Bab 33

1.2K 186 13
                                    

Happy reading, semoga suka.

Full version bisa didapatkan di Karyakarsa dan Playstore.

And i have uploaded new stories di Karyakarsa dan Playstore, langsung tamat ya, do check it out

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

And i have uploaded new stories di Karyakarsa dan Playstore, langsung tamat ya, do check it out. 

Luv,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_______________________________________________________________________________

Tareq tahu bahwa pertemuan itu tak akan terhindarkan. Bukannya ia ingin menghindar, tentu saja. Begitu ia kembali dari makan siang, ayah wanita itu sudah mencegatnya.

"Kita perlu berbicara."

Tareq langsung mengangguk.

"Berdua saja," tambah pria itu.

"Yes, Sir."

Mereka kemudian memutuskan untuk masuk ke salah satu kamar rawat inap yang kebetulan kosong. Saat hanya tinggal berdua, di ruangan kecil ini, keduanya bisa mengecap ketegangan yang membumbung di udara. Setelah beberapa detik penuh kebisuan, Tareq yang pertama kali memecah kesunyian di antara mereka.

"Aku minta maaf, Sir, pada Anda dan keluarga, juga pada Alaina..."

"Minta maaf karena menikahi anakku?" potong pria itu sebelum Tareq menyelesaikan kalimatnya.

"Bukan. Aku tidak akan meminta maaf karena telah menikahi Alaina, aku memang menginginkannya."

Ia melirik pria yang lebih tua itu, jika ekspresi wajah saja bisa membunuh, mungkin Tareq sudah sekarat. Tinju pria yang lebih tua itu juga terkepal, seakan siap meninju Tareq sewaktu-waktu jika ia salah bicara.

"Jadi buat apa kau meminta maaf, Anak Muda? Kalau kau tidak merasa menyesal?"

"Karena caraku menikahinya, Sir."

Pelipis pria tua itu berdenyut. "Walaupun menurutmu, kau menyelamatkannya dari nasib yang lebih buruk, tapi di mataku, kau sama buruknya dengan orang-orang yang menculiknya itu."

Tareq terdiam sesaat. Lalu ia maju selangkah sambil menatap mata pria yang begitu mirip dengan mata istrinya itu.

"Aku tidak pernah berpikir bahwa aku menyelamatkan Alaina dari nasib yang lebih buruk, Mr. Mitchell, atau menganggap diriku lebih baik daripada orang-orang itu. Kuakui, tindakanku tidaklah mulia. Aku membelinya dari para penculik itu lalu membawanya ke istanaku dan memutuskan untuk menikahinya untuk kepentinganku sendiri. Aku bersalah dalam hal itu, tapi aku tidak pernah menyesal telah menjadikan Alaina sebagai istriku. Aku tulus terhadapnya. Aku siap memperbaiki semua kesalahanku padanya seumur hidupku, jika aku diberi kesempatan untuk itu."

Lama sekali mereka bertatapan sebelum akhirnya pria yang lebih tua itu menghembuskan napasnya keras. Tapi sikap tubuhnya tak lagi setegang tadi. "Kau tahu, aku seharusnya menghajarmu sampai babak belur, Anak Muda. Kau pantas mendapatkannya."

"Aku tahu, Sir."

"Tapi apa kau tahu kenapa aku menahan diri?" Pria itu tak membutuhkan jawaban karena dia terus melanjutkan. "Bukan karena kau adalah sultan di kerajaan manapun, tapi karena aku tahu kalau anak perempuanku akan sedih bila kau terbaring kritis di rumah sakit ini."

Tareq meringis. Ia ragu pria itu akan pernah bisa menghajarnya sampai babak belur tapi demi harga diri pria itu, Tareq tak mengatakan apapun. Juga, ia akan membutuhkan simpati serta dukungan dari keluarga mertuanya tersebut. Tapi kalimat terakhir pria itu cukup membuatnya tertarik.

"Alaina akan sedih?"

Tareq pikir wanita itu membencinya.

"Aku mengenal anakku. Ketika dia menolak untuk melaporkanmu, aku tahu sedikit banyak dia peduli padamu."

Dan ada kelegaan yang mengisi hati Tareq. Alaina peduli padanya, itu adalah permulaan yang sangat bagus.

"Apa rencanamu selanjutnya, Anak Muda?"

Bukankah sudah jelas?

"Aku datang untuk membawa istriku pulang, Mr. Mitchell."

"Dan kalau anakku menolak?"

"Maka aku akan menunggu hingga dia bersedia. Aku bertekad untuk membuktikan diri bahwa aku layak, Mr. Mitchell."

Ayah Alaina mengangguk pelan. Dan Tareq tahu ia memberikan jawaban yang persis ingin didengar oleh pria itu.

"Kalau tadi kau menjawab bahwa kau akan memamerkan kekuasaanmu sebagai suami dan memaksa anakku untuk kembali bersamamu, aku benar-benar akan menghajarmu!"

"Sudah kubilang, Sir, aku ingin membuktikan diriku layak. Give me a chance."

Pria itu mendengus kasar. "Katakan itu pada anakku, bukan padaku. Kalau dia cukup tolol untuk menerimamu kembali, then we will welcome you into family."

"Fair enough." Tareq berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk mengumumkan berita tersebut. "Ada satu hal lagi yang harus Anda ketahui, Mr. Mitchell, Alaina sedang hamil."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOW TO PLEASE A SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang