Bab 27A

1.8K 268 8
                                    

Mature Content 21+

Happy reading, semoga suka.

Ebook lengkap ada di Playstore dan Karyakarsa ya. Bab perbab bisa dibaca sampai tamat di Karyakarsa ya.

 Bab perbab bisa dibaca sampai tamat di Karyakarsa ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dan buat penggemar cerita roman ringan, you can check these out, langsung tamat ya.

Dan buat penggemar cerita roman ringan, you can check these out, langsung tamat ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_______________________________________________________________________________

Tareq ada di sini bersamanya, Alaina bisa merasakannya. Saat melihat sosok itu lagi, senyumnya, cara matanya menatap Alaina, ia baru sadar bahwa ia merindukan pria itu. Alaina begitu lega mendapati bahwa Tareq ada di sini, pria itu ternyata datang mencarinya. Ada kelegaan yang memenuhi dadanya. Tareq masih menginginkannya. Apakah pria itu datang untuk membawa Alaina kembali?

Ada banyak yang ingin dikatakannya pada pria itu tapi suara Alaina sulit keluar. Tapi tidak apa-apa... yang penting Tareq ada di sini, sedang berbaring bersamanya, di sebelah Alaina, tepat di ranjangnya, di kamarnya. Alaina bisa merasakan sentuhan tangan pria itu yang sedang mengelus lengannya. Ciuman Tareq mengirimkan getar gelenyar ke seluruh tubuh Alaina. Berikutnya, telapak pria itu terasa di atas kulit telanjangnya, membelai erotis. Alaina mengerang lembut. Ia bisa merasakan ciuman pria itu, lidahnya yang mendominasi, pria itu bergerak ke atas Alaina, berat tubuhnya terasa menyenangkan saat dia terus menciumi Alaina.

Rasanya, ia bisa berbaring seperti itu selamanya, di bawah pria itu. Mereka berciuman, tubuh mereka saling menempel, telapak kasar hangat di atas kulit lembutnya, getar yang menyenangkan yang menyebar di antara kedua kaki Alaina. Mata Alaina masih tertutup, tapi ia bisa melihat pria itu dengan jelas. Kini, Tareq menurunkan wajahnya, mulutnya berkelana lalu berhenti di atas kedua payudara telanjang Alaina. Pria itu menunduk, lalu mulai menciumi serta mengisap salah satu putingnya. Alaina mengerang keras, tapi suaranya tidak benar-benar keluar, entahlah... tapi gairahnya yang tertahan memohon untuk dilepaskan. Ia rindu... ia rindu pria itu, rindu pada sensasi yang ditimbulkan Tareq. Bisakah pria itu memeluknya lebih erat? Menciumnya lebih dalam? Mengisap Alaina lebih kuat?

Alaina terkesiap keras saat ia merasakan pria itu menyelinap ke dalam kelembapannya, mengisi Alaina begitu penuh. Ia melingkarkan kedua kakinya di sekeliling pinggang pria itu dan menyemangati Tareq agar menghunjam lebih dalam. Cara Tareq memenuhinya terasa begitu tepat sehingga Alaina tak ingin Tareq berhenti.

Lagi, lagi... ia berbisik, berteriak mungkin. Atau itu hanya kata-kata dalam benaknya. Alaina tidak tahu. Ia hanya tahu kalau ia ingin Tareq bergerak semakin cepat dan kuat. Untungnya, Tareq sepertinya mendengar permintaan Alaina. Pria itu bergerak semakin liar dan cepat. Melesak ke dalam tubuh Alaina, lalu menariknya lagi hanya untuk kembali melesak masuk. Hal itu berlangsung seolah selamanya, Alaina terus menggapai, ada kenikmatan kecil yang meledak di dalam dirinya, ia berusaha menggapai lagi, ingin memeluk Tareq...

Tareq...

Tareq...

Tapi Alaina hanya memeluk udara kosong. Tareq seolah menghilang tertelan udara di sekitarnya.

Tareq...

Tareq?

Ia membutuhkan pria itu...

Alaina membuka mata dan menyadari bahwa matanya membasah. Realita telah menariknya kembali. Ia sendirian. Berbaring di kamar ini, memimpikan pria itu yang berada jauh di belahan dunia yang lain. Pria yang mungkin sudah tidak menginginkan Alaina lagi. Pria yang mungkin tak ingin melihatnya lagi. Ia pergi begitu saja, kabur dari pria itu, mempermalukan Tareq dengan meninggalkannya begitu saja, bagaimana mungkin Sultan Zimmdabbad itu akan datang merayu dan memohon agar Alaina kembali bersamanya?

Pelan, Alaina menghapus air matanya. Tubuhnya yang masih belum terpuaskan masih berdenyut panas di bawah sana. Sialan Tareq! Bahkan setelah kabur, ia masih tidak bisa melepaskan diri dari Tareq. Ironis, bukan? Malam terakhir mereka bercinta, Alaina berpikir bahwa ia akan meninggalkan kenangan tak terlupakan untuk Tareq agar pria itu tidak mudah melupakannya begitu saja, tapi siapa yang sangka ternyata Alaina-lah yang terperangkap dalam pernikahan lelucon mereka itu.

Tahu bahwa tidak mungkin lagi baginya untuk kembali tidur, jadi Alaina bangkit. Jam masih menunjukkan pukul setengah lima pagi. Ia beranjak dan masuk ke kamar mandi. Alaina menjadi yang pertama turun untuk sarapan. Ayah dan kedua kakaknya masih belum turun. Alaina lalu membantu ibunya di dapur, membuat setumpuk bacon toast sementara ibunya membuat kopi.

HOW TO PLEASE A SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang