Mature Contents 21+
Happy reading, semoga suka. Untuk adegan 21+ di Wattpad memang ada sensor ya, tapi tidak akan menganggu alur cerita kok.
Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa ya.
Dan saya ada update 3 cerita baru di Karyakarsa, seri Affair, juga tersedia di Playstore. Khusus dewasa ya.
Enjoy
Luv,
Carmen
______________________________________________________________________________
Alaina berusaha untuk tidak pingsan ketika Habiba datang menjemputnya dan dengan senyum penuh arti, wanita itu berkata bahwa Alaina harus ikut dengannya dan bersiap-siap menyambut suaminya di malam pertama. Tapi tetap saja, ia tidak punya pilihan selain bangkit dan mengikuti wanita-wania itu.
Setelah mereka membawa Alaina ke kamar pengantinnya, para pelayan wanita itu mulai membantunya melepaskan pakaian lalu memandikannya. Kemudian membantu Alaina mengenakan gaun malam sutra putih yang panjangnya di atas lutut Alaina dengan garis leher yang begitu rendah. Jujur saja, Alaina merasa telanjang dengan pakaian itu. Mereka lalu menarik penutup tempat tidur dan menyuruh Alaina duduk bersandar pada bantal-bantal sambil menunggu kedatangan Tareq.
Alaina merasa semakin panik. Tapi ia berusaha merasa menenangkan dirinya sendiri. Ia menutup mata dan mengatur napas.
Apa kau benar-benar akan melakukan ini, Alaina?
Alaina tidak punya pilihan, bukan? Lebih baik ia dipaksa menikah dengan pria itu dan mengorbankan keperawanannya daripada ia harus dikembalikan kepada para penculiknya. Berulang kali Alaina mengatakan itu pada dirinya sendiri agar ketegarannya tidak runtuh di saat terakhir. Namun ketika mendengar pintu kamar dibuka dan melihat pria itu mask, Alaina memaksa dirinya untuk bernapas senormal mungkin agar sesak di dadanya tak semakin parah dan jantungnya tak berdebar begitu hebat sehingga nyaris terasa sakit.
Oh Tuhan, oh Tuhan, pria itu sudah ada di sini...
Rasa takut mencengkeram Alaina begitu kuat.
"Your Highness, selamat atas..."
Alaina tidak lagi mendengar. Rasa takut dan panik seolah menulikan telinganya dan semua terdengar samar. Ia hanya bisa menatap pria itu yang kini sedang berjalan mendekatinya. Tak sadar, tubuh Alaina bergetar pelan. Lalu rasa panik itu semakin erat mencengkeramnya ketika Habiba dan para pelayan itu meninggalkan kamar dan hanya menyisakan Alaina dan pria itu.
Oh Tuhan...
"Kau tampak gugup, Alaina."
"Kau... kau datang untuk menagih hak malam pertamamu?" Suara Alaina nyaris tercekik.
Tareq membalasnya dengan senyum. "Sudah kuduga kau akan menjadi istri yang baik dan patuh."
Alaina tidak membalas ucapan pria itu tapi ia mencengkeram penutup ranjang dengan erat dan berusaha mempertahankan ekspresi sedatar mungkin. Ia bersumpah dalam hati untuk tidak akan membiarkan pria itu merendahkannya, Alaina akan menunjukkan pada pria itu bahwa ia tidak menikmati keintiman mereka.
"Tidak usah gugup," sambung pria itu lagi.
"Aku tidak gugup."
"Good. Then drink this."
Ia melirik gelas yang diulurkan pria itu padanya. Brandy? Ya, ia memang membutuhkannya. Alaina meraih gelas itu lalu menenggak isinya sampai habis. Rasa hangat langsung mengalir ke perutnya dan menenangkan gejolak di sana.
Alaina sama sekali tidak sadar bahwa minumannya mengandung sedikit aphrodisiac yang akan membuatnya lebih tenang dan rileks menghadapi malam pertamanya, terutama karena ini adalah saat pertama Alaina. Jika saja Alaina tahu, ia pasti tidak akan menyentuh minuman tersebut.
Sesungguhya Alaina tidak tahu apa yang ia pikirkan ketika pria itu mulai melepaskan pakaiannya sendiri. Alaina hanya duduk di sana, terlalu tegang untuk bereaksi tapi tubuhnya juga membeku terkejut. Namun saat Tareq melepaskan kemejanya dan memamerkan otot dadanya yang keras dan kulitnya yang kecokelatan, Alaina tidak sanggup mengalihkan mata. Oke, ia bukan wanita munafik. Sejak awal ia sudah mengakui keindahan pria itu dan melihat tubuh di balik pakaian itu, Alaina tidak mampu menahan godaan untuk terus menatap. Tapi saat Tareq hanya tinggal mengenakan boxer, barulah rasa panik itu kembali melanda Alaina dan jantungnya kembali berdebar, walaupun sensasi hangat di perutnya menenangkan sedikit kecemasan Alaina. Ia menatap dengan napas tertahan saat pria itu bergerak ke atas ranjang. Secara insting, Alaina langsung menarik penutup tempat tidur untuk menyembunyikan lebih banyak bagian tubuhnya.
"Rileks, Sweetheart," bisik pria itu dengan suara dalamnya yang khas. "Jangan bersembunyi dariku."
Alaina baru saja akan menjawab ucapan pria itu dengan komentar sarkatis tapi Tareq sudah terlanjur menekankan bibirnya pada Alaina. Ia terkesiap saat Tareq menguasai bibirnya. Itu adalah ciuman penuh tuntutan, penuh dominasi, Tareq mengklaim bibirnya dengan posesif, lidahnya tanpa ampun mendesak hingga Alaina menyerah dan membiarkannya masuk. Rasa panas seolah meledak di perut Alaina dan ia mulai mengerang. Alaina kembali mengerang saat ia merasakan pria itu menurunkan gaunnya melewati dadanya dan mendesis keras saat bibir panas pria itu meninggalkan mulutnya dan bergerak menuju dadanya. Tangan Tareq ikut menyentuh payudara Alaina yang bebas lalu meremas dan memijatnya.
"Ohh..."