Happy Reading, semoga suka.
E-book sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa
Enjoy
Luv
Carmen_________________________________________
Tareq menatap istrinya yang kembali terlelap di sampingnya. Wajah cantik wanita itu tampak begitu tenang dalam tidur nyenyaknya. Dan perasaan Tareq dipenuhi rasa posesif dan kepuasan luar biasa karena berhasil mendapatkan wanita itu. Alaina kini adalah istrinya, miliknya, untuk selamanya, seperti yang tersimbol dalam sumpah kuno pernikahan mereka.
Ia tersenyum lembut saat mengingat kembali percintaan mereka malam tadi dan pagi ini. Alaina begitu manis dan polos, tapi juga begitu responsif. Berkat aphrodisiac yang diberikannya pada Alaina, saat pertama wanita itu berjalan lancar dan walaupun mungkin Alaina tidak sepenuhnya tersadar, ia tahu bahwa tubuh wanita itu meresponnya. Dan pagi ini… pagi ini ia terbukti benar. Alaina memang responsif dan penuh gairah. Tareq senang mendapati kenyataan tersebut, bahwa Alaina menyambutnya dengan tangan terbuka.
Ia mengalihkan tatap dari wajah Alaina dan melirik jam. Sudah hampir siang. Tareq terkejut menyadari bahwa ia tidur sampai selarut ini. Dan hari ini, ada pertemuan resmi dengan para dewan menteri dan penasihat lalu dilanjutkan dengan pertemua penting lainnya dengan Sheikh Ali dan Tareq tidak ingin membuat pria itu menunggu. Ia lalu bangun dan mandi dan kemudian berpakaian. Sebelum meninggalkan kamar, ia mendatangi ranjang mereka dan duduk memperhatikan Alaina yang masih tertidur. Pelan, ia merendahkan kepalanya lalu mencium lembut bibir wanita itu. Tareq tersenyum ketika dalam tidurnya, Alaina masih merespon kecil. Dan seperti biasa, wanita itu selalu terbangun. Matanya terbuka dan dia menatap Tareq yang masih menciumnya sebelum mengangkat kepalanya menjauh.
“Pagi, Alaina,” sapa Tareq sambil tersenyum pada wanita itu.
“Pagi,” jawab Alaina agak bimbang.
“Aku harus meninggalkanmu sekarang, aku ada pertemuan penting dengan para menteri dan penasihatku dan seorang tamu penting dari kerajaan tetangga. Tidak akan lama,” janji Tareq. “Aku akan menyuruh Habiba untuk meminta pelayan menyiapkan makananmu.”
“Oh, baiklah, terima kasih,” jawab Alaina sopan.
“Tidak masalah, Alaina,” ujar Tareq dan setelah mencium wanita itu sekali lagi, ia pun meninggalkan kamar.