia mendekati kuda itu dan memeluk lehernya sambil menguburkan wajahnya di antara surai-surai perak lembut sang kuda.
"Oh, aku sangat merindukanmu, Jesse."
Lalu sesak di dadanya terasa pecah dan Alaina mendapati dirinya kembali terisak. Ia senang, ia sekali bisa kembali ke sini tapi rasanya juga sangat menyesakkan tatkala mengingat tentang pria itu. Alaina pernah berpikir bahwa ketika ia kembali, maka semua yang terjadi pasti akan segera menjadi kenangan yang tak ingin diingatnya lagi, tapi mengapa begitu sulit?
"Apa yang terjadi padaku, Jesse?"
Kuda kesayangannya itu berdiri dengan sabar sementara Alaina menangis meluahkan perasaannya. Begitu cukup tenang, ia bergegas menghapus air matanya, tak ingin siapapun yang datang ke istal melihatnya sedang menangis. Ia membelai Majestic sambil berbicara lembut dengan kuda itu, menunggunya selesai makan sebelum menuntunnya keluar. Ia rindu menunggangi kuda itu sambil berjalan-jalan menikmati pemandangan pagi di Wyoming.
Saat ia kembali ke rumah, Alaina menemukan ibunya sudah kembali sibuk di dapur untuk menyiapkan makan siang. Ia menawarkan bantuannya, yang diterima dengan senang hati oleh ibunya.
"Jadi, bagaimana?" tanya ibunya kemudian, agak hati-hati. Alaina tahu keluarganya masih berusaha mengorek informasi darinya tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Kau masih ingin pindah ke Boston setelah ini?"
Ia tidak tahu. Alaina tidak lagi tahu apa yang diinginkannya.
"Mmm... aku masih memikirkannya, Mom."
"Sebelum berangkat liburan, kau masih bersikeras. Setelah kembali, kau... kau seolah berubah menjadi seseorang yang baru, Alaina. Apa kau jatuh cinta pada seseorang yang kau temui selama liburanmu di sana dan kalian berlibur bersama, itukah alasan kenapa kau menghilang tanpa kabar?"
Tebakan ibunya... it was close. But also wrong.
Alaina menggeleng. Ia agak gugup bila ibunya mulai menatapnya seperti itu. Alaina mengangkat tangan untuk merapikan rambutnya yang sebenarnya sudah rapi, gerakan kecil yang biasa dilakukannya saat ia mulai gugup dan karena ia begitu gugup dan sibuk menghindar dari tatapan menyelidik ibunya, Alaina tidak memperhatikan bahwa ekspresi ibunya berubah. Wanita itu tampak... terkejut.
Setelahnya, ketika ibunya kembali meneruskan kegiatan memasaknya, Alaina sadar bahwa ibunya menjadi... sangat pendiam.
Apakah dia marah karena Alaina tidak ingin bercerita banyak? Apakah dia tahu Alaina berbohong?