Happy reading, semoga suka. Jangan lupa untuk vote dan komen ya.
Yang mau baca cepat, silakan merapat dulu ke Karyakarsa ya. Bab 23-25 sudah update (part mengandung adegan 21+ ya)
Akun Karyakarsa saya : carmenlabohemian (follow me there)
EnjoyLuv,
Carmen
____________________________________________________________________________
Pria itu bernama Tareq. Atau seperti itulah ia diberitahu untuk memanggil pria itu dengan namanya. Alaina sebenarnya tidak peduli. Pria itu boleh saja bernama Tareq, Tariq. Toriq atau apa saja nama aneh tidak familiar yang dimilikinya, Alaina tidak peduli. Ia juga tidak peduli dengan identitas pria itu, siapa dia, bagaimana dia bisa menghabiskan dua juta dolar seperti orang yang sedang menghabiskan dua ratus dolar, pokoknya Alaina sama sekali tidak peduli. Pikirannya hanya dipenuhi satu hal.
Bagaimana caranya agar ia bisa melarikan diri?
Ia mencoba mencari kesempatan. Tapi sepertinya sekarang tidaklah mungkin. Ia menghela napas dalam diam, genggaman sekuat baja pria itu di lengannya memberitahu Alaina bahwa pria itu tidak akan melepaskannya ke mana-mana.
Sial!
Dan berjalan di tengah kerumunan orang-orang yang masih sibuk dengan acara pelelangan itu membuat Alaina sangat tidak nyaman. Walaupun ia sudah mengenakan jas panjang pria itu, tetap saja Alaina merasa rapuh, ia merasa setengah telanjang, dengan mata-mata lapar yang terus mengamatinya. Oh Tuhan, bagian dunia mana yang ia datangi saat ini? Ketika mereka akhirnya keluar, Alaina menghela napas lega. Sebuah limusin panjang sudah menunggu mereka dan pria bernama Tareq itu menyuruhnya untuk masuk. Alaina menurut. Tapi ia bergeser hingga ke sudut mobil satunya ketika pria itu kemudian duduk di sebelahnya.
Mereka tidak berbicara. Diam membisu. Alaina membuang wajah dan melihat keluar jendela limusin yang gelap itu, melewati kota yang tidak ia kenali, jalan yang tidak ia kenali tapi setidaknya mereka kini berada di peradaban modern. Walau semua tempat itu asing bagi Alaina, melegakan rasanya bisa kembali ke pemukiman normal. Tak lama, ia merasa kantuk membuat matanya nyaris terpejam. Masuk akal, ia sudah terjaga lebih dari 30 jam. Mungkin bahkan lebih. Alaina sudah berhenti menghitung. Beberapa kali ia nyaris jatuh tertidur tapi Alaina kembali tersentak bangun dengan waspada. Ia bisa mendengar kekehan geli dari sampingnya tapi Alaina tak peduli. Ia tidak menurunkan kewaspadaannya. Tapi akhirnya, rasa lelah mengalahkan tekad Alaina. Ia benar-benar jatuh tertidur dan bahkan tanpa sadar bersandar di bahu pria itu.
Sepanjang perjalanan menuju ke Zimdabbad, Alaina terlelap dalam. Ia bahkan tidak sadar ketika pria itu memeluk bahunya lalu membaringkan Alaina lembut di pangkuan pria itu. Ia juga tidak mendengar saat pria itu memaki pelan tatkala Alaina bergerak kecil dalam tidurnya dan membangunkan sesuatu di antara kedua kaki pria itu. Alaina beruntung karena pria itu memiliki kendali diri yang kuat. Tentu saja dia tidak akan melakukan apa-apa di sini. Pria itu akan menunggu hingga saatnya tiba untuk mencicipi kenikmatan tubuh indah tersebut.