Happy reading, semoga suka.
Ebook sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.
And you can also visit my new story here, sudah tamat di karyakarsa ya. Khusus dewasa.
Enjoy
Luv,
Carmen
_____________________________________________________________________________
Tareq tidak pernah merasa gugup sebelumnya, tapi ketika ia duduk di sini, di hadapan tetua dan pemuka agama yang akan menikahkan mereka, di hadapan para dewan menteri serta penasihat, kerabat dan tamu-tamu undangan penting lainnya, ia sadar bahwa ia agak gugup. Ia tidak tahu persis alasan ia merasa gugup. Apa karena ia pikir kalau Alaina akan menjilat kembali kata-katanya lalu benar-benar memberontak di hadapan semua undangan di sini dan mempermalukannya? Tidak, Tareq pikir bukan itu. Apa mungkin karena ia takut wanita itu tiba-tiba tidak muncul? Ia berdecak pelan, itu juga tidak mungkin.
Mungkin karena ini hari pernikahanmu, semua pria pasti selalu merasa gugup di hari pernikahan mereka. Kau mungkin hanya tak sabar untuk melihat pegantinmu.
Tareq sadar bahwa itu mungkin saja. Ya, mungkin saja, bukan? Karena pernikahan ini sangat penting bagi Tareq dan ia ingin semua berjalan dengan lancar.
Ketika musik pernikahan khas Zimmdabbad dimainkan, pintu aula itu terbuka dan ia melihat Alaina masuk bersama iring-iringannya, dan berjalan pelan menuju ke arahnya.
Sial, wanita itu cantik sekali sampai-sampai Tareq merasakan keinginan untuk bangun dan meraup wanita itu, melupakan upacara pernikahan yang panjang dan rumit ini dan langsung saja ke bagian terbaiknya, membawa wanita itu ke kamar pengantin mereka, seperti yang dulu dilakukan oleh para leluhurnya. Bukankah itu lebih mudah dan praktis?
Mata Tareq tak lepas dari Alaina saat wanita itu berjalan menuju padanya. Gaun pengantin yang dikenakannya adalah hasil dari rancangan seorang perancang busana terkenal dunia dan harganya luar biasa fantastis, tapi Tareq puas. Gaun putih itu memiliki kerah leher tinggi dan berlengan panjang dengan kain brokat yang indah serta taburan mutiara, bermodel A-Line yang menekankan kerampingan pinggang wanita itu. Gaun pengantin tersebut memang indah dan sebanding dengan harganya, tapi ketika dikenakan oleh Alaina, gaun itu tampak jauh lebih luar biasa.
Saat wanita itu mendekat padanya, Tareq bisa melihat kalau wanita itu tampak begitu gugup. Beberapa kali ia melihat Alaina menarik napas dalam. Ketika duduk di sampingnya, wajah Alaina terlihat begitu sengsara sehingga Tareq nyaris kasihan padanya.
"Kau tampak pucat, Alaina. Kau tidak akan pingsan di sini, bukan?"
Mendengar ucapan itu, seperti yang telah diduga oleh Tareq, Alaina lalu menoleh dan menatapnya tajam. Mulut wanita itu mengerut tidak senang tapi Tareq tahu ia telah berhasil memprovokasi wanita itu.
"Jangan cemas, Your Highness. Aku tidak selemah itu."
"Baguslah," ucap Tareq sambil tersenyum. "Bersikaplah lebih meyakinkan, ucapara pernikahan kita akan segera dimulai."
Begitu Tareq selesai berkata demikian, para tetua dan para pemuka agama mulai berdiskusi dan kemudian mengumumkan bahwa mereka akan memulai upacara pernikahan kerajaan antara Tareq Ghiath Al-Syaikh, Sang Putra Mahkota Zimmdabbad dengan Alaina Mitchell, yang kelak akan bergelar Selir Kerajaan Zimmdabbad. Seluruh proses upacara itu dipimpin dalam Bahasa Arab dan walaupun mungkin Alaina merasa bingung dan sesat, wanita itu tidak menunjukkannya. Dia hanya duduk di sana dengan ekspresi datar. Menurut Tareq, Alaina adalah pengantin wanita paling cuek yang pernah dilihatnya, seolah-olah wanita itu sama sekali tidak menganggap ini sebagai pernikahannya dan hanya berada di sini karena tidak memiliki pilihan lain.
Tapi bukankah itu memang benar?
Ya, memang ada benarnya. Tapi Tareq tidak akan membiarkan Alaina berpikir bahwa dia bisa menganggap pernikahan ini sebagai hal yang tidak serius. Tareq bertekad akan membuat wanita itu menjalankan semua kewajibannya sebagai istri, di mulai dari malam ini. Tareq akan menjalankan pernikahan ini dengan sungguh-sungguh dan demikian pula Alaina Mitchell.
Lalu salah satu tua tetua mulai berbicara pada Tareq.
"Sudah saatnya untuk mengucapkan sumpah pernikahan kuno, Your Highness."
Ah, itu bagian menariknya. Sumpah pernikahan kuno yang akan mengikat Alaina selamanya pada Tareq.
"Baik."
"Silakan, Your Highness."
Seluruh aula itu hening saat Tareq berdiri dan kemudian mengulurkan tangannya pada Alaina. Wanita itu tersentak halus lalu dengan enggan menyambut uluran tangan Tareq. Mereka lalu berdiri saling berhadapan, dengan tangan-tangan Alaina di dalam genggaman Tareq. Walaupun Alaina tidak mengerti sepatah katapun yang diucapkan oleh Tareq, tapi bahasa tubuh Tareq yang posesif, nada suaranya yang dalam dan begitu serius, juga ekspresi wajahnya, mungkin menciptakan semacam sihir yang membuat wanita itu bergetar. Ekspresi Alaina tidak lagi datar, wanita itu berulang kali ingin menarik tangannya tapi Tareq menggenggamnya lebih erat. Tatapan mata Tareq tak sekalipun lepas dari wajah Alaina sepanjang ia mengucapkan sumpah tersebut. Selamanya, wanita itu adalah miliknya. Dan pengetahuan itu membuat tubuh di balik balutan tuxedo mahal tersebut mengetat. Sial, ia bergairah di tengah keramaian pernikahannya sendiri?
Untungnya, setelah sumpah itu selesai, mereka kembali duduk sehingga Tareq bisa mengontrol dirinya kembali. Ia merutuk pelan di dalam hati, nyaris saja ia mempermalukan dirinya sendiri. Begitu pidato singkat dari pemuka agama lalu diikuti tetua selesai, seluruh tamu undangan bertepuk tangan ketika pernikahan mereka disahkan.
Setelahnya, mereka harus berdiri untuk menyambut para kerabat, bangsawan, para menteri dan para tamu undangan, singkat kata adalah ratusan tamu yang hadir, yang sudah tidak sabar ingin memberi selamat pada keduanya. Kemudian Tareq membawa Alaina ke balkon istana yang menghadap salah satu ruas jalan utama ibukota Zimmdabbad di mana tempat itu sudah dipenuhi oleh rakyat-rakyat Zimmdabbad yang tidak sabar lagi melihat pengantin sang putra mahkota. Kemudian acara dilanjutkan dengan jamuan makan malam resmi.
Ketika jamuan hampir berakhir, Habiba dan beberapa pelayan akhirnya datang menjemput Alaina untuk menyiapkan wanita itu menghadapi malam pengantinnya. Dan saat melihat Alaina pergi, Tareq berharap ia bisa menyusul saat itu juga.
Sial, berapa lama lagi ia harus duduk di sini sebelum jamuan resmi ini berakhir?